Tafrihatul Wildan Syarah Awamil Terjemah Bahasa Indonesia

 


Tafrihatul Wildan Fi Tarjamati Kifayatis Shibyan Fi Awamilil Jurjan karangan Kyai Haji Ahmad Mutohhar bin Abdurrohman (Semoga Allah selalu merahmati beliau) Meranggen Semarang adalah syarah kitab Awamil Al Jurjani karya Abu Bakar Abdul Qahir bin Abdur Rahman bin Muhammad al-Jurjani (Semoga Allah selalu merahmati beliau). Kitab ini memiliki kandungan berupa ilmu nahwu atau tata bahasa arab yang dikaji di dalamya kaidah struktur kalimat dengan dampak perubahan I’rab. Fenomena I’rab dalam bahasa hanya dijumpai dalam susunan tata bahasa Arab.

Awamil merupakan jamak dari kata ‘amil yang memiliki arti kata-kata yang memberikan pengaruh atau penentu terhadap I’rab kata di depannya. Isi kitab awamil adalah memberikan penekanan dalam penentuan I’rab kata arab dalam struktur kalimat. Di dalamnya ada 100 ‘amil. Ada yang berupa lafdziy ada pula yang bersifat ma’nawi.

Di dalam kurikulum FKDT Kabupaten Tegal disampaikan kepada santri MDTU kelas 4 sebagai mata pelajaran nahwu.

Penjelasan dalam bahasa Indonesia ini kami kutip dari buku Terjemah dan Keterangan Tafrihatul Wildan karya Kyai Ahmad Misbah, Pengasuh Ponpes Hikmah Kamilah Banjarsari Tanjungsari Brebes. Semoga beliau selalu dirahmati Allah, dipanjangkan umurnya, dikaruniai kesehatan dan bermanfaat ilmunya untuk kita semua, aamiin, ya robbal alamiin.

Berikut ini penjelasan dalam bahasa Indonesia.

بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Yang Maha Penyayang.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي قَدْ شَرَّحًا ﴿ ﴾ قَوْمًا لِنَحْوِ قَدْرِهِ وَفَرَّحًا

Segala puji bagi Allah Dzat yang betul-betul membuka kaum untuk menuju kepada arah kebesaran-Nya dan memberikan kesenangan. Artinya Allah adalah Dzat yang memiliki 4 Puji berikut ini :

  1. Puji qodim alal qodim (Allah memuji kepada zatnya sendiri) ; Q.S. Thoha  : 14
  2. Puji qodim alal hadits (Allah memuji kepada makhlukya) ; Q.S. Al Qolam  : 4
  3. Puji hadits alal qodim (makhluk memuji Allah sebagai khalik-Nya) ; Q.S. Ali Imron : 132
  4. Puji hadits alal hadits (makhluk memuji Allah sarana memuji makhluk lain) ; Q.S. Al Anbiya  : 107

ثُمَّ الصَّلَاةُ بَعْدُ وَالسَّلَامُ ﴿ ﴾ عَلَى رَسُوْلٍ دِيْنُهُ اْلاِسْلَامُ

Kemudian setelah membaca Hamdalah semoga Rahmat Salam senantiasa tetap bagi rasul yang agamanya Islam.

Yakni setelah membaca Hamdalah lalu membaca shalawat dan salam kepada rasul yang membawa agama Islam

مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ ﴿ ﴾ مَا صُرِّفَتْ اُمَّتُهُ لِنَصْرِهِ

Yaitu Nabi Muhammad beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya selama umatnya dimurnikan untuk menolongnya.

Artinya mudah-mudahan sholawat salam tersebut selalu tetap bagi Nabi Muhammad beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya selama-lamanya.

وَبَعْدُ فَاعْلَمْ اَنَّهُ لَمَّاانْجَلَتْ ﴿ ﴾ عَوَامِلُ اْلجُرْجَانِيْ فِيْنَا اطَّرَدَتْ

تَرْجَمَهَا اْلعَبْدُ اْلفَقِيْرُاَحْمَدْ ﴿ ﴾ طَهَّرَهُ اللهُ الرَّحِيْمُ لِلْاَبَدْ

Dan sesudah membaca Hamdalah, sholawat, dan salam kepada Rasulullah maka ketahuilah sesungguhnya ketika risalah awamil karangan Syekh Abdul Khoir Al Jurjani telah tampak dan sangat terkenal di lingkungan kami, maka hamba yang sangat membutuhkan rahmat Allah yaitu Kyai Ahmad Muthohar yang mudah-mudahan Allah Dzat Maha Sayang yang selalu menyucikan selama-lamanya.

PENGERTIAN AMIL

Lafal Amil adalah bahasa Arab dan terjemahannya ialah pekerja yang diambil dari akar kata AMALAN melalui disiplin ilmu shorof (morfologi) dengan tashrif (pecahan kata) sebagai berikut :

'AMILA      = Dia seorang laki-laki benar-benar bekerja atau sudah bekerja
YA’MALU = Dia seorang laki-laki sedang atau akan bekerja
'AMALAN  = pekerjaan
'AMILUN   = pekerja yang mengerjakan pekerjaan

sementara menurut istilah Nukhat (pakar nahwu) adalah sesuatu yang menuntut kejelasan harokat di akhir kalimat (I’rob). Dan jumlah amil itu menurut Syekh Abdul Qadir Al Jurjani ialah ada 100 berikut kejelasan pendapatnya :

اِنَّ اْلعَوَامِلَ هُنَا فَمِيَّةْ ﴿ ﴾ لَفْظِيَّةٌ فَبَعْدُ مَعْنَوِيَّةْ

Sesungguhnya amil-amil itu diterangkan di dalam kitab ini, ialah ada 100 (seratus), yaitu sebagian Amil lafdziyah dan sesudahnya adalah Amil ma’nawiyah.

Artinya jumlah Amil ialah ada 100, Sebagian ada yang disebut Amil lafdzi dan sebagian lagi disebut amil ma’nawi.

لَفْظِيَّةٌ مِنْهَا هُنَا نَوْعَانِ ﴿ ﴾ سَمَاعِيٌّ قِيَاسِيٌّ سِيَّانِ

Di dalam kitab ini, Amil lafdzi yang sebagian dari 100 itu, ialah ada dua macam yang sama yaitu :

  1. Amil lafdzi sama’i (bentuk lafal yang didengar dari bahasa Arab).
  2. Amil lafdzi qiyasi (bentuk lafal yang boleh disamakan).

فَاْلاَوَّلُ الْاَحَدُ وَالتِّسْعُوْنَا ﴿ ﴾ ثَانِيْهِمَا فَسَبْعَةٌ فَادْعُوْنَا

 وَاْلـمَعْنَوِيَّةُ بِهَا ضَرْبَانِ ﴿ ﴾  ثُمَّ السَّمَاعِيَّةُ خُذْ بَيَانِي

Kemudian Amil yang pertama, yaitu Amil lafdzi sama’i, ialah ada 91, dan keduanya yaitu Amil lafdzi qiyasi ialah ada 7, maka doakanlah kami.

 Artinya Amil lafdzi sama’i ialah ada 91, dan Amil lafdzi qiyasi ialah ada 7.

Sementara Amil ma’nawi dari 100 ialah ada dua macam, yaitu :

  1. Amil ma’nawi ibtida (Amil yang tidak kelihatan dan dijadikan permulaan kalam).
  2. Amil ma’nawi mujarrod (Amil yang tidak kelihatan sebab disepikan dari Amil nashob (Amil yang menashobkan) atau Amil jazem (Amil yang menjazemkan), perlu diketahui, Amil ma’nawi mujarrod di dalam kitab awamil ini disebut Amilul waqi'i mauqi’asmi (Amil yang terjadi di dalam tempatnya isim).

Kemudian ambillah keteranganku tentang amil sama’i itu.

Artinya : Jumlah amil ialah ada 100, untuk amil lafdzi sama’i ialah ada 91, untuk amil lafdzi qiyasi ialah ada 7, dan untuk amil ma’nawi ialah ada 2. Lalu mengenai Amil lafdzi sama’i yang 91, itu ialah akan diterangkan dalam 13 macam seperti keterangan dalam bait berikut ini.

وَتُـتَـنَـوَّعُ ثَلَاثَةَ عَشَرْ ﴿ ﴾ مِنْ اِسْمٍ اَوْفِعْلٍ وَحَرْفٍ مُعْـتَـبَرْ

Amil lafdzi sama’i di jeniskan dalam 13 jenis, dari jenis kalimah isim, jenis kalimah fi'il dan jenis kalimat huruf yang diperhitungkan.

النَّوْعُ اْلاَوَّلُ اَىْ فِي حُرُوفِ الْـجَـرِّ

JENIS PERTAMA ADALAH MENERANGKAN HURUF JAR

فَاجْرُرْ بِتِسْعٍ ثُمَّ عَشْرٍ حَرْفَا ﴿ ﴾ تَكُنْ فَطِيْنًا عَالِمًا ذَا زُلْفَى

Jarkanlah dengan 19 huruf, maka kamu jadi orang cerdas, pandai, dan dekat dengan Allah.

Artinya : Amil lafdzi sama’i bentuk kalimat huruf yang mengejarkan, ialah ada 19 seperti diterangkan dalam 3 bait berikut ini.

فَهِيَ مِنْ اِلَى وَلَامُ عَنْ عَلَى ﴿ ﴾  كَافٌ وَفِي بَاءٌ وَمُذْ مُنْذُ جَلَا

كَذَاكَ وَاوٌ وَتَاءٌ فِى الْقَسَمْ﴿ ﴾  رُبَّ وَوَاوُ رُبَّ فَاسْكُنِ الْحَرَمْ

حَتَّى وَحَاشَا وَعَدَا ثُمَّ خَلَا﴿ ﴾ فَاسْمَعْ مَقَالِى كَىْ تَكُوْنَ ذَاالعُلَى

Ialah lafadz مِنْ، اِلَى، لَامْ, عَنْ, عَلَى,كَافْ, فِي, بَاءْ، مُذْ dan lafadz مُنْذُ yang sudah jelas, begitu juga وَاوُ، بَاءْ dan تَاءْ di dalam menunjukkan ma’na sumpah dan lafadz رُبَّ، وَاوُ رُبَّ، حَتَّى، حَاشَا، عَدَا، خَلَا  Kemudian menempatkanlah kamu di tanah haram dan dengarkan maqolahku agar kamu menjadi orang yang mempunyai kedudukan tinggi.

Artinya : kalimah huruf yang mengejarkan pada kalimat Isim ialah ada 19.
Kalimat isim setelah amil/ huruf yang 19 ini, dibaca majrur (di antara tandanya berharakat kasroh)
seperti contoh-contoh berikut ini :
 

NoAmilNamaContoh
1مِنْحُرُوفُ الْـجَرِّمِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
dari, sebagianDari   masjidil haram
2اِلَىاِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَى
ke, kepadake   Masjidil Aqsha
3لَامْاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
bagi/ milik, karena, kepadaSegala   puji bagi Allah
4عَنْرَمَيْتُ السَّهْمَ عَنِ الْـقَـوْسِ
(jauh) dariSaya   melempar anak panah dari busurnya
5عَلَىرَكِـبْتُ عَلَى السَّيَّارَةِ
di atasSaya   naik di atas mobil
6كَافْمُحَمَّدٌ كَالْبَـدْرِ
seperti, laksana, karenaMuhammad   laksana bulan purnama
7فِياَلْمَـاءُ فِى الـْكُـوْزِ
di dalamAir   itu di dalam kendi
8بَاءْمَـرَرْتُ بِـزَيْـدٍ
dengan, sebabSaya   berjalan bertemu dengan Zaid
9مُذْمَا رَاَيْتُـكَ مُذْ يَوْمِ الْجُمْعَةِ
Semenjak, sejakSaya   tidak melihat Kamu semenjak hari Jumat
10مُنْذُمَا اُطَالِعُ مُـنْذُ يَـوْمِ الْعُـطْـلَةِ
Semenjak, sejakSaya   tidak belajar semenjak hari libur
11وَاوُحُـرُوْفُ الْقـَسَـمِوَاللهِ
demidemi   Allah
12بَاءْبِاللهِ
demidemi   Allah
13تَاءْتَاللهِ
demidemi   Allah
14رُبَّحُرُوفُ الْـجَرِّرُبَّ رَجُلٍ اَحْـسَـنْتُهُ
banyak, beberapabanyak   laki-laki yang aku menganggapnya baik
15وَاوُ رُبَّوَرُبَّ لَيْلٍ كَمَوْجِ الْبَحْرِ
banyak, beberapaBanyak   malam jam yang laksana gelombang lautan
16حَتَّىحَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
sampai, sehinggaSampai   terbit fajar
17حَاشَانَجَحَ التَّلَامِـيْذُ حَاشَا الْمُهْمِلِ
selain, kecuali, melainkanMurid-murid   sukses selain penganggur
18عَدَااِرْتَقَى الْمُجْتَهِدُوْنَ عَدَا الْمُهْمِلِ
selain, kecuali, melainkanOrang   yang sungguh-sungguh dapat meningkat martabat selain penganggur
19خَلَاحَفِظَ النَّاشِطُوْنَ خَلَا الْكَـسْلَانِ
selain, kecuali, melainkanAktivis   siap menghafal selain pemalas

النَّوْعُ اْلثَّانِى اَىْ فِي اِنَّ وَ اَخَوَاتِهَا

JENIS KEDUA ADALAH MENERANGKAN LAFAL INNA DAN KAWAN-KAWANNYA

يُنْصَبُ الْاِسْـمَ ثُمَّ يُرْفَعُ الْخَـبَرْ ﴿ ﴾ بِـسِتَّـةِ الْاَحْرُفِ كُـنْتَ تُـعْتَبَرْ

اِنَّ وَاَنَّ وَكَاَنَّ لَـيْتَ ﴿ ﴾ لَعَلَّ لٰـكِـنَّ كَذَا اَتَـيْـتَ

Isimnya dibaca nashob, kemudian khobarnya di rofa dengan 6 huruf, yaitu lafal اِنَّ، اَنَّ، كَاَنَّ، لَـيْتَ، لَعَلَّ dan لٰـكِـنَّ demikian kamu mendatanginya, niscaya kamu menjadi orang yang diperhitungkan.

Artinya : Bila ada mubtada khobar kemasukan lafal اِنَّ atau salah satu dari kawan-kawannya, maka mubtada itu wajib dibaca nashob untuk menjadi isimnya, dan khobar tersebut wajib dibaca rofa’ untuk menjadi khobarnya. 

Beramalnya/ aturannya اِنَّ وَ اَخَوَاتِهَا adalah تَنْصِبُ الْاِسْـمَ وَ تَرْفَعُ الْخَـبَرْ yaitu Menashobkan isim dan merofa'kan khobar.

Seperti contoh-contoh berikut : (jika menggunakan HP geser tabel ke kanan/kiri)

NoAmilMaknaContohKHOBARISIM   setelah اِنَّ dkk
1اِنَّتَوْكِيْداِنَّ اللهَ غَفُـوْرٌ رَحِيْمٌغَفُـوْرٌ   رَحِيْمٌاللهَ
sesungguhnyamenguatkanSesungguhnya   Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayangrofa' (dlommah)nashob (fathah)
2اَنَّتَوْكِيْدوَاعْلَمُوْا أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِشَدِيدُاللهَ
sesungguhnya (setelah kalam)menguatkanDan   ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nyarofa' (dlommah)nashob (fathah)
3كَاَنَّتَشْبِيْهكَاَنَّ خَالِدًا أَسَدٌأَسَدٌخَالِدًا
seakan-akan, sepertimenyerupakan,   menyangkakansesungguhnya   Khalid laksana singarofa' (dlommah)nashob (fathah)
4لَـيْتَتَمَـــنِّىلَيْتَ الشَّبَابَ عَائِدٌعَائِدٌالشَّبَابَ
mudah-mudahan, seandainyamengharapkan yang   tidak mungkin dicapaiSeandainya usia muda   bisa kembalirofa' (dlommah)nashob (fathah)
5لَعَلَّتَرَجِيلَعَلَّ اللهَ يَرْحَمُنَايَرْحَمُنَااللهَ
mudah-mudahan, semoga, barangkalimengharapkan   sesuatu yang dekat / mudah didapatSemoga   Allah merahmati kitarofa' (mim   dlommah)nashob (fathah)
6لٰـكِـنَّإِسْتِدْرَاكوَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ   وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَلَا   يَشْكُرُونَأَكْثَرَهُمْ
tetapimenetapkan   setelahnya dan menganulir pernyataan sebelumnya. sebelum lakinna harus ada   kalamDan   sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang   diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya)rofa' (wawu dan   nun)nashob (ro   fathah)


النَّوْعُ الثَّالِثُ اَىْ فِي مَا وَ لَا

JENIS KETIGA ADALAH MENERANGKAN LAFAL MAA, LAA, IN DAN LAFAL LAATA

 حَرْفَانِ تَرْفَعَانِ الْاِسْمَ الْخَبَرْ ﴿ ﴾ اِنْصِبْ هُمَا مَالَا وَكُـنْ مِمَّنْ صَبَرْ

هٰذَا اِذَا رَاَيْتَ مَا بِدُوْنِ اِنْ ﴿ ﴾ مَعَ بَقَا النَّـفْيِ وَتَرْتِيْبِ عُلِنْ

وَهٰكَـذَا اِنْ ثُمَّ لَاَتَ فِى الْعَمَلْ ﴿ ﴾ وَحَذْفُ مَرْفُوْعٍ فَشَاوَالضِّدُّ قُلْ

Lafal مَا dan lafal لَا adalah dua huruf yang merofa’akan isimnya dan nashobkanlah khobar dengan keduanya, maka anda termasuk orang yang sabar. Demikianlah apabila kamu melihat lafal مَا tidak dengan lafal اِنْ beserta tetap nafinya dan susunannya diketahui berurutan, demikian juga lafal اِنْ, lafal لَاتَ di dalam beramal mengenai membuang lafal yang dirofa'kan oleh lafal لَاتَ adalah sangat terkenal dan sebaliknya itu adalah sangat sedikit.

Artinya : Lafal مَا, lafal لَاlafal اِنْ, dan lafal لَاتَ adalah dapat beramal تَرْفَعُ الْاِسْـمَ وَ تَنْصِبُ الْخَـبَرْ (merofa'kan mubtada untuk menjadi isimnya, menashobkan khobar mubtada untuk menjadi khobarnya) adalah mempunyai 3 syarat :

  1. Tidak kemasukan lafal اِنْ zaidah ( اِنْ tambahan )
  2. Tidak beriringan dengan lafal اِلَّا ISTITSNAIYAH (yang mengandung arti terkecuali)
  3. Berurutan isimnya harus didahulukan mengakhirkan khobarnya,

seperti contoh-contoh berikut (jika menggunakan HP geser tabel ke kanan/kiri)
NoAmilMaknaContohKHOBARISIM   / MUBTADA
1مَاحَرْفُ نَـفِىمَا عَالِمٌ مُهَانًامُهَانًاعَالِمٌ
tidak ada, tiadameniadakanTiada   orang pandai yang hinanashob (fathah)rofa' (dlommah)
2لَاحَرْفُ نَـفِىلَا جَاهِلٌ مُكْرَمًامُكْرَمًاجَاهِلٌ
tidak ada, tiadameniadakanTiada   orang bodoh yang dimuliakannashob (fathah)rofa' (dlommah)
3اِنْحَرْفُ نَـفِىاِنْ زَيْدٌ مُهْمِلًامُهْمِلًازَيْدٌ
bukanmeniadakanZaid   bukan penganggurnashob (fathah)rofa' (dlommah)
4مَاحَرْفُ نَـفِىﻣَﺎ ﻫٰـﺬَﺍ ﺑَﺸَﺮًﺍبَشَرًاهٰذَا
bukanlahmeniadakanbukanlah orang   biasanashob (fathah)rofa' (bentuk tetap)
5لَاتَحَرْفُ نَـفِىلَاتَ حِيْنَ مَنَاصٍ
tidak ada, tiadameniadakanTiada   waktu untuk menghindar
لَاتَ dapat beramal seperti amal لَيْسَ dengan syarat, hendaklah isim dan khabarnya dengan lafal حِيْنٍ. Isim dan khabarnya dibuang ( tidak disebut ) dan kebanyakan membuang isim.

CATATAN TAMBAHAN

Lafal ﻣَﺎ yang tidak beramal
1. Apabila ( sesudah lafal ﻣَﺎ ) disertai huruf اِنْ ( tambahan ), maka amalnya batal, seperti dalam contoh :
 ﻣَﺎ ﺍِﻥْ ﻗَﺎﺋِﻢٌ ﺯَﻳْﺪٌ = tiadalah Zaid berdiri
2. Bila khabarnya disertai lafal اِلَّا, seperti dalam contoh :
ﻭَﻣَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﺍِﻻَّﺭَﺳُﻮْﻝٌ = Muhammad itu tidak lain hanyalah seeorang rasul. ( QS. Imran : 144 )
3. Jika khabar mendahului isim, seperti contoh :
ﻣَﺎ ﻗَﺎﺋِﻢٌ ﺯَﻳْﺪٌ = Zaid bukanlah orang berdiri .
4. Atau ma’mul khabar mendahului isim yang bukan dalam keadaan berbentuk zharaf atau jar-majrur, seperti dalam contoh :
ﻣَﺎﻃَﻌﺎَﻣَﻚ ﺯَﻳْﺪٌ ﺍَﻛِﻞٌ = Zaid tiada memakan makananmu

النَّوْعُ الرَّابِعُ اَىْ فِي حُرُوْفِ النِّدَاءِ وَالْمَعِيَّةِ وَالْاِسْتِثْنَائِيَّةِ

JENIS KEEMPAT ADALAH MENERANGKAN HURUF NIDA, HURUF MA’IYAH DAN HURUF ISTISNA’ IYAH

اَلْاِسْمُ يُنْصَبُ بِسَبْعِ الْاَحْرُفِ ﴿ ﴾ اَيٰا هَيَا وَيَا وَأَى وَوٍ قِفِ

كَذَالِكَ اِلَّا ثُمَّ هَمْزٌ قُصِرَا ﴿ ﴾ اَوْ مُدَّ فَافْهَمْ صَافِيًا ذُكِـرَا

Kalimah Isim adalah dinasobkan dengan 7 huruf yaitu lafal اَيٰا، هَيَا، يَا، أَى (wahai) dan huruf وَاوُ (beserta) قِفْ (berhentilah) begitu juga lafal اِلَّا (terkecuali) kemudian HAMZAH yang dibaca pendek atau dibaca panjang, pahamilah keterangan yang sudah disebutkan dalam kondisi Anda membersihkan hati.

Artinya kalimat Isim jika kemasukan huruf nida, seperti lafal اَيٰا، هَيَا، يَا، أَى maka wajib dibaca nashob, begitu juga kalimat Isim yang kemasukan وَاوُ huruf Ma’iyah atau lafal اِلَّا Istisna’iyyah. 

Amalan/ aturan huruf nida, ma'iyyah dan istisna adalah تَنْصِبُ الْاِسْـمَ  (menashobkan isim)

Seperti contoh-contoh berikut ini :

NoAmilNamaMa'mulnyaContoh
1اَيَاحُرُوفُ الْنِّدَاءِمُنَـادٰىاَيَا عَبْدَ اللهِ
hai, wahaiWahai   Abdullah
2هَيَاهيا نَاسِيًا نِعْمَةَ اللهِ
hai, wahaiWahai   orang yang lupa pada nikmat Allah
3يَايَا رَسُوْلَ اللهِ
hai, wahaiWahai   utusan Allah
4أَىأَى عِبَادَ اللهِ
hai, wahaiWahai   hamba-hamba Allah
5أَ / آٰأَ / آٰ رَجُلًا خُذْ بِيَدِيْ
hai, wahaiWahai   laki-laki peganglah tanganku ini
6وَمَعِيَّةِمَفْعُوْل   مَعَهاَسِرْتَ وَالنَّهَارَ
beserta, bersamaApakah   kamu berjalan malam beserta siang
7اِلَّااِسْتِثْنَاءمُسْتَثْنٰىنَالَ التَّلَامِيْذُ اِلَّا غَائِبًا
kecuali, melainkan, selainSemua   murid berhasi kecuali yang tidak hadir


اَلنَّوْعُ الْخَامِسُ : اَىْ فِي حُرُوْفِ النَّصْبِ الَّتِى تَنْصِبُ الْمُضَارِعَ

JENIS YANG KELIMA ADALAH MENERANGKAN HURUF YANG MENASHOBKAN FI'IL MUDLORI’

فَانْصِبْ مُضَارِعًا بِاَنْ وَلَنْ وَكَىْ ﴿ ﴾  كَذا اِذَنْ وَقَـدْ ُتزَادُ لَامُ كَىْ

Bacalah nashob pada fi'il mudhori’ sebab kemasukan اَنْ، لَنْ، كَىْ begitu juga lafal اِذَنْ dan لَامُ كَىْ pun ikut ditambahkan.

Artinya bila ada fi'il mudhori’ kemasukan lafal اَنْ، لَنْ، كَىْ، اِذَنْ dan لَامُ كَىْ maka wajib dibaca nashob seperti contoh-contoh berikut :


Print Friendly and PDF

0 Response to "Tafrihatul Wildan Syarah Awamil Terjemah Bahasa Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel