Aplikasi Kitab Safinah Interaktif

Berikut versi interaktif Kitab Safinah yang bisa dipelajari langsung.

Daftar isi
Harakat
Arti
Penjelasan
Pendahuluan Pasal 1: Rukun Islam Pasal 2: Rukun Iman Pasal 3: Makna Laa ilaaha illallah Pasal 4: Tanda-Tanda Baligh Pasal 5: Syarat Bersuci dengan Batu Pasal 6: Rukun Wudhu Pasal 7: Pengertian Niat dan Tertib Pasal 8: Macam-Macam Air Pasal 9: Sebab-sebab yang Mewajibkan Mandi Pasal 10: Rukun Mandi Pasal 11: Syarat Sah Wudhu Pasal 12: Yang Membatalkan Wudhu Pasal 13: Hal-Hal yang Haram bagi Orang yang Berhadats Pasal 14: Sebab-sebab Tayammum Pasal 15: Syarat Tayammum Pasal 16: Rukun Tayammum Pasal 17: Yang Membatalkan Tayammum Pasal 18: Najis yang Bisa Suci Pasal 19: Macam-Macam Najis Pasal 20: Cara Menghilangkan Najis Pasal 21: Darah Haid dan Nifas Pasal 22: Udzur Shalat Pasal 23: Syarat Sah Shalat, Hadats, Aurat Pasal 24: Rukun-Rukun Shalat Pasal 25: Niat dalam Shalat Pasal 26: Syarat Takbiratul Ihram Pasal 27: Syarat Al-Fatihah Pasal 28: Tasydid Al-Fatihah Pasal 29: Waktu Mengangkat Tangan Pasal 30: Syarat Sujud Pasal 31: Anggota Sujud Pasal 32: Tasydid Tasyahhud Pasal 33: Tasydid Shalawat Pasal 34: Salam Pasal 35: Pembagian Waktu Shalat Pasal 36: Pembagian Mega Pasal 37: Waktu Larangan Shalat Pasal 38: Saktah Shalat Pasal 39: Rukun Thuma’ninah Pasal 40: Keterangan Thuma'ninah Pasal 41: Sebab Sujud Sahwi Pasal 42: Ab’ad Shalat Pasal 43: Pembatal Shalat Pasal 44: Niat Imamah Pasal 45: Syarat Menjadi Makmum Pasal 46: Pembagian Makmum Pasal 47: Syarat Jama’ Takdim Pasal 48: Syarat Jama’ Takhir Pasal 49: Syarat Qashar Pasal 50: Syarat Shalat Jum’at Pasal 51: Rukun Khutbatain Pasal 52: Syarat Khutbatain Pasal 53: Mengurus Jenazah Pasal 54: Cara Memandikan Jenazah Pasal 55: Cara Mengkafani Jenazah Pasal 56: Rukun Shalat Jenazah Pasal 57: Cara Menguburkan Jenazah Pasal 58: Sebab Jenazah Dibongkar Pasal 59: Isti'anah Bersuci Pasal 60: Harta yang Dizakati Pasal 61: Sebab Wajib Puasa Pasal 62: Syarat Sah Puasa Pasal 63: Syarat Wajib Puasa Pasal 64: Rukun Puasa Pasal 65: Qadha dan Kifarat dan Imsak Pasal 66: Pembatal Puasa Pasal 67: Hukum Ifthor Pasal 68: Pembagian Ifthor Pasal 69: Hal yang Tidak Membatalkan Puasa Penutup

Pendahuluan

ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…ٰู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู…ِ
ุงَู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„ّٰู‡ِ ุฑَุจِّ ุงู„ْุนٰู„َู…ِูŠْู†َ، ูˆَุจِู‡ِ ู†َุณْุชَุนِูŠْู†ُ ุนَู„ٰู‰ ุฃُู…ُูˆْุฑِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَุงู„ุฏِّูŠْู†ِ، ูˆَุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ّٰู‡ُ ุนَู„ٰู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ุฎَุงุชَู…ِ ุงู„ู†َّุจِูŠِّูŠู†َ، ูˆَุนَู„ٰู‰ ุขู„ِู‡ِ ูˆَุตَุญْุจِู‡ِ ุฃَุฌْู…َุนِูŠْู†َ. ูˆَู„َุง ุญَูˆْู„َ ูˆَู„َุง ู‚ُูˆَّุฉَ ุฅِู„َّุง ุจِุงู„ู„ّٰู‡ِ ุงู„ْุนَู„ِูŠِّ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…ِ.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Dengan-Nya kami meminta pertolongan dalam urusan dunia dan agama. Semoga shalawat dan salam Allah atas tuan kita Muhammad penutup para nabi, keluarganya, dan sahabatnya semua. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia.

Pasal 1: Rukun Islam

ุฃَุฑْูƒَุงู†ُ ุงู„ْุฅِุณْู„َุงู…ِ ุฎَู…ْุณَุฉٌ:
ูก. ุดَู‡َุงุฏَุฉُ ุฃَู†ْ ู„َุง ุฅِู„ٰู‡َ ุฅِู„َّุง ุงู„ู„ّٰู‡ُ ูˆَุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ّٰู‡ِ
ูข. ูˆَุฅِู‚َุงู…ُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ
ูฃ. ูˆَุฅِูŠุชَุงุกُ ุงู„ุฒَّูƒَุงุฉِ
ูค. ูˆَุตَูˆْู…ُ ุฑَู…َุถَุงู†َ
ูฅ. ูˆَุญِุฌُّ ุงู„ْุจَูŠْุชِ ู…َู†ِ ุงุณْุชَุทَุงุนَ ุฅِู„َูŠْู‡ِ ุณَุจِูŠู„ًุง
Rukun Islam ada lima:
  1. Syahadat (bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah)
  2. Menegakkan shalat
  3. Menunaikan zakat
  4. Puasa di bulan Ramadhan
  5. Haji ke Baitullah bagi yang mampu menempuhnya

Penjelasan:

  1. Kedua Kalimat Syahadat: Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Ini adalah komitmen iman yang tak sebatas ucapan, tapi harus dibuktikan dengan amal. Syahadat tauhid ( ุงَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„َุง ุฅِู„ٰู‡َ ุฅِู„َّุง ุงู„ู„ّٰู‡ُ)dan syahadat rasul (ูˆَุงَุดْู‡َุฏُ ุงَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ّٰู‡ِ) adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
  2. Menegakkan Shalat: Maksudnya adalah shalat lima waktu wajib (subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya), sedangkan shalat selain itu adalah sunnah.
  3. Menunaikan Zakat: Yakni mengeluarkan harta tertentu seperti emas, perak, hasil bumi, dan ternak kepada delapan golongan yang berhak menerima.
    1. Fakir: Orang yang tidak memiliki harta maupun pekerjaan yang halal yang dapat mencukupi kebutuhannya.
    2. Miskin: Orang yang tidak memiliki harta benda maupun pekerjaan, tetapi tidak mencukupi kebutuhannya.
    3. Amil: Orang yang ditunjuk sebagai panitia pengumpul dan pembagi zakat.
    4. Muallaf: Orang yang baru saja masuk Islam dan masih lemah imannya. Orang (golongan) ini diberi zakat agar semakin kuat imannya.
    5. Riqab: Budak sahaya yang sedang menjalani akad kitabah, yaitu perjanjian yang dilakukan dengan tuannya untuk membayar dalam jumlah tertentu agar dapat menjadi orang merdeka.
    6. Gharim: Orang yang sedang terbelit banyak hutang demi kemaslahatan dan kepentingan umum, meskipun orang tersebut orang kaya.
    7. Mujahid Fi Sabilillah: Orang yang berperang membela agama Allah tanpa imbalan (sukarela).
    8. Ibnu Sabil: Orang yang bepergian jauh dan melewati daerah di mana zakat sedang dibagi, sementara ia membutuhkan bekal untuk menuju tempat tujuan. Syaratnya, perjalanannya untuk mubah. Sebenarnya zakat boleh dibagikan hanya kepada 3 (tiga) golongan yang pertama. Urutan di atas merupakan urutan prioritas.
  4. Puasa Ramadhan:

    Puasa ini dilakukan sebulan penuh, kecuali bagi orang yang berhalangan (haid, nifas, sakit, menyusui, atau karena ketuaan). Umur bulan Ramadan ada kalanya 29 atau 30 hari. Nabi Muhammad sejak diwajibkannya puasa bulan Ramadlan hingga beliau wafat, baru sekali berpuasa 30 hari. Awal dan akhir Ramadlan harus didasarkan pada rukyat (terlihatnya hilal atau bulan pada 1 Ramadlan dan 1 Syawal).

    Ada tiga tingkatan puasa:
    1. Puasa orang awam: menahan makan, minum, dan hubungan suami istri.
    2. Puasa orang khusus: juga menahan dari dosa-dosa anggota tubuh.
    3. Puasa khusus dari yang khusus: memalingkan hati dari selain Allah.
  5. Haji: Wajib bagi yang mampu secara fisik, finansial, dan perjalanan.

Pasal 2: Rukun Iman

ุฃَุฑْูƒَุงู†ُ ุงู„ْุฅِูŠู…َุงู†ِ ุณِุชَّุฉٌ:
ูก. ุฃَู†ْ ุชُุคْู…ِู†َ ุจِุงู„ู„ّٰู‡ِ
ูข. ูˆَู…َู„َุงุฆِูƒَุชِู‡ِ
ูฃ. ูˆَูƒُุชُุจِู‡ِ
ูค. ูˆَุฑُุณُู„ِู‡ِ
ูฅ. ูˆَุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ุงู„ْุขุฎِุฑِ
ูฆ. ูˆَุชُุคْู…ِู†َ ุจِุงู„ْู‚َุฏَุฑِ ุฎَูŠْุฑِู‡ِ ูˆَุดَุฑِّู‡ِ ู…ِู†َ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ุชَุนَุงู„َู‰
Rukun Iman ada enam:
  1. Beriman kepada Allah
  2. Beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya
  3. Beriman kepada kitab-kitab-Nya
  4. Beriman kepada rasul-rasul-Nya
  5. Beriman kepada hari akhir
  6. Beriman kepada takdir, baik dan buruknya berasal dari Allah Ta‘ala

Penjelasan:

  1. Iman kepada Allah: Yaitu meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, pencipta alam semesta, yang tidak serupa dengan makhluk, tidak memiliki anak, tidak dilahirkan, dan tidak butuh kepada siapa pun. Serta meyakin Allah adalah Dzat yang memiliki Sifat :

    Sifat Wajib Allah :

    1. ูˆُุฌُูˆุฏٌ : Ada
    2. ู‚ِุฏَุงู…ٌ : Terdahulu
    3. ุจَู‚َุงุกٌ : Kekal
    4. ู…ُุฎَุงู„َูَุฉٌ ู„ِู„ْุญَูˆَุงุฏِุซِ : Berbeda dengan makhluk
    5. ู‚ِูŠَุงู…ُู‡ُ ุจِู†َูْุณِู‡ِ : Berdiri sendiri
    6. ูˆَุญْุฏَุงู†ِูŠَّุฉٌ : Esa
    7. ู‚ُุฏْุฑَุฉٌ : Berkuasa
    8. ุฅِุฑَุงุฏَุฉٌ : Berkehendak
    9. ุนِู„ْู…ٌ : Mengetahui
    10. ุญَูŠَุงุฉٌ : Hidup
    11. ุณَู…َุนٌ : Mendengar
    12. ุจَุตَุฑٌ : Melihat
    13. ูƒَู„َุงู…ٌ : Berfirman
    14. ู‚َุงุฏِุฑًุง : Dzat Yang Maha Berkuasa
    15. ู…ُุฑِูŠุฏًุง : Dzat Yang Maha Berkehendak
    16. ุนَุงู„ِู…ًุง : Dzat Yang Maha Mengetahui
    17. ุญَูŠًّุง : Dzat Yang Maha Hidup
    18. ุณَู…ِูŠุนًุง : Dzat Yang Maha Mendengar
    19. ุจَุตِูŠุฑًุง : Dzat Yang Maha Melihat
    20. ู…ُุชَูƒَู„ِّู…ًุง : Dzat Yang Maha Berfirman

    Sifat Mustahil Allah :

    1. ุนَุฏَู…ٌ : Tidak ada
    2. ุญُุฏُูˆุซٌ : Baru
    3. ูَู†َุงุกٌ : Binasa
    4. ู…ُู…َุงุซَู„َุฉٌ ู„ِุญَูˆَุงุฏِุซِ : Menyamai hal baru (makhluk)
    5. ุงูْุชِู‚َุงุฑٌ ู„ِุบَูŠْุฑِู‡ِ : Butuh kepada selain-Nya
    6. ุชَุนَุฏُّุฏٌ : Berbilang
    7. ุนَุฌْุฒٌ : Lemah
    8. ูƒَุฑَุงู‡َุฉٌ : Terpaksa
    9. ุฌَู‡ْู„ٌ : Bodoh
    10. ู…َูˆْุชٌ : Mati
    11. ุตَู…َู…ٌ : Tuli
    12. ุนَู…ًู‰ : Buta
    13. ุจُูƒْู…ٌ : Bisu
    14. ุนَุงุฌِุฒًุง : Dzat Yang Maha lemah
    15. ูƒَุงุฑِู‡ًุง : Dzat Yang Maha terpaksa
    16. ุฌَุงู‡ِู„ًุง : Dzat Yang Maha bodoh
    17. ู…َูŠِّุชًุง : Dzat Yang Maha mati
    18. ุฃَุตَู…َّ : Dzat Yang Maha tuli
    19. ุฃَุนْู…َู‰ : Dzat Yang Maha buta
    20. ุฃَุจْูƒَู…َ : Dzat Yang Maha bisu

    Sifat Jaiz Allah :

    ูِุนْู„ُ ูƒُู„ِّ ู…ُู…ْูƒِู†ٍ ุฃَูˆْ ุชَุฑْูƒُู‡ُ : Allah mungkin mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya

  2. Iman kepada Malaikat: percaya bahwa Malaikat adalah merupakan makhluk Allah yang diciptakan oleh Allah dari Nur (cahaya), tidak laki-laki dan juga tidak perempuan, selalu tunduk kepada segala perintah Allah dan tidak pernah menentang-Nya. Jumlah Malaikat hanya Allah yang tahu. Adapun yang wajib diketahui oleh orang Islam adalah:
    1. Jibril:Penyampai wahyu
    2. Mikail:Pembagi rezeki
    3. Israfil:Peniup terompet
    4. Izrail:Pencabut nyawa
    5. Munkar:Penanya mayit dalam kubur
    6. Nakir:Penanya mayit dalam kubur
    7. Raqib:Pencatat amal perbuatan manusia
    8. Atid:Pencatat amal perbuatan manusia
    9. Malik:Penjaga neraka
    10. Ridwan:Penjaga surga
  3. Iman kepada Kitab: Meyakini bahwa Allah menurunkan kitab kepada para nabi-Nya, seperti Taurat kepada Musa, Zabur kepada Dawud, Injil kepada Isa, dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad ๏ทบ sebagai kitab yang terakhir dan penyempurna.
  4. Iman kepada Rasul: maksudnya adalah Allah telah mengutus sebagian hamba-Nya untuk menyeru kepada manusia agar menjalankan syari'at Allah. Umat Islam harus meyakini dan mengetahui Rasul yang berjumlah 25 orang, yaitu:
    1. Adam as.
    2. Idris as.
    3. Nuh as.
    4. Hud as.
    5. Saleh as.
    6. Ibrahim as.
    7. Luth as.
    8. Isma'il as.
    9. Ishak as.
    10. Ya'qub as.
    11. Yusuf as.
    12. Ayyub as.
    13. Dzul-kifli as.
    1. Syu'aib as.
    2. Musa as.
    3. Harun as.
    4. Dawud as.
    5. Sulaiman as.
    6. Ilyas as.
    7. Al-Yasa' as.
    8. Yunus as.
    9. Zakariya as.
    10. Yahya as.
    11. Isa as.
    12. Muhammad saw.

    Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah: setiap Rasul adalah Nabi, sedangkan Nabi belum tentu Rasul. Nabi adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah, tetapi tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada umatnya. Sedangkan Rasul adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada umatnya.

    Dalam sebuah hadits dari Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya kepada Nabi Muhammad ๏ทบ:

    “Wahai Rasulullah, berapakah jumlah nabi itu?”
    Nabi menjawab: 124.000 nabi.
    Lalu aku bertanya: “Berapakah jumlah rasul dari mereka?”
    Nabi menjawab: 315 rasul, jumlahnya banyak.

    (HR. Ahmad dalam Musnad, no. 22215 — dinilai hasan oleh al-Haitsami dalam Majma‘ az-Zawฤ’id).

    Semua rasul adalah nabi, namun tidak semua nabi adalah rasul. Umat Islam diwajibkan meyakini dan mengenal paling tidak 25 rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

    Iman kepada Rasul juga harus meyakini bahwa para Rasul itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

    Pertama, sifat wajib:
    1. ุตِุฏْู‚ٌ : Jujur dalam segala yang disampaikan.
    2. ุฃَู…َุงู†َุฉٌ : Dapat dipercaya.
    3. ุชَุจْู„ِูŠْุบٌ : Menyampaikan ajaran.
    4. ูَุทَุงู†َุฉٌ : Pandai.
    Kedua, sifat mustahil:
    1. ูƒَุฐِุจٌ : Bohong.
    2. ุฎِูŠَุงู†َุฉٌ : Berkhianat.
    3. ูƒِุชْู…َุงู†ٌ : Menyimpan ajaran.
    4. ุจَู„َุงุฏَุฉٌ : Bodoh.
    Ketiga, sifat jaiz:

    ุงู„ْุนَุงุฑِุถُ ุงู„ْุจَุดَุฑِูŠُّ : Rasul dapat mengalami sifat-sifat manusiawi seperti lapar, haus, sakit, tidur, dan lainnya — selama tidak mengurangi kemuliaannya sebagai Rasul.

  5. Iman kepada Hari Akhir: Meyakini bahwa kiamat akan terjadi, waktunya hanya Allah yang mengetahui. Juga percaya adanya kehidupan setelah mati, seperti nikmat dan siksa kubur, termasuk kejadian-kejadian seperti kiamat, kebangkitan, hisab, makhsyar, mizan, Siratul mustaqim, syafaat, surga dan neraka.
  6. Iman kepada Takdir: Bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah dalam ketetapan dan kehendak Allah, namun manusia tetap diberi ikhtiar dan tanggung jawab atas perbuatannya.

Pasal 3: Makna Laa ilaaha illallah

ูˆَู…َุนْู†َู‰ ู„َุง ุฅِู„ٰู‡َ ุฅِู„َّุง ุงู„ู„ّٰู‡ُ:
ู„َุง ู…َุนْุจُูˆْุฏَ ุจِุญَู‚ٍّ ูِูŠ ุงู„ْูˆُุฌُูˆْุฏِ ุฅِู„َّุง ุงู„ู„ّٰู‡ُ
Makna "Laa ilaaha illallah" adalah: Tidak ada sesembahan yang berhak disembah secara benar dalam keberadaan ini kecuali Allah.

Penjelasan:

Kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah” terdiri dari dua unsur utama:

  1. Nafyu (peniadaan): Menafikan semua bentuk sesembahan selain Allah, seperti berhala, patung, manusia, atau makhluk lain.
  2. Itsbat (penetapan): Menetapkan hanya Allah satu-satunya yang layak disembah.

Makna ini adalah inti dari akidah Islam. Seorang muslim wajib mengucapkan dan memahami makna kalimat ini sebagai bentuk pernyataan keimanannya yang paling mendasar.

Tidak cukup hanya diucapkan, namun harus diyakini dan dibuktikan dalam tindakan serta amal sehari-hari.

Pasal 4: Tanda-Tanda Baligh

ุนَู„ุงَู…َุงุชُ ุงู„ْุจُู„ُูˆْุบِ ุซَู„َุงุซٌ:
ูก. ุชَู…َุงู…ُ ุฎَู…ْุณَ ุนَุดْุฑَุฉَ ุณَู†َุฉً ูِู‰ ุงู„ุฐَّูƒَุฑِ ูˆَุงู„ْุฃُู†ْุซَู‰
ูข. ูˆَุงู„ุงِุญْุชِู„َุงู…ُ ูِู‰ ุงู„ุฐَّูƒَุฑِ ูˆَุงู„ْุฃُู†ْุซَู‰ ู„ِุชِุณْุนِ ุณِู†ِูŠْู†َ
ูฃ. ูˆَุงู„ْุญَูŠْุถُ ูِู‰ ุงู„ْุฃُู†ْุซَู‰ ู„ِุชِุณْุนِ ุณِู†ِูŠْู†َ
Tanda-tanda baligh ada tiga:
  1. Usia sudah genap 15 tahun bagi laki-laki dan perempuan.
  2. Sudah mimpi keluar sperma (mani) bagi laki-laki dan perempuan apabila sudah berumur 9 tahun.
  3. Sudah haid bagi perempuan setelah usia 9 tahun.

Penjelasan:

Baligh adalah masa seseorang mulai dibebani kewajiban syariat (mukallaf). Tanda-tanda baligh bagi anak laki-laki dan perempuan ditentukan oleh salah satu dari tiga hal:

  1. Usia: Ketika seseorang mencapai usia 15 tahun hijriah, maka dia dihukumi telah baligh, baik ada tanda lainnya atau tidak.
  2. Keluarnya mani: Baik karena mimpi (ihtilam) atau saat terjaga. Hal ini menunjukkan fungsi biologisnya telah matang. Berlaku jika usianya sudah mencapai minimal 9 tahun.
  3. Haid: Hanya khusus bagi perempuan. Jika seorang perempuan mengalami haid setelah usia 9 tahun, maka ia telah baligh meskipun usianya belum mencapai 15 tahun.

Maka, jika seseorang sudah mengalami salah satu tanda tersebut, ia dianggap telah baligh dan dikenai kewajiban agama seperti shalat, puasa, zakat, dan lainnya.

Pasal 5: Syarat Bersuci dengan Batu

ุดُุฑُูˆْุทُ ุงِุฌْุฒَุงุกِ ุงู„ْุญَุฌَุฑِ ุซَู…َุงู†ِูŠَุฉٌ:
ูก. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆْู†َ ุจِุซَู„َุงุซَุฉِ ุฃَุญْุฌَุงุฑٍ
ูข. ุฃَู†ْ ูŠُู†َู‚َّู‰ ูฑู„ْู…َุญَู„ُّ
ูฃ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุฌِูَّ ุงู„ู†َّุฌْุณُ
ูค. ูˆَู„َุง ูŠَู†ْุชَู‚ِู„َ
ูฅ. ูˆَ ู„َุง ูŠَุทْุฑَุฃَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุขุฎَุฑُ
ูฆ. ูˆَ ู„َุง ูŠُุฌَุงูˆِุฒَ ุตَูْุญَุชَู‡ُ ูˆَุญَุดَูَุชَู‡ُ
ูง. ูˆَ ู„َุง ูŠُุตِูŠْุจَู‡ُ ู…َุงุกٌ
ูจ. ูˆَุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆْู†َ ูฑู„ْุฃَุญْุฌَุงุฑُ ุทَุงู‡ِุฑَุฉً
Syarat bersuci menggunakan batu (istijmar) ada delapan:
  1. Adanya dengan tiga buah batu.
  2. Tempat keluarnya najis dapat dibersihkan (dengan 3 batu itu).
  3. Najis belum mengering.
  4. Najis tidak berpindah dari tempat asalnya.
  5. Tempat najis tidak terkena najis lain.
  6. Najis tidak melewati tempat keluarnya, seperti pipi dubur dan hasyafah (ujung kemaluan laki-laki).
  7. Tempat najis belum terkena air.
  8. Batu-batunya yang digunakan harus suci.

Penjelasan:

Bersuci dengan batu dikenal sebagai istijmar, yang diperbolehkan sebagai ganti air dalam membersihkan najis ringan di qubul dan dubur, seperti setelah buang air kecil atau besar. Namun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sah.

  1. Benda yang digunakan minimal tiga, meskipun satu benda jika memiliki tiga sisi/ pojok yang berbeda pun dibolehkan.
  2. Bila ada bekas najis yang sangat sulit dihilangkan, maka hukumnya dimaafkan (diampuni).
  3. Bila najis sudah kering maka thaharah harus dilakukan dengan air.
  4. Bila najis sudah berpindah dari tempatnya yang asli maka thaharah dilakukan dengan air.
  5. Yang dimaksud najis lain termasuk percikan dari najis itu sendiri.
  6. Fungsi batu dapat digantikan dengan benda lain yang keras yang dapat menghilangkan najis, seperti batu bata yang kering, kayu atau barang lain yang tidak dimuliakan oleh syara'.

Istijmar ini mempermudah kaum muslimin dalam kondisi sulit air, selama syarat-syaratnya dipenuhi.

Pasal 6: Rukun Wudhu

ูُุฑُูˆْุถُ ุงู„ْูˆُุถُูˆْุกِ ุณِุชَّุฉٌ:
ูฑู„ْุฃَูˆَّู„ُ: ุงู„ู†ِّูŠَّุฉُ
ูฑู„ุซَّุงู†ِูŠ: ุบَุณْู„ُ ุงู„ْูˆَุฌْู‡ِ
ูฑู„ุซَّุงู„ِุซُ: ุบَุณْู„ُ ุงู„ْูŠَุฏَูŠْู†ِ ู…َุนَ ุงู„ْู…ِุฑْูَู‚َูŠْู†ِ
ูฑู„ุฑَّุงุจِุนُ: ู…َุณْุญُ ุดَูŠْุกٍ ู…ِู†َ ุงู„ุฑَّุฃْุณِ
ูฑู„ْุฎَุงู…ِุณُ: ุบَุณْู„ُ ุงู„ุฑِّุฌْู„َูŠْู†ِ ู…َุนَ ุงู„ْูƒَุนْุจَูŠْู†ِ
ูฑู„ุณَّุงุฏِุณُ: ุงู„ุชَّุฑْุชِูŠْุจُ
Rukun wudhu ada enam:
  1. Niat.
  2. Membasuh wajah.
  3. Membasuh kedua tangan beserta siku.
  4. Mengusap sebagian dari kepala.
  5. Membasuh kedua kaki beserta mata kaki.
  6. Tertib (berurutan sesuai urutan).

Penjelasan:

A. Niat, dimaksudkan untuk menghilangkan hadats kecil atau untuk diperkenankan shalat. Niat harus dibersamakan pada saat membasuh muka.

B. Batas-batas muka (wajah) dari arah atas ke bawah adalah dimulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala hingga dua rahang. Dari arah samping satu ke telinga yang lain. Rambut yang tumbuh di batas muka harus dibasuh sempurna. Sedang jenggot, bila lebat hanya wajib dibasuh bagian luar saja.

C. Sunnat mengusap seluruh bagian kepala.

D. Lafal niat wudlu adalah:

ู†َูˆَูŠْุชُ ุงู„ْูˆُุถُูˆุกَ ู„ِุฑَูْุนِ ุงู„ْุญَุฏَุซِ ุงู„ْุฃَุตْุบَุฑِ ูَุฑْุถًุง ِู„ู„ู‡ِ ุชَุนَุงู„َู‰

"Aku berniat wudlu untuk menghilangkan hadats kecil fardlu karena Allah."

E. Disunatkan membaca doa-doa sebagai berikut:

1. Sebelum wudlu

ุงَู„ْู€ุญَู…ْุฏُ ِู„ู„ู‡ِ ุงู„َّุฐِูŠْ ุฌَุนَู„َ ุงู„ْู…َุงุกَ ุทَู‡ُูˆْุฑًุง

"Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air yang suci dan mensucikan."

2. Sesudah wudlu

ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ุฅِู„ٰู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„ุงَ ุดَุฑِูŠْูƒَ ู„َู‡ُ، ูˆَุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ،
ุงَู„ู„ّٰู‡ُู…َّ ุงุฌْุนَู„ْู†ِูŠْ ู…ِู†َ ุงู„ุชَّูˆَّุงุจِูŠْู†َ، ูˆَุงุฌْุนَู„ْู†ِูŠْ ู…ِู†َ ุงู„ْู…ُุชَุทَู‡ِّุฑِูŠْู†َ، ูˆَุงุฌْุนَู„ْู†ِูŠْ ู…ِู†ْ ุนِุจَุงุฏِูƒَ ุงู„ุตَّุงู„ِุญِูŠْู†َ
ุณُุจْุญَุงู†َูƒَ ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ูˆَุจِุญَู…ْุฏِูƒَ، ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ุฅِู„ٰู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุฃَู†ْุชَ، ุฃَุณْุชَุบْูِุฑُูƒَ ูˆَุฃَุชُูˆْุจُ ุฅِู„َูŠْูƒَ،
ูˆَุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„ٰู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„ٰู‰ ุขู„ِู‡ِ ูˆَุตَุญْุจِู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ

"Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah sendiri, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah jadikanlah saya dari golongan orang-orang yang bertaubat. Ya Allah jadikanlah saya golongan orang-orang yang mensucikan diri. Ya Allah jadikanlah saya hamba-hamba-Mu yang shaleh. Maha Suci Engkau ya Allah, dari pujian atas-Mu saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Saya mohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu. Dan shalawat semoga atas junjungan kami, Muhammad saw, juga atas keluarga dan sahabatnya."

Pasal 7: Pengertian Niat dan Tertib

ุงู„ู†ِّูŠَّุฉُ: ู‚َุตْุฏُ ุงู„ุดَّูŠْุกِ ู…ُู‚ْุชَุฑِู†ًุง ุจِูِุนْู„ِู‡ِ، ูˆَู…َุญَู„ُّู‡َุง ุงู„ْู‚َู„ْุจُ.
ูˆَุงู„ุชَّู„َูُّุธُ ุจِู‡َุง ุณُู†َّุฉٌ، ูˆَูˆَู‚ْุชُู‡َุง ุนِู†ْุฏَ ุบَุณْู„ِ ุฃَูˆَّู„ِ ุฌُุฒْุกٍ ู…ِู†َ ุงู„ْูˆَุฌْู‡ِ.
ูˆَุงู„ุชَّุฑْุชِูŠุจُ: ุฃَู†ْ ู„َุง ูŠُู‚َุฏَّู…َ ุนُุถْูˆًุง ุนَู„َู‰ ุนُุถْูˆٍ
Niat adalah menyengaja sesuatu bersamaan dengan pelaksanaannya, dan tempatnya di dalam hati.
Melafalkan niat adalah sunnah, dan waktunya ketika mulai membasuh bagian pertama dari wajah.
Tertib adalah bagian yang pertama tidak didahului bagian yang lain.

Penjelasan:

1. Niat

Wajib dikerjakan ketika wudhu berdasarkan hadits Nabi yang berbunyi:

ุฅِู†َّู…َุง ุงู„ْุฃَุนْู…َุงู„ُ ุจِุงู„ู†ِّูŠَّุงุชِ

“Hanya saja kesahan amal tergantung pada niatnya.”

Sehingga sebuah amal tidaklah sah ketika tidak ada niat di dalamnya, begitu juga wudhu. Dikarenakan niat adalah fardhu atau bagian dari wudhu yang wajib dikerjakan, maka ketika niat tidak dikerjakan ketika wudhu maka wudhunya tidak sah.

Oleh karena itu, perlunya mengetahui hukum atau hal-hal yang berkaitan dengan niat. Adapun hukum-hukum niat adalah sebagai berikut:

a. Pengertian:
Niat adalah keinginan mengerjakan suatu hal dibarengi dengan mengerjakan pekerjaan yang diinginkan. Adapun keinginan saja tanpa dibarengi pekerjaan, maka itu bukanlah niat, melainkan ‘azm.
b. Tempat Niat:
Tempat atau letak niat adalah di dalam hati. Adapun mengucapkan niat di lisan adalah sunnah, supaya hati lebih mudah berniat.
c. Waktu Niat:
Waktu niat adalah bersamaan dengan pertama kali melakukan suatu ibadah. Dalam wudhu, waktu niat adalah ketika membasuh bagian pertama dari wajah.
d. Hukum Niat:
Secara umum, hukum niat dalam suatu ibadah adalah wajib, tetapi ada sebagian ibadah yang niatnya hanya sunnah meskipun ibadahnya wajib. Contohnya memandikan mayit — niatnya sunnah, meskipun memandikannya wajib.
e. Tata Cara Niat:
Tata cara niat berbeda-beda dalam setiap ibadah. Niat dalam wudhu cukup dengan “saya niat wudhu”.

2. Tertib

Tertib adalah meletakkan sesuatu sesuai urutannya. Tidak diperbolehkan mendahulukan sesuatu sebelum waktunya.

Dalam wudhu, tertib adalah bagian dari fardhu. Artinya, tidak diperkenankan membasuh anggota wudhu yang satu sebelum menyempurnakan anggota sebelumnya.

Contoh: tidak diperbolehkan membasuh tangan sebelum selesai membasuh wajah.

Pasal 8: Macam-Macam Air

ุงู„ْู…َุงุกُ ู‚َู„ِูŠู„ٌ ูˆَูƒَุซِูŠุฑٌ
ูَุงู„ْู‚َู„ِูŠู„ُ: ู…َุง ุฏُูˆู†َ ุงู„ْู‚ُู„َّุชَูŠْู†ِ
ูˆَุงู„ْูƒَุซِูŠุฑُ: ู‚ُู„َّุชَุงู†ِ ูَุฃَูƒْุซَุฑُ
ูَุงู„ْู‚َู„ِูŠู„ُ: ูŠَู†ْุฌُุณُ ุจِูˆُู‚ُูˆุนِ ุงู„ู†َّุฌَุงุณَุฉِ ูِูŠู‡ِ ูˆَุฅِู†ْ ู„َู…ْ ูŠَุชَุบَูŠَّุฑْ
ูˆَุงู„ْู…َุงุกُ ุงู„ْูƒَุซِูŠุฑُ: ู„َุง ูŠَุชَู†َุฌَّุณُ ุฅِู„َّุง ุฅِุฐَุง ุชَุบَูŠَّุฑَ ุทَุนْู…ُู‡ُ، ุฃَูˆْ ู„َูˆْู†ُู‡ُ، ุฃَูˆْ ุฑِูŠุญُู‡ُ
Air ada dua macam: sedikit dan banyak.
Air sedikit: adalah air yang kurang dari dua qullah.
Air banyak: adalah air yang mencapai dua qullah atau lebih.
Air sedikit menjadi najis karena terkena najis di dalamnya, meskipun tidak berubah.
Air banyak tidak menjadi najis kecuali jika berubah salah satu dari sifat-sifatnya: rasanya, warnanya, atau baunya/ aromanya.

Penjelasan:

Hukum Air
Air adalah alat atau sarana untuk bersuci. Baik bersuci untuk mengangkat hadas seperti wudhu dan mandi wajib, atau untuk menghilangkan najis. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:

ูˆَุฃَู†ْุฒَู„ْู†َุง ู…ِู†َ ุงู„ุณَّู…َุงุกِ ู…َุงุกً ุทَู‡ُูˆุฑًุง

“Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih.” (Al-Furqan: 48)

Memandang dari segi hukum syariat, air terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Air Sedikit:
Air yang ukuran banyaknya tidak mencapai dua qullah, yaitu sekitar 216 liter. Air sedikit ini langsung menjadi mutanajjis jika terkena najis, meskipun tidak terjadi perubahan pada rasa, warna, atau baunya.

Sebagaimana sabda Rasulullah ๏ทบ:

ุฅِุฐَุง ุจَู„َุบَ ุงู„ْู…َุงุกُ ู‚ُู„َّุชَูŠْู†ِ ู„َู…ْ ูŠَุญْู…ِู„ِ ุงู„ْุฎَุจِูŠْุซَ

“Jika air mencapai dua qullah, maka air tersebut tidak membawa najis.”

Maka jika tidak mencapai dua qullah, berarti najis memengaruhinya. Tetapi ada beberapa kondisi air sedikit tetap suci:

a. Jika terkena najis yang dimaafkan
Maka air tetap suci dan mensucikan. Contohnya:

  • Najis yang tidak terlihat oleh mata (seperti percikan sangat kecil).
  • Bangkai binatang kecil yang tidak mengalirkan darah seperti cicak atau semut.

Dengan syarat najis tersebut tidak disengaja masuk dan air tidak berubah sifatnya.

b. Jika air sedikit melewati najis
Maka air tetap suci dan mensucikan dengan tiga syarat:

  1. Air tidak berubah sifatnya (rasa, warna, atau bau).
  2. Jumlah air tidak bertambah setelah melewati najis.
  3. Najis yang dilewati telah dibersihkan oleh air tersebut.

Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka air menjadi mutanajjis.

Catatan: Segala benda cair selain air (seperti minyak) dihukumi seperti air sedikit: menjadi najis jika terkena najis meskipun jumlahnya banyak.

2. Air Banyak:
Air sebanyak dua qullah atau lebih tidak langsung menjadi najis jika terkena najis, kecuali jika berubah salah satu dari sifatnya: rasa, warna, atau bau. Jika berubah, maka menjadi air mutanajjis.

Perbedaan:

  • Air najis: asalnya memang najis (contoh: air kencing).
  • Air mutanajjis: asalnya suci, tapi menjadi najis karena terkena najis.

Cara mensucikan air mutanajjis:

  1. Dengan sendirinya: perubahan najis hilang sendiri setelah didiamkan dalam waktu yang lama.
  2. Dengan ditambah air: hingga melebihi 216 liter dan hilang perubahan najisnya.
  3. Dengan berkurangnya air: air menyusut tetapi sisa tetap 216 liter atau lebih.

Pasal 9: Sebab-Sebab yang Mewajibkan Mandi

ู…ُูˆْุฌِุจَุงุชُ ุงู„ْุบُุณْู„ِ ุณِุชَّุฉٌ:
ูก. ุฅِูŠْู„ุงَุฌُ ุงู„ْุญَุดَูَุฉِ ูِูŠ ุงู„ْูَุฑْุฌِ
ูข. ูˆَุฎُุฑُูˆْุฌُ ุงู„ْู…َู†ِูŠِّ
ูฃ. ูˆَุงู„ْุญَูŠْุถُ
ูค. ูˆَุงู„ู†ِّูَุงุณُ
ูฅ. ูˆَุงู„ْูˆِู„ุงَุฏَุฉُ
ูฆ. ูˆَุงู„ْู…َูˆْุชُ
Yang mewajibkan mandi ada enam:
  1. Masuknya hasyafah (kepala kemaluan laki-laki) ke dalam farji (kemaluan perempuan/ vagina).
  2. Keluarnya mani.
  3. Haid (menstruasi).
  4. Nifas (darah setelah melahirkan).
  5. Wiladah/ Melahirkan.
  6. Meninggal dunia (mandi jenazah).

Penjelasan:

  • Hubungan suami istri: Mewajibkan mandi meskipun tidak keluar mani, selama ada penetrasi.
  • Keluar mani: Baik karena mimpi atau sebab lainnya, asalkan keluar dengan syahwat.
  • Haid dan Nifas: Wanita wajib mandi setelah selesai masa haid atau nifas sebelum shalat.
  • Kelahiran: Baik keluar darah atau tidak, wanita tetap wajib mandi.
  • Kematian: Jenazah muslim wajib dimandikan kecuali mati syahid atau janin tidak bernyawa.

Niat mandi janabah adalah:

ู†َูˆَูŠْุชُ ุงู„ْุบُุณْู„َ ู„ِุฑَูْุนِ ุญَุฏَุซِ ุงู„ْุฌَู†َุงุจَุฉِ ูَุฑْุถًุง ู„ِู„ّٰู‡ِ ุชَุนَุงู„ٰู‰

"Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats janabah/hadats besar fardlu karena Allah."

Niat mandi usai haid:

ู†َูˆَูŠْุชُ ุงู„ْุบُุณْู„َ ู„ِุฑَูْุนِ ุญَุฏَุซِ ุงู„ْุญَูŠْุถِ ูَุฑْุถًุง ู„ِู„ّٰู‡ِ ุชَุนَุงู„ٰู‰

"Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats haid fardlu karena Allah."

Niat mandi usai nifas:

ู†َูˆَูŠْุชُ ุงู„ْุบُุณْู„َ ู„ِุฑَูْุนِ ุญَุฏَุซِ ุงู„ู†ِّูَุงุณِ ูَุฑْุถًุง ู„ِู„ّٰู‡ِ ุชَุนَุงู„ٰู‰

"Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats nifas fardlu karena Allah."

Niat mandi usai melahirkan:

ู†َูˆَูŠْุชُ ุงู„ْุบُุณْู„َ ู„ِุฑَูْุนِ ุญَุฏَุซِ ุงู„ْูˆِู„َุงุฏَุฉِ ูَุฑْุถًุง ู„ِู„ّٰู‡ِ ุชَุนَุงู„ٰู‰

"Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats melahirkan karena Allah."

Semua sebab ini menunjukkan perhatian syariat terhadap kesucian fisik dalam ibadah.

Pasal 10: Rukun Mandi

ูُุฑُูˆْุถُ ุงู„ْุบُุณْู„ِ ุงุซْู†َุงู†ِ:
ูก. ุงู„ู†ِّูŠَّุฉُ
ูข. ูˆَุชَุนْู…ِูŠْู…ُ ุงู„ْุจَุฏَู†ِ ุจِุงู„ْู…َุงุกِ
Rukun mandi ada dua:
  1. Niat mandi wajib.
  2. Meratakan air ke seluruh tubuh.

Penjelasan:

Niat dilakukan di awal mandi wajib, bertujuan untuk menghilangkan hadas besar.

Yang dimaksud meratakan air adalah memastikan bahwa semua bagian tubuh, termasuk lipatan dan rambut, terkena air.

Jika ada bagian tubuh yang tidak terkena air secara sengaja atau karena kelalaian, maka mandi tidak sah.

Pasal 11: Syarat Sah Wudhu

ุดُุฑُูˆุทُ ุงู„ْูˆُุถُูˆْุกِ ุนَุดَุฑَุฉٌ:
ูก.ุงู„ْุฅِุณْู„َุงู…ُ
ูข. ูˆَุงู„ุชَّู…ْูŠِูŠْุฒُ
ูฃ. ูˆَุงู„ْู†َู‚َุงุกُ ุนَู†ِ ุงู„ْุญَูŠْุถِ ูˆَุงู„ู†ِّูَุงุณِ
ูค. ูˆَุนَู…َّุง ูŠَู…ْู†َุนُ ูˆُุตُูˆْู„َ ุงู„ْู…َุงุกِ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْุจَุดَุฑَุฉِ
ูฅ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَูƒُูˆْู†َ ุนَู„َู‰ ุงู„ْุนُุถْูˆِ ู…َุง ูŠُุบَูŠِّุฑُ ุงู„ْู…َุงุกَ
ูฆ. ูˆَุงู„ْุนِู„ْู…ُ ุจِูَุฑْุถِูŠَّุชِู‡ِ
ูง. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุนْุชَู‚ِุฏَ ูَุฑْุถًุง ู…ِู†ْ ูُุฑُูˆْุถِู‡ِ ุณُู†َّุฉً
ูจ. ูˆَุงู„ْู…َุงุกُ ุงู„ุทَّู‡ُูˆْุฑُ
ูฉ. ูˆَุฏُุฎُูˆْู„ُ ุงู„ْูˆَู‚ْุชِ
ูกู . ูˆَุงู„ْู…ُูˆَุงู„َุงุฉُ ู„ِุฏَุงุฆِู…ِ ุงู„ْุญَุฏَุซِ
Syarat sah wudhu ada sepuluh:
  1. Beragama Islam.
  2. Tamyiz (dapat membedakan baik dan buruk).
  3. Suci dari haid dan nifas.
  4. Bersih dari yang menghalangi sampainya air ke kulit.
  5. Tidak ada zat pada anggota wudhu yang mengubah sifat air.
  6. Mengetahui fardhu-fardhu wudhu.
  7. Tidak meyakini bahwa rukun wudhu itu sunnah.
  8. Air yang digunakan harus suci dan menyucikan (thahur).
  9. Masuk waktu shalat (bagi orang yang selalu berhadas).
  10. Terus menerus (muwalah) bagi orang yang selalu berhadas.

Penjelasan:

A. Tamyiz ditandai dengan pengetahuan anak akan hal-hal yang bermanfaat dan hal-hal yang berbahaya, kemampuan anak untuk makan minum, membersihkan kotoran dan lain sebagainya. Tamyiz biasanya terjadi pada usia 6–7 tahun.

B. Syarat duhulūlul waqṯi (sudah masuk waktu shalat) hanya berlaku bagi daimul hadats (orang yang selalu mengalami hadats) dan wanita mustahaแธhah (wanita yang sedang mengeluarkan darah penyakit, bukan darah haid, dari farjinya). Sebab kesucian dua orang tersebut disebut suci darurat. Sedang darurat tidak terjadi sebelum masuk waktu shalat.

Pasal 12: Yang Membatalkan Wudhu

ู†َูˆَุงู‚ِุถُ ุงู„ْูˆُุถُูˆุกِ ุฃَุฑْุจَุนَุฉُ ุงَุดْูŠَุงุกَ:
- ุงَู„ْุงَูˆَّู„ُ ุงู„ْุฎَุงุฑِุฌُ ู…ِู†ْ ุฃَุญَุฏِ ุงู„ุณَّุจِูŠู„َูŠْู†ِ، ู…ِู†ْ ู‚ُุจُู„ٍ ุฃَูˆْ ุฏُุจُุฑٍ، ุฑِูŠْุญٌ ุฃَูˆْ ุบَูŠْุฑُู‡ُ، ุฅِู„َّุง ุงู„ْู…َู†ِูŠَّ
- ุงู„ุซَّุงู†ِู‰ ุฒَูˆَุงู„ُ ุงู„ْุนَู‚ْู„ِ ุจِู†َูˆْู…ٍ ุฃَูˆْ ุบَูŠْุฑِู‡ِ، ุฅِู„َّุง ู†َูˆْู…َ ู‚َุงุนِุฏٍ ู…ُู…َูƒِّู†ٍ ู…َู‚ْุนَุฏَู‡ُ ู…ِู†َ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ
- ุงู„ุซَّุงู„ِุซُ ุงِู„ْุชِู‚َุงุกُ ุจَุดَุฑَุชَูŠْ ุฑَุฌُู„ٍ ูˆَุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ ูƒَุจِูŠุฑَูŠْู†ِ ุฃَุฌْู†َุจِูŠَّูŠْู†ِ ู…ِู†ْ ุบَูŠْุฑِ ุญَุงุฆِู„ٍ
- ุงู„ุฑَّุงุจِุนُ ู…َุณُّ ู‚ُุจُู„ِ ุงู„ุขุฏَู…ِูŠِّ، ุฃَูˆْ ุญَู„ْู‚َุฉِ ุฏُุจُุฑِู‡ِ ุจِุจَุทْู†ِ ุงู„ุฑَّุงุญَุฉِ، ุฃَูˆْ ุจُุทُูˆْู†ِ ุงู„ْุฃَุตَุงุจِุนِ
Perkara yang membatalkan wudhu ada empat:
  1. Segala sesuatu yang keluar salah satu dua jalan, dari qubul (kemaluan depan) atau dubur, baik angin maupun selainnya, kecuali mani.
  2. Hilang akal karena tidur atau sebab lainnya, kecuali orang tidur yang duduk dan menempatkan pantatnya menempel erat di tanah(tempat duduknya).
  3. Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan dewasa non-mahram tanpa penghalang.
  4. Menyentuh kemaluan atau dubur manusia dengan telapak tangan bagian dalam atau bagian dalam jari-jari.

Penjelasan:

Perkara yang Membatalkan Wudhu

1. Apapun yang keluar dari salah satu dari dua jalan yaitu qubul (jalan depan/kemaluan) atau dubur (jalan belakang/anus), baik kentut atau lainnya kecuali mani

Segala sesuatu yang keluar darinya, apapun bentuknya maka membatalkan wudhu. Baik yang keluar adalah sesuatu yang umum seperti kotoran dan air kencing, ataupun yang jarang terjadi seperti darah dan cacing. Semua itu membatalkan wudhu kecuali air mani.

Seorang yang keluar air maninya maka wudhu yang ia punya tidak batal, tetapi ia wajib mandi. Namun tidak semua air mani yang keluar tidak membatalkan wudhu. Air mani yang tidak membatalkan wudhu adalah mani yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Mani dirinya sendiri
Jika mani yang keluar adalah mani orang lain seperti seorang suami yang menyentuh istrinya dalam keadaan tidur, lalu terjadi tidak terangkat syahwatnya maka mani yang keluar dari kemaluan istri setelah mandi, tidak mewajibkan mandi tapi wudhunya batal.

b. Mani yang keluar adalah mani pertama kali
Hal ini bisa terjadi ketika seorang telah keluar mani, kemudian ia masukkan ke dalam kemaluannya kembali. Sehingga mani yang keluar tidak mewajibkan mandi tapi membatalkan wudhu.

c. Tidak bercampur dengan mani yang lain
Jika mani yang keluar bercampur dengan mani orang lain maka membatalkan wudhu dan wajib mandi.

2. Hilangnya akal (kesadaran)
Disebabkan karena tidur atau yang lainnya, kecuali tidurnya seseorang dalam posisi duduk, yang menetapkan tempat duduknya di bumi.

Seorang yang kesadarannya hilang dengan sebab apapun (tidur, pingsan, gila dll) maka menyebabkan batal wudhunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ุงู„ุนَูŠْู†َุงู†ِ ูˆِูƒَุงุกُ ุงู„ุณَّู‡ِ، ูَู…َู†ْ ู†َุงู…َ ูَู„ْูŠَุชَูˆَุถَّุฃْ

“Kedua mata adalah pengikat lubang anus. Barangsiapa yang tidur maka hendaknya ia berwudhu.”

Artinya kesadaran adalah pengikat atau kunci dubur. Ketika seorang dalam keadaan sadar maka ia bisa menahan atau mengeluarkan segala sesuatu yang akan keluar dari dubur. Sehingga ketika tidak dalam keadaan sadar lubang anus tidak terkunci. Hal inilah yang membatalkan wudhu.

Tetapi ketika kesadaran hilang disebabkan tidur dengan menempelkan pantat ke tempat duduk (seperti tidur dengan duduk bersila) maka wudhunya tidak batal.

Tidur yang tidak membatalkan wudhu adalah tidur yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  • Menempelkan pantatnya ke tempat duduknya sekiranya tidak mungkin keluar angin ketika tidur.
  • Tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu kurus (ukuran orang pada umumnya).
  • Bangun dari tidur masih dalam keadaan duduk pertama kali tidur. Jika keadaan tidurnya berubah maka wudhunya batal.
  • Jika bangun tidur kemudian bergoyang duduknya yang menyebabkan pantatnya terangkat maka wudhunya tidak batal, tetapi jika sebaliknya (bergoyang duduknya sehingga pantatnya terangkat kemudian baru bangun) maka wudhunya batal.

3. Bersentuhnya dua kulit laki-laki dengan perempuan dewasa lain/bukan muhrim tanpa pembatas

Bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan, tidak serta-merta membatalkan wudhu. Tetapi bersentuhan yang membatalkan adalah yang memenuhi beberapa syarat, yaitu:

a. Bersentuhnya Sama-sama dengan Kulit
Termasuk kulit adalah lidah. Sedangkan rambut, gigi dan gusi tidak termasuk dalam kategori kulit. Sehingga tidak batal.

b. Berbeda Jenis
Jika yang bersentuhan kulit adalah orang-orang yang sejenis, laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan, maka hal tersebut tidak membatalkan wudhu.

c. Sama-sama Besar
Artinya kedua orang yang bersentuhan adalah orang-orang yang sama-sama besar, meskipun kedua orang yang bersentuhan belum menginjak usia baligh.

Orang yang dianggap besar yaitu orang yang secara umum telah mencapai batasan syahwat, sekiranya jika ada seorang yang berwatak sehat maka ia berkeinginan untuk menikahinya.

d. Keduanya Tidak Ada Hubungan Mahram
Mahram adalah orang-orang yang haram atau tidak boleh dinikahi. Mahram terbagi menjadi 3, yaitu mahram karena sebab nasab, sebab persusuan dan sebab pernikahan.

  1. Mahram sebab nasab ada 7, yaitu: ibu, anak kandung perempuan, saudara perempuan, bibi saudara ayah, bibi saudara ibu, keponakan perempuan baik dari saudara laki-laki maupun perempuan.
  2. Mahram sebab persusuan ada 7 juga, sama seperti mahram karena sebab nasab.
  3. Mahram sebab pernikahan ada 4, yaitu: ibu istri (ibu mertua), anak dari istri, istri bapak, istrinya anak (menantu perempuan).

Jika bersentuhan kulit dengan orang-orang di atas maka wudhunya tidak batal, tetapi jika bersentuhan bukan dengan orang-orang tersebut maka wudhunya batal. Adapun menyentuh ini adalah batal wudhunya.

e. Bersentuhan Tanpa Penghalang
Jika bersentuhan tetapi ada penghalang, meski tipis, maka wudhunya tidak batal. Dari syarat-syarat tersebut maka jika salah satu syarat tidak terpenuhi maka wudhunya tidak batal.

Batalnya wudhu karena sebab bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan berlaku untuk orang yang menyentuh (yang menyentuh batal wudhunya) dan orang yang disentuh (orang yang disentuh batal wudhunya), belum baligh, lumpuh, dipaksa atau mayit. Tetapi, yang batal wudhunya adalah yang menyentuh saja bukan mayitnya.

4. Menyentuh kemaluan depan dari manusia atau bulatan lubang anus dengan bagian dalam telapak tangan atau bagian dalam jari-jari tangan

Menyentuh kemaluan termasuk hal-hal yang membatalkan wudhu yang syarat sebagai berikut:

a. Menyentuh dengan Telapak Tangan
Telapak tangan yang dimaksud adalah daerah yang tertutup ketika dua telapak tangan ditempelkan dengan sedikit menekan. Sehingga menyentuh dengan pinggir telapak tangan, bagian antara dua jari atau dengan selain telapak tangan maka tidak membatalkan wudhu.

b. Yang disentuh adalah qubul dan lingkaran dubur
Qubul adalah batang dzakar pada laki-laki dan pertemuan dua bibir Mrs.V pada perempuan. Sehingga jika telapak tangan menyentuh qubul atau lingkaran lubang anus maka membatalkan wudhu. Jika yang disentuh bukan bagian ini maka tidak membatalkan wudhu.

c. Yang disentuh adalah qubul dan lingkaran dubur manusia
Menyentuh qubul atau lingkaran lubang anus membatalkan wudhu meskipun dari mayit atau kemaluan yang impoten. Jika menyentuh kemaluan hewan maka tidak membatalkan wudhu.

d. Tanpa penghalang antara telapak tangan dan farji
Jika ada penghalang ketika menyentuh qubul atau lingkaran lubang anus maka tidak membatalkan wudhu.

Pasal 13: Hal-Hal yang Haram bagi Orang yang Berhadats

Orang yang berhadats kecil/ Batal wudhunya

ู…َู†ِ ุงู†ْุชَู‚َุถَ ูˆُุถُูˆْุกُู‡ُ ุญَุฑُู…َ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุฃَุฑْุจَุนَุฉُ ุฃَุดْูŠَุงุกَ:
ูฑู„ุตَّู„َุงุฉُ، ูˆَุงู„ุทَّูˆَุงูُ، ูˆَู…َุณُّ ูฑู„ْู…ُุตْุญَูِ، ูˆَุญَู…ْู„ُู‡ُ
Orang yang batal wudhunya haram melakukan empat hal:
  1. Shalat.
  2. Thawaf.
  3. Menyentuh mushaf Al-Qur’an.
  4. Membawa mushaf Al-Qur’an.

Orang yang junub

ูˆَูŠَุญْุฑُู…ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ْุฌُู†ُุจِ ุณِุชَّุฉُ ุฃَุดْูŠَุงุกَ:
ูฑู„ุตَّู„َุงุฉُ، ูˆَุงู„ุทَّูˆَุงูُ، ูˆَู…َุณُّ ุงู„ْู…ُุตْุญَูِ، ูˆَุญَู…ْู„ُู‡ُ، ูˆَุงู„ู„ُّุจْุซُ ูِูŠ ุงู„ْู…َุณْุฌِุฏِ، ูˆَู‚ِุฑَุงุกَุฉُ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ
Haram bagi orang junub enam perkara:
  1. Shalat.
  2. Thawaf.
  3. Menyentuh mushaf Al-Qur’an.
  4. Membawa mushaf Al-Qur’an.
  5. Berdiam di dalam masjid.
  6. Membaca Al-Qur’an.

Perempuan yang sedang haidh

ูˆَูŠَุญْุฑُู…ُ ุจِุงู„ْุญَูŠْุถِ ุนَุดَุฑَุฉُ ุฃَุดْูŠَุงุกَ:
ุงู„ุตَّู„َุงุฉُ، ูˆَุงู„ุทَّูˆَุงูُ، ูˆَู…َุณُّ ุงู„ْู…ُุตْุญَูِ، ูˆَุญَู…ْู„ُู‡ُ، ูˆَุงู„ู„ُّุจْุซُ ูِูŠ ุงู„ْู…َุณْุฌِุฏِ، ูˆَู‚ِุฑَุงุกَุฉُ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ، ูˆَุงู„ุตَّูˆْู…ُ، ูˆَุงู„ุทَّู„َุงู‚ُ، ูˆَุงู„ْู…ُุฑُูˆุฑُ ูِูŠ ุงู„ْู…َุณْุฌِุฏِ ุฅِู†ْ ุฎَุงูَุชْ ุชَู„ْูˆِูŠْุซَู‡ُ، ูˆَุงู„ِุงุณْุชِู…ْุชَุงุนُ ุจِู…َุง ุจَูŠْู†َ ุงู„ุณُّุฑَّุฉِ ูˆَุงู„ุฑُّูƒْุจَุฉِ
Haram bagi perempuan haid sepuluh perkara:
  1. Shalat.
  2. Thawaf.
  3. Menyentuh mushaf.
  4. Membawa mushaf.
  5. Berdiam di masjid.
  6. Membaca Al-Qur’an.
  7. Puasa.
  8. Talak (menjatuhkan cerai) dari suaminya.
  9. Masuk masjid jika dikhawatirkan akan mengotorinya.
  10. Menikmati bagian tubuh antara pusar dan lutut.

Penjelasan:

A. Larangan shalat terkecuali bagi orang yang tidak menemukan air atau debu yang suci. Shalat harus tetap dilakukan untuk menghormati waktu. Bila sewaktu-waktu dia menemukan air atau debu, maka ia wajib mengqadha shalatnya.

B. Yang dimaksud dengan mushaf adalah barang-barang yang ditulis ayat al-Qur’an, meskipun hanya satu ayat, dengan catatan penulisan itu dimaksudkan menulis bacaan al-Qur’an. Bila dimaksudkan tidak menulis bacaannya, seperti menulis untuk azimat, mata uang atau yang lain, maka ia tidak haram menyentuh atau membawanya.

C. Tidak haram membawa mushaf bila bercampur dengan harta benda lain, dengan niat membawa harta benda.

D. Larangan membaca al-Qur’an, meskipun hanya satu ayat. Dikecualikan bila dimaksudnya dzikir atau tabarruk (mengharap berkat), seperti pada saat mendengar musibah orang mengucapkan istirja’:

ุฅِู†َّุง ู„ِู„َّู‡ِ ูˆَุฅِู†َّุง ุฅِู„َูŠْู‡ِ ุฑَุงุฌِุนُูˆْู†َ

atau saat bersyukur mengucapkan hamdalah:

ุงู„ْู€ุญَู…ْุฏُ ู„ِู„َّู‡ِ ุฑَุจِّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِูŠْู†َ

E. Larangan menthalaq wanita haid, diharamkan bagi seorang suami untuk menthalaq istrinya ketika haidh. Hal ini dikarenakan masa iddah bagi perempuan yang pernah mengalami haidh adalah dengan 3 kali masa suci. Jika dithalaq ketika haidh maka masa iddah bagi perempuan akan lebih lama.

F. Bila wanita haid memakai pembalut dan tidak khawatir mengotori masjid, maka ia boleh melewati masjid.

Pasal 14: Sebab-Sebab Tayamum

ุฃَุณْุจَุงุจُ ุงู„ุชَّูŠَู…ُّู…ِ ุซَู„َุงุซَุฉٌ:
ูก. ูَู‚ْุฏُ ุงู„ْู…َุงุกِ
ูข. ูˆَุงู„ْู…َุฑَุถُ
ูฃ. ูˆَุงู„ِุงุญْุชِูŠَุงุฌُ ุฅِู„َูŠْู‡ِ ู„ِุนَุทَุดِ ุญَูŠَูˆَุงู†ٍ ู…ُุญْุชَุฑَู…ٍ
Sebab tayamum ada 3:
  1. Tidak ada air
  2. Sakit
  3. Airnya dibutuhkan untuk memberi minum binatang kehausan yang muhtaram (yang dimuliakan syara’)

Hewan yang tidak dimuliakan

ุบَูŠْุฑُ ุงู„ْู…ُุญْุชَุฑَู…ِ ุณِุชَّุฉٌ:
ูก. ุชَุงุฑِูƒُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ
ูข. ูˆَุงู„ุฒَّุงู†ِูŠ ุงู„ْู…ُุญْุตَู†ُ
ูฃ. ูˆَุงู„ْู…ُุฑْุชَุฏُّ
ูค. ูˆَุงู„ْูƒَุงูِุฑُ ุงู„ْุญَุฑْุจِูŠُّ
ูฅ. ูˆَุงู„ْูƒَู„ْุจُ ุงู„ْุนَู‚ُูˆุฑُ
ูฆ. ูˆَุงู„ْุฎِู†ْุฒِูŠุฑُ
hewan yang tidak dimuliakan ada 6:
  1. Peninggal shalat
  2. Pezina muhshon (sudah bersuami/ beristri)
  3. Murtad
  4. Kafir harbi
  5. Anjing liar
  6. Babi

Penjelasan:

  • Tayammum adalah rukhsah (keringanan) dari Allah bagi orang yang tidak bisa menggunakan air untuk bersuci.
  • Boleh tayammum karena sakit, cuaca ekstrem, atau tidak adanya air sama sekali.
  • Jika ada air tapi dibutuhkan untuk minum dan tidak ada alternatif, maka tayammum dibolehkan.

Pasal 15: Syarat-Syarat Tayammum

ุดُุฑُูˆุทُ ุงู„ุชَّูŠَู…ُّู…ِ ุนَุดَุฑَุฉٌ:
ูก. ุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆู†َ ุจِุชُุฑَุงุจٍ
ูข. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆู†َ ุงู„ุชُّุฑَุงุจُ ุทَุงู‡ِุฑًุง
ูฃ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَูƒُูˆู†َ ู…ُุณْุชَุนْู…َู„ًุง
ูค. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠُุฎَุงู„ِุทَู‡ُ ุฏَู‚ِูŠู‚ٌ ูˆَู†َุญْูˆُู‡ُ
ูฅ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَู‚ْุตِุฏَู‡ُ
ูฆ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَู…ْุณَุญَ ูˆَุฌْู‡َู‡ُ ูˆَูŠَุฏَูŠْู‡ِ ุจِุถَุฑْุจَุชَูŠْู†ِ
ูง. ูˆَุฃَู†ْ ูŠُุฒِูŠู„َ ุงู„ู†َّุฌَุงุณَุฉَ ุฃَูˆَّู„ًุง
ูจ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَุฌْุชَู‡ِุฏَ ูِูŠ ุงู„ْู‚ِุจْู„َุฉِ ู‚َุจْู„َู‡ُ
ูฉ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆู†َ ุงู„ุชَّูŠَู…ُّู…ُ ุจَุนْุฏَ ุฏُุฎُูˆู„ِ ุงู„ْูˆَู‚ْุชِ
ูกู . ูˆَุฃَู†ْ ูŠَุชَูŠَู…َّู…َ ู„ِูƒُู„ِّ ูَุฑْุถٍ
Syarat tayammum ada 10:
  1. Dengan debu
  2. Debunya suci
  3. Bukan debu musta’mal (sudah digunakan)
  4. Tidak bercampur tepung atau semacamnya
  5. Sengaja tayammum
  6. Mengusap wajah dan dua tangannya dengan dua kali tepukan tanah
  7. Sebelumnya sudah membersihkan najis
  8. Ijtihad menentukan qiblat sebelumnya
  9. Tayammum setelah masuk waktu
  10. Tayammum untuk setiap fardhu

Penjelasan:

1. Hendaknya bertayammum dengan debu
Tayammum hanya sah dengan debu. Jika bukan dengan debu maka tidak sah tayammumnya, seperti bertayammum dengan pasir.

2. Hendaknya debunya adalah suci
Debu yang digunakan untuk tayammum adalah debu yang suci. Sehingga tidak sah debu yang najis (seperti debu yang terbuat dari kotoran hewan) atau debu yang mutanajjis (seperti debu yang tercampur dengan sesuatu yang najis).

3. Hendaknya debunya tidak musta'mal
Debu musta’mal tetap dihukumi suci tetapi tidak bisa digunakan untuk tayammum. Debu musta’mal terbagi dua:

  1. Debu musta’mal dalam mengangkat hadats, yaitu debu yang menempel pada anggota tayammum dan yang berjatuhan darinya.
  2. Debu musta’mal dalam menghilangkan najis, yaitu debu yang digunakan untuk mensucikan najis mugholadhoh pada basuhan terakhir (ke-7).
Jika debu yang digunakan adalah debu-debu tersebut maka tayammum tidak sah.

4. Hendaknya debu tidak bercampur dengan tepung atau semisalnya
Debu yang digunakan harus murni. Campuran walau sedikit membatalkan keabsahan tayammum. Ukuran sedikit atau banyaknya adalah jika campuran terlihat oleh mata. Jika tidak terlihat maka dianggap sedikit.
Catatan: Jika debu bercampur dengan air musta'mal (air yang telah digunakan untuk membasuh basuhan wajib seperti membasuh muka pertama kali ketika wudhu), maka tayammum tidak sah.

5. Hendaknya menyengaja pada debu
Wajib untuk memindah debu secara sengaja ke wajah dan tangan. Jika debu berterbangan lalu menempel dan diusap tanpa niat, maka tayammum tidak sah.

6. Hendaknya mengusap wajah dan kedua tangan dengan dua pukulan
Pukulan dimaksud adalah pukulan dalam mengambil debu. Harus dua kali: satu untuk wajah dan satu untuk tangan. Tidak cukup satu tepukan lalu digunakan untuk dua anggota.

7. Hendaknya menghilangkan najis terlebih dahulu
Harus menghilangkan najis dari badan, meskipun bukan di anggota tayammum. Karena tayammum bertujuan agar diperbolehkan shalat, maka syaratnya adalah bersih dari najis. Berbeda dengan wudhu yang tidak mensyaratkan ini.
Jika tidak mampu menghilangkan najis, seperti tidak ada air, maka tayammum tetap sah. Namun jika mampu, maka wajib dihilangkan terlebih dahulu.

8. Hendaknya berusaha mencari arah kiblat sebelum tayammum
Sebelum bertayammum disyaratkan berusaha mencari arah kiblat. Jika sudah tahu arahnya, seperti bertayammum di masjid, maka tidak wajib mencari lagi.

9. Hendaknya tayammum dilakukan setelah masuknya waktu shalat
Tayammum hanya sah dilakukan setelah masuk waktu shalat yang hendak dikerjakan. Karena tayammum adalah thaharah darurat.
Contoh perinciannya:

  1. Shalat fardhu → tayammum setelah masuk waktu shalat itu.
  2. Shalat jenazah → tayammum setelah mayit dimandikan.
  3. Shalat yang memiliki waktu khusus seperti dhuha → tayammum setelah masuk waktu tersebut.
  4. Shalat sunnah karena sebab (tahiyyatul masjid) → tayammum setelah masuk masjid.
  5. Shalat sunnah mutlak → kapan saja kecuali waktu larangan.

10. Hendaknya bertayammum untuk setiap fardhu
Tayammum wajib diulang setiap kali hendak melakukan ibadah fardhu. Tidak boleh digunakan untuk dua fardhu sekaligus, seperti shalat zhuhur dan ashar dengan satu tayammum.
Adapun untuk shalat jenazah, shalat sunnah, thawaf sunnah — cukup satu tayammum untuk banyak ibadah sunnah.

Pasal 16: Fardhu (Rukun) Tayammum

ูُุฑُูˆุถُ ุงู„ุชَّูŠَู…ُّู…ِ ุฎَู…ْุณَุฉٌ:
ุงู„ุฃَูˆَّู„ُ: ู†َู‚ْู„ُ ุงู„ุชُّุฑَุงุจِ
ุงู„ุซَّุงู†ِูŠ: ุงู„ู†ِّูŠَّุฉُ
ุงู„ุซَّุงู„ِุซُ: ู…َุณْุญُ ุงู„ْูˆَุฌْู‡ِ
ุงู„ุฑَّุงุจِุนُ: ู…َุณْุญُ ุงู„ْูŠَุฏَูŠْู†ِ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْู…ِุฑْูَู‚َูŠْู†ِ
ุงู„ْุฎَุงู…ِุณُ: ุงู„ุชَّุฑْุชِูŠุจُ ุจَูŠْู†َ ุงู„ْู…َุณْุญَุชَูŠْู†ِ
Fardhu (rukun) tayammum ada 5:
  1. Memindah debu.
  2. Niat.
  3. Mengusap wajah.
  4. Mengusap kedua tangan hingga dua siku.
  5. Tertib di antara kedua usapan tersebut (mengusap wajah dahulu, baru kedua tangan).

Penjelasan:

1. Memindah debu
Syarat tayammum yang pertama adalah memindah debu dari tanah atau tempat yang lainnya ke anggota tayammum. Tempat mengambil debu tidak harus dari tanah atau semisalnya, boleh juga bertayammum dengan debu yang menempel pada anggota tayammum (wajah dan tangan).

2. Niat
Niat dalam bertayammum beda dengan niat dalam wudhu. Adapun niat tayammum adalah niat supaya diperbolehkan untuk shalat seperti :

ู†َูˆَูŠْุชُ ุงู„ุชَّูŠَู…ُّู…َ ู„ِุงุณْุชِุจَุงุญَุฉِ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ู„ِู„ّٰู‡ِ ุชَุนَุงู„ٰู‰

"Aku niat tayammum, untuk diperkenankannya shalat karena Allah."

Tidak boleh niat untuk mengangkat hadast, karena tayammum tidak mengangkat hadast tetapi hanya memperbolehkan untuk mengerjakan hal-hal yang diharamkan bagi orang yang berhadast. Adapun waktu niat tayammum adalah memindah debu mulai memindah debu dan terus-menerus niat tersebut hingga mengusap bagian dari wajah. Ketika debu menempel wajah wajib dibarengi niat supaya diperbolehkan untuk shalat.

Tingkatan niat dalam tayammum
Dalam tayammum, niat yang dilakukan memiliki tingkatan masing-masing dan mempengaruhi ibadah yang akan dikerjakan. Adapun tingkatan dalam niat terbagi menjadi 3, yaitu:

  1. Niat supaya diperbolehkan mengerjakan shalat fardhu atau thawaf yang wajib
    Jika niat dalam tayammum adalah niat seperti ini maka diperbolehkan mengerjakan satu fardhu, semua shalat sunnah dan semua ibadah yang memerlukan untuk tayammum, seperti menyentuh mushaf dan sujud syukur.
  2. Niat supaya diperbolehkan mengerjakan shalat (tanpa kata fardhu), shalat sunnah, thawaf (tanpa kata fardhu) atau shalat jenazah
    Jika niat dalam tayammum adalah niat seperti ini, maka diperbolehkan untuk mengerjakan semua shalat sunnah dan semua ibadah yang memerlukan untuk tayammum. Tetapi, tidak diperbolehkan untuk mengerjakan ibadah yang fardhu ain, seperti shalat fardhu dan thawaf wajib.
  3. Niat supaya diperbolehkan menyentuh mushaf atau segala sesuatu yang membutuhkan niat
    Jika niat dalam tayammum adalah niat seperti ini maka diperbolehkan mengerjakan hal-hal yang membutuhkan tayammum, seperti sujud tilawah dan sujud syukur. Tetapi tidak diperbolehkan mengerjakan shalat ibadah fardhu maupun shalat sunnah.

3. Mengusap wajah
Mengusap wajah adalah bagian dari fardhu tayammum. Allah berfirman dalam Alquran Surat Al Maidah ayat 6 dan An Nisa ayat 43:

ูَุงู…ْุณَุญُูˆุง ุจِูˆُุฌُูˆู‡ِูƒُู…ْ ูˆَุฃَูŠْุฏِูŠูƒُู…ْ

“Maka usaplah wajah kalian dan kedua tangan kalian.”

Batasan mengusap wajah yang wajib dilakukan ketika tayammum adalah sama dengan membasuh muka ketika wudhu, yaitu dari tempat tumbuhnya rambut kepala sampai dagu, dan dari telinga ke telinga yang lainnya. Tetapi tidak wajib mengusap bagian tempat tumbuhnya rambut dengan debu. Termasuk yang wajib diusap ketika tayammum adalah bagian jenggot yang tampak dan ujung hidung yang menghadap ke arah bibir atas.

4. Mengusap tangan sampai siku
Fardhu tayammum yang keempat adalah mengusap tangan sampai siku. Adapun tata-cara yang disunnahkan adalah tangan kanan terlebih dahulu menaruh jari-jari tangan kiri di atas punggung jari-jari tangan kanan selain ibu jari, selanjutnya jari-jari tangan kanan tidak melebihi telunjuk tangan kiri. Kemudian, menggerakan tangan kiri menuju pergelangan tangan kanan. Ketika telah sampai pergelangan tangan kanan, maka jari-jari tangan kiri ditekan dan digerakan menuju siku. Setelah mencapai siku, jari-jari kiri diputar ke kiri. Kemudian telapak tangan kiri, yang masih berdebu disentuhkan ke lengan dan digerakan menuju pergelangan dengan menggenggam jempol/ibu jari tangan kiri. Setelah mencapai pergelangan, maka ibu jari tangan kiri diletakkan pada punggung ibu jari tangan kanan. Untuk mengusap tangan kiri, maka cara yang dilakukan sama seperti mengusap tangan kanan.

5. Tertib antara dua usapan
Dalam usapan ketika bertayammum, maka harus berurutan antara usapan muka dan tangan. Tidak boleh mendahulukan usapan tangan dan mengakhirkan usapan muka. Jika mengusap tangan terlebih dahulu kemudian mengusap muka, maka yang dianggap sah adalah usapan muka. Sedang usapan pada tangan tidak sah.

Pasal 17: Yang Membatalkan Tayammum

ู…ُุจْุทِู„ุงَุชُ ุงู„ุชَّูŠَู…ُّู…ِ ุซَู„ุงَุซَุฉٌ:
ูก. ู…َุง ุฃَุจْุทَู„َ ุงู„ْูˆُุถُูˆุกَ
ูข. ูˆَุงู„ุฑِّุฏَّุฉُ
ูฃ. ูˆَุชَูˆَู‡ُّู…ُ ุงู„ْู…َุงุกِ ุฅِุฐَุง ุชَูŠَู…َّู…َ ู„ِูَู‚ْุฏِู‡ِ
Hal-hal yang membatalkan tayammum ada tiga:
  1. Segala hal yang membatalkan wudhu (seperti buang air, tidur, dan sebagainya).
  2. Murtad (keluar dari Islam).
  3. Menemukan atau menyangka adanya air (kalau tayamumnya karena tidak ada air).

Penjelasan:

Tayammum batal jika orang tersebut mengalami hal-hal yang membatalkan wudhu, atau murtad, atau menemukan air setelah sebelumnya tidak ada dan bertayammum.

Jika tayammum karena tidak ada air lalu tiba-tiba melihat atau menduga keras ada air, maka tayammumnya tidak sah lagi dan harus berwudhu bila ingin shalat berikutnya. Perinciannya sebagai berikut :

  1. Jika menyangka ada air sebelum shalat dan tidak ada penghalang menuju air, maka tayammumnya batal.
  2. Jika menyangka ada air sebelum shalat tetapi ada penghalang untuk sampai ke tempat air berada, maka tayammumnya tidak batal.
  3. Jika menyangka ada air ketika shalat, maka tayammumnya tidak batal.
  4. Jika meyakini ada air ketika shalat, tetapi shalat yang dilakukan dengan tayammum wajib qodho’, maka shalat dan tayammumnya batal.

    Contoh ketika seorang bertayammum di tempat yang biasanya terdapat air (tetapi waktu tayammum sedang tidak ada air). Namun, ketika sedang shalat dengan tayammum tersebut melihat ada rombongan membawa air, maka shalat dan tayammumnya batal.

  5. Jika meyakini ada air ketika shalat dan shalat tersebut tidak wajib untuk mengqodho’, maka shalatnya sah. Dan diperbolehkan untuk memilih antara membatalkan shalat kemudian wudhu atau meneruskan shalat hingga selesai.

    Contoh ketika seorang bertayammum di daerah yang biasanya tidak ada air. Kemudian, di tengah-tengah shalat melihat air, maka shalatnya tetap sah dan diberi pilihan antara meneruskan shalat hingga selesai atau membatalkan shalat dan mengulanginya setelah berwudhu.

Pasal 18: Najis yang Bisa Suci

ุงู„َّุฐِูŠْ ูŠَุทْู‡ُุฑُ ู…ِู†َ ุงู„ู†َّุฌَุงุณَุงุชِ ุซَู„َุงุซٌ:
ูก. ุงู„ْุฎَู…ْุฑُ ุฅِุฐَุง ุชَุฎَู„َّู„َุชْ ุจِู†َูْุณِู‡َุง
ูข. ูˆَุฌِู„ْุฏُ ุงู„ْู…َูŠْุชَุฉِ ุฅِุฐَุง ุฏُุจِุบَ
ูฃ. ูˆَู…َุง ุตَุงุฑَ ุญَูŠَูˆَุงู†ًุง
Benda-benda najis yang dapat menjadi suci ada tiga :
  1. Arak (khamr) yang berubah menjadi cuka dengan sendirinya.
  2. Kulit bangkai yang telah disamak.
  3. Benda najis yang berubah menjadi hewan hidup (seperti najis yang dimakan oleh ayam dan berubah menjadi bagian tubuh ayam).

Penjelasan:

  1. Arak: Najis jika tetap dalam bentuk memabukkan, namun menjadi suci jika berubah sendiri menjadi cuka.
  2. Kulit bangkai: Jika disamak dengan benar, maka menjadi suci dan boleh digunakan kecuali kulit anjing dan babi. Menyamak adalah menghilangkan kelebihan pada kulit (daging dan lemak yang menempel pada kulit) dengan sesuatu yang menyengat seperti daun bidara. Meskipun alat yang digunakan untuk menyamak adalah benda najis seperti kootoran burung merpati. Jika kulit bangkai telah disamak maka kulit menjadi suci luar dan dalam. Adapun rambut yang menempel pada kulit, maka tetap dihukumi najis kecuali jika sedikit maka dihukumi suci.
  3. Najis yang menjadi hewan: Jika najis berubah hakikat menjadi hewan yang hidup, maka ia dihukumi suci, seperti hasil metabolisme alami. Contohnya bangkai yang didiamkan, lama-kelamaan muncul belatung. Belatung ini suci, tapi tidak boleh dimakan. Ulama berbeda pendapat belatung diciptakan Allah dari bangkai atau hewan yang hidup di bangkai.

Pasal 19: Macam-Macam Najis

ุงู„ู†َّุฌَุงุณَุงุชُ ุซู„َุงุซَุฉٌ:
ู…ُุบَู„َّุธَุฉٌ، ูˆَู…ُุฎَูَّูَุฉٌ، ูˆَู…ُุชَูˆَุณِّุทَุฉٌ.
ูَุงู„ْู…ُุบَู„َّุธَุฉُ: ู†َุฌَุงุณَุฉُ ุงู„ْูƒَู„ْุจِ ูˆَุงู„ْุฎِู†ْุฒِูŠุฑِ ูˆَูَุฑْุนِ ุฃَุญَุฏِู‡ِู…َุง.
ูˆَุงู„ْู…ُุฎَูَّูَุฉُ: ุจَูˆْู„ُ ุงู„ุตَّุจِูŠِّ ุงู„َّุฐِูŠ ู„َู…ْ ูŠَุทْุนَู…ْ ุบَูŠْุฑَ ุงู„ู„َّุจَู†ِ، ูˆَู„َู…ْ ูŠَุจْู„ُุบِ ุงู„ْุญَูˆْู„َูŠْู†ِ.
ูˆَุงู„ْู…ُุชَูˆَุณِّุทَุฉُ: ุณَุงุฆِุฑُ ุงู„ู†َّุฌَุงุณَุงุชِ.
Najis dibagi menjadi tiga:
  1. Najis Mughalazah (berat): seperti najis anjing, babi, dan keturunan dari salah satunya.
  2. Najis Mukhaffafah (ringan): seperti air kencing bayi laki-laki yang belum makan selain ASI dan belum berusia dua tahun.
  3. Najis Mutawassithah (sedang): seluruh najis selain dua kategori di atas.

Penjelasan:

1. Najis Mugholazhoh

Najis mugholazhoh adalah najis dari binatang anjing, babi, peranakan dari keduanya atau peranakan salah satu dari anjing dan babi dengan binatang suci, seperti kambing. Semua yang berkaitan dengan anjing, babi, peranakan keduanya atau peranakan salah satu dari keduanya hukumnya najis mugholazhoh. Baik kotoran, kulit, dll.

Jika sesuatu bersentuhan dengan anjing, babi atau segala sesuatu yang keluar dari pada semua itu (kotoran, liur, keringat, dll), sedangkan salah satu dari bagian yang tersentuh atau yang menyentuh dalam keadaan basah, maka semua itu hukumnya najis mugholazhoh.

2. Najis Mukhoffafah

Mukhoffafah artinya diringankan. Najis mukhoffafah artinya najis paling ringan. Najis mukhoffafah adalah najis yang memiliki beberapa kriteria, yaitu:

  1. Kencing — Bukan najis yang lainnya seperti tinja atau muntahan.
  2. Anak kecil (bayi) laki-laki — Jika bayi perempuan maka kencingnya bukan najis mukhoffafah.
  3. Belum memakan apapun selain susu — Jika yang dikonsumsi oleh bayi hanya susu, meski bukan susu manusia atau bukan susu dari ibu kandungnya, maka kencingnya tetap dihukumi najis mukhoffafah. Jika telah mengonsumsi selain susu, seperti bubur atau pisang atau yang lainnya, maka kencing yang keluar dari bayi tersebut bukan lagi masuk pada golongan najis mukhoffafah.
  4. Belum mencapai umur dua tahun — Jika telah berumur dua tahun, maka kencing yang keluar darinya bukan lagi sebagai najis mukhoffafah. Begitu juga jika diragukan apakah umurnya telah mencapai dua tahun atau belum, maka kencingnya bukan najis mukhoffafah lagi.

Dari kriteria di atas, jika salah satu tidak terpenuhi (salah satu kriteria tidak ada) maka najis tersebut bukan najis mukhoffafah tetapi masuk golongan najis mutawassithah.

Catatan:
Jika air kencing yang dihukumi najis mukhoffafah mengenai air sedikit atau banyak (mencapai 216 liter) dan air tersebut berubah salah satu sifatnya (rasa, warna atau baunya) maka air tersebut menjadi najis mutawassithah.

3. Najis Mutawassithah

Najis mutawassithah adalah najis-najis selain najis mugholazhoh dan mukhoffafah. Sehingga najis ini mencakup banyak sekali najis, diantaranya yaitu:

  1. Khomr/minuman yang memabukkan
  2. Darah
  3. Nanah
  4. Muntahan
  5. Bangkai selain bangkai/mayit manusia, ikan dan belalang
  6. Kencing selain kencing yang telah disebutkan dalam najis mukhoffafah
  7. Madzi
  8. Wadzi
  9. Tinja
  10. Air susu dari hewan yang tidak halal dimakan dagingnya

Adapun bagian yang terpisah dari hewan yang masih hidup, maka hukumnya seperti jika hewan tersebut menjadi bangkai. Jika ketika menjadi bangkai hukumnya najis, maka bagian yang terputus darinya ketika hidup juga najis. Tetapi, jika menjadi bangkai hukumnya suci (seperti belalang, ikan dan manusia) maka bagian yang terpisah atau terputus darinya ketika masih hidup hukumnya suci.

Hanya saja, bulu atau rambut dari binatang yang dagingnya halal dikonsumsi, maka bulu atau rambut yang terpisah atau terlepas darinya ketika masih hidup hukumnya suci.

Pasal 20: Cara Menghilangkan Najis

ูก. ุงู„ู…ُุบَู„َّุธَุฉُ ุชَุทْู‡ُุฑُ ุจِุณَุจْุนِ ุบَุณَู„َุงุชٍ ุจَุนْุฏَ ุฅِุฒَุงู„َุฉِ ุนَูŠْู†ِู‡َุง ุฅِุญْุฏَุงู‡ُู†َّ ุจِุชُุฑَุงุจٍ
ูข. ูˆَุงู„ู…ُุฎَูَّูَุฉُ ุชَุทْู‡ُุฑُ ุจِุฑَุดِّ ุงู„ู…َุงุกِ ุนَู„َูŠْู‡َุง ู…َุนَ ุงู„ْุบَู„َุจَุฉِ ูˆَุฅِุฒَุงู„َุฉِ ุนَูŠْู†ِู‡َุง
ูฃ. ูˆَุงู„ู…ُุชَูˆَุณِّุทَุฉُ ุชَู†ْู‚َุณِู…ُ ุนَู„َู‰ ู‚ِุณْู…َูŠْู†ِ: ุนَูŠْู†ِูŠَّุฉٌ ูˆَุญُูƒْู…ِูŠَّุฉٌ
- ุงู„ุนَูŠْู†ِูŠَّุฉُ: ุงู„َّุชِูŠ ู„َู‡َุง ู„َูˆْู†ٌ ูˆَุฑِูŠْุญٌ ูˆَุทَุนْู…ٌ، ูَู„َุง ุจُุฏَّ ู…ِู†ْ ุฅِุฒَุงู„َุฉِ ู„َูˆْู†ِู‡َุง ูˆَุฑِูŠْุญِู‡َุง ูˆَุทَุนْู…ِู‡َุง
- ูˆَุงู„ุญُูƒْู…ِูŠَّุฉُ: ุงู„َّุชِูŠ ู„َุง ู„َูˆْู†َ ูˆَู„َุง ุฑِูŠْุญَ ูˆَู„َุง ุทَุนْู…َ ู„َู‡َุง، ูŠَูƒْูِูŠْูƒَ ุฌَุฑْูŠُ ุงู„ู…َุงุกِ ุนَู„َูŠْู‡َุง

Cara menghilangkan najis:

  • Mugholazhoh disucikan dengan 7 basuhan setelah dihilangkan najisnya terlebih dahulu di mana salah satunya dengan debu.
  • Mukhoffafah disucikan dengan memercikkan air di atasnya disertai menghilangkan najisnya.
  • Mutawassithoh dibagi dua, yaitu:
    • ‘Ainiyah: adalah najis yang memiliki warna, aroma, dan rasa sehingga cara mensucikannya harus menghilangkan warna, aroma, dan rasanya.
    • Hukmiyah: adalah najis yang tidak berwarna, beraroma, dan berasa sehingga cukup mengalirkan air di atasnya.

Penjelasan:

1. Najis Mugholazhoh

Najis mugholazhoh adalah najis yang sangat berat dibandingkan dengan najis-najis yang lainnya. Sehingga cara mensucikan benda-benda yang terkena najis mugholazhoh juga lebih berat.

Sesuatu benda yang terkena najis mugholazhoh bisa suci dengan tujuh kali basuhan, dan salah satunya adalah dengan debu yang sah untuk bertayammum. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ุฅِุฐَุง ูˆَู„َุบَ ุงู„ْูƒَู„ْุจُ ูِูŠ ุงู„ْุฅِู†َุงุกِ ูَุงุบْุณِู„ُูˆู‡ُ ุณَุจْุนَ ู…َุฑَّุงุชٍ ุฅِุญْุฏَุงู‡ُู†َّ ุจِุงู„ุชُّุฑَุงุจِ

“Jika anjing menjilat dalam wadah, maka basuhlah sebanyak tujuh kali, salah satunya dengan debu.”

Diperbolehkan meletakkan basuhan dengan debu pada basuhan ke berapa saja baik itu pertama, tengah atau terakhir. Namun, lebih utama meletakkannya pada basuhan yang pertama. Hal ini supaya ketika ada bagian yang menyiprat mengenai benda lain tidak perlu membasuh menggunakan debu lagi, tetapi hanya perlu membasuh sebanyak basuhan yang tersisa dari basuhan najis mugholazhoh yang pertama.

Akan tetapi, jika ada bagian najis yang menciprat mengenai benda yang lain sebelum dibasuh dengan debu, maka diperlukan membasuh dengan debu juga pada bagian yang terkena cipratan najis mugholazhoh tersebut.

Cara-cara mensucikan najis mugholazhoh:

  1. Mencampur air dengan debu sampai air berubah menjadi keruh, kemudian digunakan untuk membasuh benda yang terkena najis hingga tujuh kali.
  2. Meletakkan debu di atas benda yang terkena najis, kemudian menuangkan air di atasnya hingga tujuh kali.
  3. Menuangkan air di atas benda yang terkena najis, kemudian meletakkan debu di atas tempat yang terkena najis.

2. Najis Mukhaffafah

Cara mensucikan tempat atau benda yang terkena najis mukhaffafah adalah dengan menyiramkan air di atasnya dengan syarat air lebih banyak dari najis mukhaffafah tersebut, sekiranya semua najis tersebut tersiram oleh air.

Tetapi, sebelum najis disiram dengan air, najis dan sifat-sifatnya harus dihilangkan terlebih dahulu. Dengan cara diperas atau dikeringkan sehingga tidak ada najis yang menetes.

3. Najis Mutawassithah

Najis mutawassithah terbagi menjadi dua, yaitu ‘ainiyah dan hukmiyah.

Najis ‘ainiyah adalah najis yang bisa dirasakan keberadaannya dengan menyentuh, melihat (warnanya), merasakan (rasanya), mencium (baunya). Sedangkan najis hukmiyah adalah najis yang tidak bisa diketahui sifat-sifatnya, tidak berwarna, berbau dan berasa.

Sesuatu yang terkena najis ‘ainiyah, maka bisa suci dengan menghilangkan semua sifat-sifatnya (bau, warna dan rasa). Jika sifat-sifat tersebut belum hilang, maka masih dihukumi najis.

Tetapi, ketika sulit untuk menghilangkan warna atau bau, sekiranya bau atau warna tersebut tidak bisa hilang setelah membasuhnya hingga tiga kali dengan dikucek, diperas dan dengan sabun, maka hukumnya telah suci.

Namun, jika masih tersisa rasa atau masih ada dua sifat najis yaitu warna dan bau, maka tetap wajib dibersihkan sekiranya sampai batasan tidak bisa hilang kecuali dengan dipotong. Jika demikian maka hukumnya dimaafkan.

Ketika suatu saat tampu menghilangkannya, maka wajib untuk menghilangkannya kembali. hanya saja shalat yang dikerjakan dengan najis tersebut wajib diulangi.

Adapun benda yang terkena najis hukmiyah maka cara mensucikannya adalah dengan mengalirkan air di atasnya sekali saja.

Catatan:

  1. Dalam membersihkan najis ‘ainiyah, jika najis bisa hilang dengan satu kali basuhan, maka dianggap cukup tetapi disunnahkan untuk menambahi basuhan yang kedua dan ketiga.
  2. Ketika mensucikan najis dibantu dengan sabun, namun setelah semua sifat najis hilang ternyata masih tersisa bau sabun. Maka menurut sebagian ulama, tempat yang terkena najis dan telah dibasuh tersebut telah suci. Akan tetapi, menurut ulama’ yang lain mengatakan bahwa tempat yang terkena najis dan masih terdapat bau sabun belum dihukumi suci, sehingga perlu dibasuh kembali sampai hilang bau sabunnya.

Pasal 21: Darah Haid dan Nifas

ุฃَู‚َู„ُّ ุงู„ْุญَูŠْุถِ: ูŠَูˆْู…ٌ ูˆَู„َูŠْู„َุฉٌ، ูˆَุบَุงู„ِุจُู‡ُ: ุณِุชٌّ ุฃَูˆْ ุณَุจْุนٌ،
ูˆَุฃَูƒْุซَุฑُู‡ُ: ุฎَู…ْุณَุฉَ ุนَุดَุฑَ ูŠَูˆْู…ًุง ุจِู„َูŠَุงู„ِู‡َุง،
ุฃَู‚َู„ُّ ุงู„ุทُّู‡ْุฑِ ุจَูŠْู†َ ุงู„ْุญَูŠْุถَุชَูŠْู†ِ: ุฎَู…ْุณَุฉَ ุนَุดَุฑَ ูŠَูˆْู…ًุง،
ูˆَุบَุงู„ِุจُู‡ُ: ุฃَุฑْุจَุนَุฉٌ ูˆَุนِุดْุฑُูˆู†َ ูŠَูˆْู…ًุง ุฃَูˆْ ุซَู„َุงุซَุฉٌ ูˆَุนِุดْุฑُูˆู†َ ูŠَูˆْู…ًุง،
ูˆَู„َุง ุญَุฏَّ ู„ِุฃَูƒْุซَุฑِู‡ِ.
ุฃَู‚َู„ُّ ุงู„ู†ِّูَุงุณِ: ู…َุฌَّุฉٌ، ูˆَุบَุงู„ِุจُู‡ُ: ุฃَุฑْุจَุนُูˆู†َ ูŠَูˆْู…ًุง، ูˆَุฃَูƒْุซَุฑُู‡ُ: ุณِุชُّูˆู†َ ูŠَูˆْู…ًุง.
  • Haid:
    • Sedikitnya haidh adalah sehari semalam.
    • Umumnya 6 atau 7 hari.
    • Dan terbanyak adalah 15 hari dengan malamnya.
  • Masa suci antara dua haidh:
    • Sedikitnya masa suci antara dua haidh adalah 15 hari.
    • Umumnya 24 atau 23 hari.
    • Tetapi terkadang seseorang lebih lama dari itu.
  • Nifas:
    • Masa nifas paling sedikit adalah setetes darah.
    • Umumnya 40 hari, dan maksimal 60 hari.

Penjelasan:

1. Haidh

Haidh adalah darah kebiasaan wanita yang keluar dari ujung rahim dengan sehat, bukan karena sebab penyakit. Darah karena penyakit disebut istihadhah. Rasulullah ๏ทบ bersabda:

ู‡َุฐَุง ุดَูŠْุกٌ ูƒَุชَุจَู‡ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َู‰ ุจَู†َุงุชِ ุขุฏَู…َ

“Ini (darah haidh) adalah sesuatu yang Allah tentukan kepada para wanita.”

a. Masa Haidh

Darah haidh dihukumi sah jika keluar minimal selama 24 jam, baik terus menerus maupun terputus dalam rentang 15 hari pertama sejak keluar. Umumnya selama 6 atau 7 hari. Maksimalnya adalah 15 hari 15 malam.

Jika darah keluar lebih dari 15 hari maka selebihnya dihukumi istihadhah. Jika darah bersambung dari hari ke-15 ke hari-hari berikutnya, maka yang lebih dari 15 hari dihukumi istihadhah.
Bagi wanita yang mengalami darah istihadhah wajib menjalankan shalat atau puasa dan boleh melakukan hubungan suami istri.

b. Masa Suci

Masa suci minimal antara dua haidh adalah 15 hari. Jika kurang dari itu, maka darah berikutnya belum dianggap haidh, tetapi istihadhah. Umumnya masa suci adalah 23 atau 24 hari, mengikuti siklus bulanan wanita.

Masa suci tidak memiliki batas maksimal. Ada wanita yang tidak pernah haidh seumur hidup (Fatimatuz Zahra binti Rasulullah) dan nifas juga hanya sesaat, dan ada pula yang berhenti haidh setelah usia tertentu.

2. Nifas

Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita setelah kosongnya rahim karena melahirkan. Darah yang keluar sebelum kosongnya rahim, atau karena kehamilan bayi kembar, tidak dianggap sebagai nifas.

a. Syarat Nifas

  • Darah keluar setelah rahim benar-benar kosong dari kandungan.
  • Darah keluar sebelum 15 hari sejak kosongnya rahim.
  • Darah tidak diselingi jeda 15 hari dari kosongnya rahim ke keluarnya darah baru (jika ada jeda 15 hari maka bukan nifas).
  • Durasi maksimal darah tidak melebihi 60 hari. Jika lebih, maka yang lebih dari itu adalah istihadhah.

b. Masa Nifas

Umumnya masa nifas adalah 40 hari. Paling lama 60 hari. Jika darah berlanjut lebih dari 60 hari, maka yang lebih dari itu bukan lagi nifas melainkan darah istihadhah.

ูƒَุงู†َุชِ ุงู„ู†ُّูَุณَุงุกُ ุชَุฌْู„ِุณُ ุนَู„َู‰ ุนَู‡ْุฏِ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„ู‡ِ ๏ทบ ุฃَุฑْุจَุนِูŠู†َ ูŠَูˆْู…ًุง

“Perempuan-perempuan nifas duduk (tidak shalat/puasa) di masa Rasulullah ๏ทบ selama 40 hari.”

Catatan Khusus:

Tentang datang dan perginya maani' (penghalang) bagi kewajiban shalat yang terdiri dari: haidl, nifas, hilangnya akal, dan sifat kanak-kanak:

A. Datangnya Penghalang (maani')

  1. Bila penghalang datang pada waktu Zhuhur, sementara shalat Zhuhur belum dijalankan, maka bila penghalang itu sudah hilang, shalat yang wajib diqadha hanya shalat Zhuhur.
  2. Bila penghalang datang pada waktu Ashar, sementara shalat Ashar belum dijalankan, maka bila penghalang itu sudah hilang, shalat yang wajib diqadha hanya shalat Ashar.
  3. Begitu juga Maghrib, Isya', dan Shubuh.

B. Hilangnya Penghalang

  1. Bila penghalang hilang pada waktu Shubuh, maka hanya wajib melakukan shalat Isya', sebab shalat Isya' tidak bisa dijamak (dikumpulkan) dengan shalat Shubuh.
  2. Bila penghalang hilang pada waktu Isya', maka wajib melakukan shalat Isya' secara adaan-an dan mengqadha shalat Maghrib, karena Maghrib bisa dijamak dengan Isya'.
  3. Bila penghalang hilang pada waktu Maghrib, maka hanya wajib melakukan shalat Maghrib, tidak wajib mengqadha shalat Ashar, karena shalat Ashar tidak bisa dijamak dengan shalat Maghrib.
  4. Bila penghalang hilang pada waktu Ashar, maka wajib melakukan shalat Ashar dan mengqadha shalat Zhuhur, karena shalat Zhuhur bisa dijamak dengan shalat Ashar.
  5. Bila penghalang hilang pada waktu Zhuhur, maka hanya wajib melakukan shalat Zhuhur, tidak wajib mengqadha Shubuh, karena shalat Shubuh tidak bisa dijamak dengan shalat Zhuhur.

C. Hilangnya Penghalang (maani') pada Akhir Waktu yang Tidak Cukup untuk Melakukan Thaharah (bersuci) dan Takbiratul Ihram

  1. Bila penghalang hilang pada akhir waktu Shubuh, maka hanya wajib mengqadha shalat Shubuh saja.
  2. Bila penghalang hilang pada akhir waktu Zhuhur, maka hanya wajib mengqadha shalat Shubuh saja.
  3. Bila penghalang hilang pada akhir waktu Ashar, maka wajib mengqadha shalat Zhuhur dan Ashar, karena keduanya bisa dijamak.
  4. Bila penghalang hilang pada akhir waktu Maghrib, maka hanya wajib mengqadha shalat Maghrib saja.
  5. Bila penghalang hilang pada akhir waktu Isya', maka wajib mengqadha shalat Isya' dan Maghrib, karena keduanya bisa dijamak.

Pasal 22: Udzur Shalat

ุฃَุนْุฐَุงุฑُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุงุซْู†َุงู†ِ:
ุงู„ู†َّูˆْู…ُ ูˆَุงู„ู†ِّุณْูŠَุงู†ُ
Udzur yang dibolehkan dalam meninggalkan atau mengakhirkan shalat ada dua:
  1. Tertidur.
  2. Lupa.

Penjelasan:

1. Tidur

Tidur termasuk udzur shalat. Sehingga jika seseorang tertidur hingga keluar waktu shalat maka dia tidak terkena dosa karena sebab tidurnya. Tetapi tidak semua tidur dianggap sebagai udzur shalat. Adapun perincian tidur yang bisa dianggap sebagai udzur shalat adalah sebagai berikut:

  1. Tidur dilakukan sebelum masuk waktu shalat. Baik dirinya tahu akan bangun sebelum keluar waktu shalat atau tahu bahwa dirinya tidak akan bangun.
  2. Tidur dilakukan setelah masuk waktu shalat, tetapi meyakini akan terbangun sebelum keluarnya waktu shalat dan ternyata terbangun setelah keluarnya waktu shalat.

Rasulullah ๏ทบ bersabda:

ู„َูŠْุณَ ูِูŠ ุงู„ู†َّูˆْู…ِ ุชَูْุฑِูŠْุทٌ، ุฅِู†َّู…َุง ุงู„ุชَّูْุฑِูŠْุทُ ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ู„َู…ْ ูŠُุตَู„ِّ ุงู„ุตَّู„ุงَุฉَ ุญَุชَّู‰ ูŠَุฌِูŠْุกَ ูˆَู‚ْุชُ ุงู„ุตَّู„ุงَุฉِ ุงู„ุฃُุฎْุฑَู‰

“Tidak ada dalam tidur keteledoran, keteledoran hanya bagi orang yang tidak mengerjakan shalat sehingga masuk waktu shalat yang lainnya.”

Jika tidur dilakukan setelah masuk waktu shalat dan meyakini akan terbangun setelah keluarnya waktu shalat, maka bukan termasuk udzur shalat. Pelakunya terkena dua dosa; dosa karena tidur dan dosa karena mengerjakan shalat di luar waktu yang telah ditentukan. Wajib baginya untuk bersegera mengqadha shalat.

Akan tetapi jika terbangun tidak sesuai keyakinannya dan mengerjakan shalat tepat pada waktunya, maka berdosa karena sebab tidurnya saja.

Catatan:

  1. Wajib membangunkan seseorang yang tidur setelah masuknya waktu shalat dan sunnah membangunkan orang yang tidur sebelum masuknya waktu shalat, sekiranya tidak dikhawatirkan ada bahaya pada dirinya sendiri jika membangunkan. Supaya orang tersebut bisa mengerjakan shalat tepat pada waktunya.
  2. Disunnahkan membaca Ayat Kursi, Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, Surat An-Naas dan akhir Surat Al-Baqarah sebelum tidur, dan membaca akhir Surat Ali-‘Imran mulai dari
    ุฅِู†َّ ูِูŠ ุฎَู„ْู‚ِ ุงู„ุณَّู…ٰูˆَุงุชِ ูˆَุงู„ْุฃَุฑْุถِ
    Dalam hadits shahih, diriwayatkan bahwa Nabi ๏ทบ membaca Surat Al-Ikhlas, Mu‘awwidzatain (Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas) dan meniupkannya pada kedua tangan beliau kemudian mengusapkannya ke seluruh badan ketika hendak tidur.

2. Lupa

Termasuk udzur shalat adalah lupa jika bukan disebabkan karena hal-hal yang dilarang. Seperti ketika telah tiba waktu shalat dan seseorang berniat akan mengerjakan shalat, kemudian dirinya menyibukkan diri dengan belajar kitab atau mengerjakan suatu pekerjaan hingga akhirnya keluar waktu sedang dirinya lupa, maka hal ini termasuk udzur shalat dan tidak berdosa.

Adapun lupa karena disebabkan mengerjakan hal yang haram, seperti judi atau main makruh, seperti bermain dadu, maka lupa yang demikian bukanlah udzur shalat sehingga dirinya berdosa dan wajib untuk bersegera mengerjakan shalat.

Pasal 23: Syarat-Syarat Sah Shalat, Hadats, Aurat

Syarat-syarat sah shalat

ุดُุฑُูˆุทُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุซَู…َุงู†ِูŠَุฉٌ:
ูก. ุทَู‡َุงุฑَุฉُ ุงู„ْุญَุฏَุซَูŠْู†ِ
ูข. ูˆَุงู„ุทَّู‡َุงุฑَุฉُ ุนَู†ِ ุงู„ู†َّุฌَุงุณَุฉِ ูِูŠ ุงู„ุซَّูˆْุจِ ูˆَุงู„ْุจَุฏَู†ِ ูˆَุงู„ْู…َูƒَุงู†ِ
ูฃ. ูˆَุณَุชْุฑُ ุงู„ْุนَูˆْุฑَุฉِ
ูค. ูˆَุงุณْุชِู‚ْุจَุงู„ُ ุงู„ْู‚ِุจْู„َุฉِ
ูฅ. ูˆَุฏُุฎُูˆู„ُ ุงู„ْูˆَู‚ْุชِ
ูฆ. ูˆَุงู„ْุนِู„ْู…ُ ุจِูَุฑْุถِูŠَّุชِู‡َุง
ูง. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุนْุชَู‚ِุฏَ ูَุฑْุถًุง ู…ِู†ْ ูُุฑُูˆุถِู‡َุง ุณُู†َّุฉً
ูจ. ูˆَุงุฌْุชِู†َุงุจُ ุงู„ْู…ُุจْุทِู„َุงุชِ
Syarat sah shalat ada delapan:
  1. Suci dari hadas kecil dan besar.
  2. Suci dari najis pada pakaian, badan, dan tempat shalat.
  3. Menutup aurat.
  4. Menghadap kiblat.
  5. Masuk waktu shalat.
  6. Mengetahui kefardhuan shalat.
  7. Tidak meyakini satu fardhu dari fardhu shalat sebagai sunnah.
  8. Menjauhi semua hal yang membatalkan shalat.

Penjelasan:

1. Suci dari Dua Hadast

Hadast terbagi menjadi dua, yaitu hadast besar dan kecil. Kedua hadast tersebut memiliki pengertian dan hukum masing-masing.

Tidak sah seorang yang shalat sedang dirinya berhadast. Jika seorang yang berhadast jika sengaja melaksanakan shalat dan dirinya mengetahui bahwa mengerjakan shalat ketika berhadast maka hukumnya haram tidak sah dan dirinya berdosa.

Adapun orang yang mengerjakan shalat tetapi lupa bahwa dirinya berhadast, maka shalatnya tetap tidak sah dan mendapat pahala karena niatnya untuk mengerjakan shalat, dan wajib mengulangi shalatnya.

Orang yang tidak bisa menghilangkan hadast pada dirinya, karena tidak menemukan air untuk wudhu atau mandi atau tidak menemukan debu untuk bertayammum, maka wajib shalat meski dalam keadaan berhadast. Hal ini wajib dilakukan untuk menghormati waktu shalat dan wajib untuk mengqodho’ shalat jika telah menemukan air atau debu.

2. Suci dari Najis pada Pakaian, Badan, dan Tempat Shalat

Yang dimaksud pakaian dalam shalat adalah segala sesuatu yang dipakai, dibawa meskipun tidak bergerak dengan gerakan dirinya- dan yang menempel pada orang yang shalat. Adapun yang dimaksud dengan badan adalah bagian yang tampak dari orang yang shalat, mencakup bagian dalam hidung, mulut dan mata. Yang dimaksud dengan tempat dalam shalat adalah tempat yang bersentuhan langsung dengan pakaian dan badan.

Dalam shalat pakaian, badan dan tempat shalat disyaratkan harus suci. Sehingga orang yang membawa najis (yang tidak dimaafkan) dalam pakaian, badan atau tempat shalat ketika mengerjakan shalat, maka hukumnya tidak sah.

Catatan:

Najis terbagi menjadi 4, yaitu:

  1. Najis yang tidak dimaafkan di dalam air dan di pakaian.
  2. Najis yang dimaafkan di dalam air dan di pakaian, yaitu najis yang tidak terlihat oleh penglihatan mata manusia pada umumnya.
  3. Najis yang dimaafkan di pakaian tetapi tidak dimaafkan di dalam air, yaitu darah yang sedikit.
  4. Najis yang dimaafkan di dalam air tetapi tidak dimaafkan di pakaian, yaitu bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir ketika dirobek.

3. Menutup Aurat

Aurat adalah segala sesuatu yang wajib ditutup dan haram untuk dilihat. Wajib bagi seorang yang shalat untuk menutup aurat dengan segala sesuatu yang dianggap sebagai penutup dan bisa menyembunyikan warna kulit, meskipun penutup aurat tersebut dapat memperlihatkan bentuk tubuh seperti pakaian yang ketat dan menempel kulit, maka hukum shalat dengan pakaian seperti itu tetap sah.

Adapun memakai sesuatu yang tidak dianggap sebagai penutup, seperti telanjang dalam kegelapan atau tempat yang sempit, maka hukumnya tidak sah, karena bukan dianggap sebagai menutup aurat.

Catatan:

  1. Seorang yang ingin mengerjakan shalat tetapi tidak mendapatkan sesuatu untuk menutup aurat, maka shalat dalam keadaan telanjang dan tidak wajib mengulangi shalatnya.
  2. Seorang yang mendapatkan penutup aurat hanya sebagian saja maka wajib menutup dua kemaluannya terlebih dahulu.
  3. Seandainya aurat seseorang terbuka oleh angin maka wajib bersegera untuk menutupnya, jika tidak bersegera menutupnya maka shalatnya batal.

4. Menghadap Kiblat

Allah berfirman dalam Alquran: "Maka hadapkanlah wajahmu ke arah masjidil haram."

Wajib hukumnya menghadap kiblat ketika shalat. Seorang yang shalat dengan berdiri atau duduk maka wajib menghadap kiblat dengan dadanya, orang yang shalat dengan tidur miring menghadap kiblat dengan wajah dan dadanya, orang tidur telentang menghadap kiblat dengan dua telapak kakinya dan wajahnya.

Cara mengetahui arah kiblat:

  1. Mengetahui (yakin) dengan arah kiblat. Seperti dengan melihat bangunan ka’bah.
  2. Berpegang pada ucapan orang yang tahu arah kiblat.
  3. Berusaha sendiri mencari arah kiblat, seperti dengan kompas misalnya.
  4. Berpegang pada orang yang ijtihad jika tidak bisa mencari kiblat sendiri.

5. Masuk Waktu Shalat

Shalat tidak sah dilakukan sebelum masuk waktu. Sehingga wajib mengetahui masuknya waktu dengan yakin seperti melihat matahari tenggelam, mendengar adzan dari masjid yang terpercaya, atau dengan jam dan prasangka kuat.

6. Mengetahui dengan Kefardhuan Shalat

Artinya orang harus mengetahui bahwa shalat yang dikerjakan adalah fardhu atau wajib. Jika ragu shalatnya fardhu atau tidak, maka tidak sah.

7. Tidak Meyakini Salah Satu Rukun Shalat sebagai Sunnah

Jika seseorang meyakini salah satu rukun shalat (misal membaca surat Al-Fatihah) adalah sunnah bukan wajib, maka shalatnya tidak sah.

8. Meninggalkan Hal-hal yang Membatalkan Shalat

Jika mengerjakan hal-hal yang membatalkan shalat, maka shalatnya batal.

Pembagian Hadas

ุงู„ْุงَุญْุฏَุงุซُ ุงِุซْู†َุงู†ِ: ุฃَุตْุบَุฑُ ูˆَุฃَูƒْุจَุฑُ.
ูَุงู„ْุฃَุตْุบَุฑُ: ู…َุง ุฃَูˆْุฌَุจَ ุงู„ْูˆُุถُูˆุกَ،
ูˆَุงู„ْุฃَูƒْุจَุฑُ: ู…َุง ุฃَูˆْุฌَุจَ ุงู„ْุบُุณْู„َ.
Hadas terbagi dua:
  • Kecil: yang mewajibkan wudhu, seperti buang angin, kencing, tidur.
  • Besar: yang mewajibkan mandi, seperti junub, haid, nifas.

Aurat Laki-laki dan Perempuan

ุงู„ْุนَูˆْุฑَุงุชُ ุฃَุฑْุจَุนٌ:
ูก. ุนَูˆْุฑَุฉُ ุงู„ุฑَّุฌُู„ِ ู…ُุทْู„َู‚ًุง، ูˆَุงู„ْุฃَู…َุฉِ ูِูŠ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ: ู…َุง ุจَูŠْู†َ ุงู„ุณُّุฑَّุฉِ ูˆَุงู„ุฑُّูƒْุจَุฉِ.
ูข. ูˆَุนَูˆْุฑَุฉُ ุงู„ْุญُุฑَّุฉِ ูِูŠ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ: ุฌَู…ِูŠุนُ ุจَุฏَู†ِู‡َุง ู…َุงุณِูˆَู‰ ุงู„ْูˆَุฌْู‡ِ ูˆَุงู„ْูƒَูَّูŠْู†ِ.
ูฃ. ูˆَุนَูˆْุฑَุฉُ ุงู„ْุญُุฑَّุฉِ ูˆَุงู„ْุฃَู…َุฉِ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ْุฃَุฌَุงู†ِุจِ: ุฌَู…ِูŠุนُ ุงู„ْุจَุฏَู†ِ.
ูค. ูˆَุนِู†ْุฏَ ู…َุญَุงุฑِู…ِู‡ِู…َุง ูˆَุงู„ู†ِّุณَุงุกِ: ู…َุง ุจَูŠْู†َ ุงู„ุณُّุฑَّุฉِ ูˆَุงู„ุฑُّูƒْุจَุฉِ.

Aurat itu ada 4:

  1. Aurat laki-laki mutlak (maksudnya, di dalam shalat dan luar shalat).
    Dan wanita di dalam shalat yakni antara pusar dan lutut.
  2. Aurat wanita merdeka (bukan budak) di dalam shalat adalah seluruh badannya selain wajah dan telapak tangan.
  3. Aurat wanita merdeka dan budak wanita terhadap laki-laki asing adalah seluruh badannya.
  4. Sementara aurat keduanya terhadap mahram dan wanita lain adalah antara pusar dan lutut.

Penjelasan:

Pembagian Aurat

Aurat adalah segala sesuatu yang wajib ditutup dan haram dilihat. Dalam shalat, menutup aurat adalah syarat sah yang harus dipenuhi. Adapun rincian aurat berdasarkan kondisi dan lawan jenisnya sebagai berikut:

  1. Aurat Laki-Laki Mutlak
    1. Ketika sendirian: hanya kemaluan depan dan belakang yang wajib ditutup.
    2. Ketika shalat, di hadapan perempuan mahram dan sesama laki-laki: antara pusar dan lutut, termasuk pusar dan lutut harus ditutup sebagai penyempurna.
    3. Di hadapan perempuan non-mahram: seluruh tubuh wajib ditutup.
    4. Di hadapan istri atau budak perempuan: tidak ada aurat yang wajib ditutup.
  2. Aurat Perempuan Merdeka
    1. Ketika sendirian, di hadapan sesama perempuan, dan laki-laki mahram: antara pusar dan lutut.
    2. Di hadapan perempuan fasik dan kafir: anggota yang biasa terbuka saat bekerja seperti kepala, wajah, leher, tangan hingga lengan, kaki sampai lutut tidak termasuk aurat, selain itu wajib ditutup.
    3. Dalam shalat: seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
    4. Di hadapan laki-laki non-mahram: seluruh tubuh wajib ditutup.
    5. Di hadapan suami: tidak ada aurat yang wajib ditutup.
  3. Aurat Budak Perempuan
    1. Ketika sendirian: hanya kemaluan depan dan belakang.
    2. Dalam shalat, di hadapan sesama perempuan, dan laki-laki mahram: antara pusar dan lutut.
    3. Di hadapan perempuan fasik dan kafir: selain anggota tubuh yang biasa tampak saat bekerja, wajib ditutup.
    4. Di hadapan laki-laki non-mahram: seluruh tubuh wajib ditutup.
    5. Di hadapan suami atau tuannya: tidak ada aurat yang wajib ditutup.
  4. Aurat Keduanya terhadap Mahram dan Sesama Wanita:

    Yaitu bagian antara pusar dan lutut.

Pasal 24: Rukun-Rukun Shalat

ุฃุฑูƒَุงู†ُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุณَุจْุนَุฉَ ุนَุดَุฑَ:
ุงู„ุฃูˆَّู„ُ: ุงู„ู†ِّูŠَّุฉُ
ุงู„ุซَّุงู†ِูŠ: ุชَูƒْุจِูŠุฑَุฉُ ุงู„ุฅِุญْุฑَุงู…ِ
ุงู„ุซَّุงู„ِุซُ: ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู‚َุงุฏِุฑِ ูِูŠ ุงู„ْูَุฑْุถِ
ุงู„ุฑَّุงุจِุนُ: ู‚ِุฑَุงุกَุฉُ ุงู„ْูَุงุชِุญَุฉِ
ุงู„ْุฎَุงู…ِุณُ: ุงู„ุฑُّูƒُูˆุนُ
ุงู„ุณَّุงุฏِุณُ: ุงู„ุทُู…َุฃْู†ِูŠู†َุฉُ ูِูŠْู‡ِ
ุงู„ุณَّุงุจِุนُ: ุงู„ِุงุนْุชِุฏَุงู„ُ
ุงู„ุซَّุงู…ِู†ُ: ุงู„ุทُู…َุฃْู†ِูŠู†َุฉُ ูِูŠْู‡ِ
ุงู„ุชَّุงุณِุนُ: ุงู„ุณُّุฌُูˆุฏُ ู…َุฑَّุชَูŠْู†ِ
ุงู„ْุนَุงุดِุฑُ: ุงู„ุทُู…َุฃْู†ِูŠู†َุฉُ ูِูŠْู‡ِ
ุงู„ْุญَุงุฏِูŠ ุนَุดَุฑَ: ุงู„ْุฌُู„ُูˆุณُ ุจَูŠْู†َ ุงู„ุณَّุฌْุฏَุชَูŠْู†ِ
ุงู„ุซَّุงู†ِูŠ ุนَุดَุฑَ: ุงู„ุทُู…َุฃْู†ِูŠู†َุฉُ ูِูŠู‡ِ
ุงู„ุซَّุงู„ِุซَ ุนَุดَุฑَ: ุงู„ุชَّุดَู‡ُّุฏُ ุงู„ุฃَุฎِูŠุฑُ
ุงู„ุฑَّุงุจِุนَ ุนَุดَุฑَ: ุงู„ْู‚ُุนُูˆุฏُ ูِูŠْู‡ِ
ุงู„ْุฎَุงู…ِุณَ ุนَุดَุฑَ: ุงู„ุตَّู„ุงَุฉُ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูِูŠู‡ِ
ุงู„ุณَّุงุฏِุณَ ุนَุดَุฑَ: ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ
ุงู„ุณَّุงุจِุนَ ุนَุดَุฑَ: ุงู„ุชَّุฑْุชِูŠุจُ
Rukun shalat ada 17:
  1. Niat
  2. Takbiratul Ihrom
  3. Berdiri bagi yang mampu dalam shalat wajib
  4. Membaca al-Fatihah
  5. Ruku’
  6. Thuma’ninah saat ruku’
  7. I’tidal
  8. Thuma’ninah saat i’tidal
  9. Sujud dua kali
  10. Thuma’ninah saat sujud
  11. Duduk di antara dua sujud
  12. Thuma’ninah saat duduk
  13. Tasyahhud akhir
  14. Duduk di waktu tasyahhud
  15. Shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika tasyahhud akhir
  16. Salam
  17. Tertib

Penjelasan:

Rukun-rukun shalat atau bagian yang wajib dikerjakan ketika shalat ada 17, yaitu:

  1. Niat
    Dalam setiap ibadah diperlukan niat, sebagaimana dalam hadits Nabi:
    ุฅِู†َّู…َุง ุงู„ْุฃَุนْู…َุงู„ُ ุจِุงู„ู†ِّูŠَّุงุชِ
    “Hanya saja ke-sah-an amal tergantung pada niatnya.”
    Niat wajib dilakukan dalam hati. Dianjurkan untuk mengucapkannya dengan lisan sebelum takbir agar membantu hati. Waktu niat adalah saat takbiratul ihram. Takbir tanpa niat: shalat tidak sah.
  2. Takbiratul Ihram
    Ucapan “ุงู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ” yang menandai masuknya ke dalam shalat. Dalam hadits Nabi:
    ู…ِูْุชَุงุญُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุงู„ْูˆُุถُูˆุกُ، ูˆَุชَุญْุฑِูŠู…ُู‡َุง ุงู„ุชَّูƒْุจِูŠุฑُ، ูˆَุชَุญْู„ِูŠู„ُู‡َุง ุงู„ุชَّุณْู„ِูŠู…ُ

    “Kunci shalat adalah wudhu, yang membuat haram (segala sesuatu sebelum) shalat adalah takbir dan yang menghalalkan (kembali) adalah salam.”

  3. Berdiri bagi yang mampu (shalat fardhu)
    Wajib berdiri dengan menegakkan tulang punggung. Jika tidak mampu, boleh sesuai urutan:
    1. Berdiri normal
    2. Berdiri dengan lutut
    3. Duduk iftirasy
    4. Tidur miring (utama kanan)
    5. Terlentang sambil menunduk kepala
    6. Gerakan kelopak mata
    7. Membayangkan dalam hati
  4. Membaca Al-Fatihah
    Wajib di tiap rakaat. Jika tidak hafal, bisa dibaca dari mushaf, dituntun, atau diganti dengan:
    • 7 ayat Al-Qur’an setara jumlah huruf Al-Fatihah
    • 7 dzikir setara jumlah huruf
    • Jika tetap tidak bisa, berdiri seukuran bacaan Al-Fatihah
    Catatan: Makmum masbuk gugur kewajiban membaca Al-Fatihah jika tidak sempat selesai hingga imam rukuk.
  5. Rukuk
    Membungkuk sampai tangan menyentuh lutut. Tidak boleh hanya inkhinas (pantat naik, dada maju). Jika keliru, wajib ulang.
  6. Thuma’ninah dalam Rukuk
    Diam sejenak agar ada jeda antara gerakan masuk rukuk dan keluar darinya.
  7. I’tidal
    Kembali berdiri setelah rukuk.
  8. Thuma’ninah dalam I’tidal
    Dalam hadits: “Tegakkan tulang belakangmu sampai kembali ke tempatnya.”
  9. Sujud Dua Kali
    Minimal menempelkan sebagian kulit dahi ke tempat sujud.
  10. Thuma’ninah dalam Sujud
    Hadits Nabi:
    ุซُู…َّ ุงุณْุฌُุฏْ ุญَุชَّู‰ ุชَุทْู…َุฆِู†َّ ุณَุงุฌِุฏًุง

    “Kemudian sujudlah sehingga engkau thuma’ninah dalam keadaan sujud.”

  11. Duduk antara Dua Sujud
  12. Thuma’ninah dalam Duduk antara Dua Sujud
  13. Tasyahhud Akhir
    Dibaca dalam bahasa Arab. Jika tidak bisa, diterjemahkan dari lafal Nabi.
  14. Duduk untuk Tasyahhud Akhir
  15. Shalawat kepada Nabi ๏ทบ
  16. Salam
    Yang wajib adalah salam pertama saja.
  17. Tertib
    Harus sesuai urutan. Jika tertukar:
    • Jika fi’li (gerakan) didahulukan, dan sengaja → batal.
    • Jika lupa → kembali ke rukun yang tertinggal jika belum sampai rukun yang sama di rakaat berikutnya.
    • Jika qouli (bacaan) tertukar → wajib ulang pada tempatnya.
    • Jika salam sebelum waktunya dan sengaja → batal. Jika lupa → ulangi salam.

Pembagian Rukun Shalat:

  • Qouli: Takbir, Al-Fatihah, Tasyahhud akhir, Shalawat, Salam.
  • Fi’li: Berdiri, Rukuk, I’tidal, Sujud, Duduk antar sujud, Duduk tasyahhud akhir.
  • Ma’nawi: Tertib.
  • Qolbi: Niat.

Pasal 25: Niat dalam Shalat

ุงู„ู†ِّูŠَّุฉُ ุซَู„ุงَุซُ ุฏَุฑَุฌَุงุชٍ:
ูก. ุฅِู†ْ ูƒَุงู†َุชِ ุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ูَุฑْุถًุง، ูˆَุฌَุจَ ู‚َุตْุฏُ ุงู„ْูِุนْู„ِ، ูˆَุงู„ุชَّุนْูŠِูŠู†ُ، ูˆَุงู„ْูَุฑْุถِูŠَّุฉُ
ูข. ูˆَุฅِู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู†َุงูِู„َุฉً ู…ُุคَู‚َّุชَุฉً ูƒَุฑَุงุชِุจَุฉٍ، ุฃَูˆْ ุฐَุงุชِ ุณَุจَุจٍ، ูˆَุฌَุจَ ู‚َุตْุฏُ ุงู„ْูِุนْู„ِ ูˆَุงู„ุชَّุนْูŠِูŠู†ِ
ูฃ. ูˆَุฅِู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู†َุงูِู„َุฉً ู…ُุทْู„َู‚َุฉً، ูˆَุฌَุจَ ู‚َุตْุฏُ ุงู„ْูِุนْู„ِ ูَู‚َุทْ

ุงู„ْูِุนْู„ُ: ุฃُุตَู„ِّูŠ، ูˆَุงู„ุชَّุนْูŠِูŠู†ُ: ุงู„ุธُّู‡ْุฑًุง ุฃَูˆْ ุนَุตْุฑًุง، ูˆَุงู„ْูَุฑْุถِูŠَّุฉُ: ูَุฑْุถًุง
Niat ada 3 tingkatan:
  1. Jika shalat fardhu, maka wajib menyanegaja berbuat dan ta’yin (menentukan jenis shalat) serta fardhiyyah (menyatakan kefardhuan).
  2. Jika shalat sunnah muaqqot (yang ditentukan waktunya) seperti sunnah rawatib atau yang memiliki sebab, maka wajib menyanegaja berbuat dan ta’yin.
  3. Jika shalat sunnah mutlak (tidak terikat waktu), maka wajib menyanegaja berbuat saja.

Yang dimaksud berbuat adalah ucapan ushalli (aku berniat shalat), ta’yin adalah ucapan Dzuhur atau Ashar, dan fardhiyyah adalah fardhu.

Penjelasan:

Dalam shalat wajib untuk berniat. Tidak sah shalat seseorang tanpa niat. Untuk masing-masing shalat memiliki tingkatan niat yang berbeda. Adapun tingkatan niat dalam shalat dibagi menjadi 3, yaitu:

  1. Jika yang akan dikerjakan adalah shalat fardhu, seperti shalat wajib 5 waktu, shalat yang dinadzari, shalat fardhu kifayah, mengqodho shalat fardhu atau mengulangi shalat, maka niat yang wajib dikerjakan adalah menyanegaja untuk mengerjakan shalat tersebut, menentukan shalat yang akan dikerjakan dan menggunakan lafadz fardhu.

    Contoh ketika seorang hendak melaksanakan shalat dhuhur, misalnya, maka niat yang wajib dikerjakan adalah, “saya shalat fardhu dhuhur (“ุฃُุตَู„ِّูŠ ูَุฑْุถَ ุงู„ุธُّู‡ْุฑِ)”. Dalam niat tersebut telah mencakup tiga hal di atas; menyanegaja mengerjakan shalat yaitu pada kalimat ุฃُุตَู„ِّูŠ, menentukan shalat yang akan dikerjakan ุงู„ุธُّู‡ْุฑِ dan menggunakan kata fardhu ูَุฑْุถَ.
  2. Jika yang akan dikerjakan adalah shalat sunnah yang memiliki waktu tertentu, seperti shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, shalat witir dll, atau shalat sunnah yang dikerjakan karena suatu sebab, seperti shalat istisqo (shalat minta hujan), shalat gerhana dll, maka niat yang wajib dikerjakan adalah menyanegaja untuk mengerjakan shalat tersebut dan menentukan shalat yang akan dikerjakan.

    Contoh seorang hendak mengerjakan shalat dhuha, witir atau shalat gerhana maka niat yang wajib dikerjakan adalah “saya shalat sunnah dhuha (ุฃُุตَู„ِّูŠ ุณُู†َّุฉَ ุงู„ุถُّุญَู‰)”, saya shalat sunnah witir (ุฃُุตَู„ِّูŠ ุณُู†َّุฉَ ุงู„ْูˆِุชْุฑِ), atau saya shalat sunnah gerhana (ุฃُุตَู„ِّูŠ ุณُู†َّุฉَ ุงู„ْูƒُุณُูˆْูِ)”.
  3. Jika yang akan dikerjakan adalah shalat sunnah mutlak yaitu shalat sunnah yang tidak terikat dengan waktu dan sebab tertentu, maka niat yang wajib dikerjakan adalah menyanegaja untuk mengerjakan shalat tersebut saja.

    Contoh seorang hendak mengerjakan shalat sunnah mutlak, maka niat yang harus dikerjakan adalah “saya shalat (ุฃُุตَู„ِّูŠ)”.

Catatan:

  1. Yang dimaksud menyanegaja mengerjakan shalat adalah menggunakan kata ุฃُุตَู„ِّูŠ (saya shalat). Yang dimaksud menentukan shalat yang akan dikerjakan adalah dengan menyebutkan shalat yang akan dikerjakan seperti dhuhur, ashar, sunnah dhuha dll. Yang dimaksud dengan fardhu adalah menyebutkan kata ูَุฑْุถَ.
  2. Tidak wajib menyebutkan jumlah rakaat shalat, menghadap kiblat, niat shalat ada’ (shalat yang sekarang dikerjakan) atau qodho dan tidak wajib menambah ู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ (karena Allah). Akan tetapi menyebutkan semua itu dalam niat shalat hukumnya adalah sunnah.
  3. Orang yang shalat menjadi makmum, maka wajib niat jadi makmum, berjamaah atau mengikuti imam. Jika tidak berniat menjadi makmum atau shalat berjamaah tetapi mengikuti gerakan imam maka shalatnya tetap sah namun tidak mendapatkan keutamaan berjamaah.

Pasal 26: Syarat Takbiratul Ihram

ุดُุฑُูˆุทُ ุชَูƒْุจِูŠุฑَุฉِ ุงู„ْุฅِุญْุฑَุงู…ِ ุณِุชَّุฉَ ุนَุดَุฑَ:
ูก. ุฃَู†ْ ุชَู‚َุนَ ุญَุงู„َุฉَ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…ِ ูِูŠ ุงู„ْูَุฑْุถِ
ูข. ูˆَุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆู†َ ุจِุงู„ْุนَุฑَุจِูŠَّุฉِ
ูฃ. ูˆَุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆู†َ ุจِู„َูْุธِ ุงู„ْุฌَู„ุงَู„َุฉِ،
ูค. ูˆَุจِู„َูْุธِ ุฃَูƒْุจَุฑُ
ูฅ. ูˆَุงู„ุชَّุฑْุชِูŠุจُ ุจَูŠْู†َ ุงู„ู„َّูْุธَูŠْู†ِ
ูฆ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠُู…َุฏَّ ู‡َู…ْุฒَุฉَ ุงู„ْุฌَู„ุงَู„َุฉِ
ูง. ูˆَุนَุฏَู…ُ ู…َุฏِّ ุจَุงุกِ "ุฃَูƒْุจَุฑُ"
ูจ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠُุดَุฏَّุฏَ ุงู„ْุจَุงุกَ
ูฉ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุฒِูŠْุฏَ ูˆَุงูˆًุง ุณَุงูƒِู†َุฉً ุฃَูˆْ ู…ُุชَุญَุฑِّูƒَุฉً ุจَูŠْู†َ ุงู„ْูƒَู„ِู…َุชَูŠْู†ِ
ูกู . ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุฒِูŠْุฏَ ูˆَุงูˆًุง ู‚َุจْู„َ ุงู„ْุฌَู„ุงَู„َุฉِ
ูกูก. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَู‚ِูَ ุจَูŠْู†َ ูƒَู„ِู…َุชَูŠِ ุงู„ุชَّูƒْุจِูŠْุฑِ ูˆَู‚ْูَุฉً ุทَูˆِูŠْู„َุฉً ูˆَู„َุง ู‚َุตِูŠْุฑَุฉً
ูกูข. ูˆَุฃَู†ْ ูŠُุณْู…َุนَ ู†َูْุณَู‡ُ ุฌَู…ِูŠุนَ ุญُุฑُูˆูِู‡َุง
ูกูฃ. ูˆَุฏُุฎُูˆู„ُ ุงู„ْูˆَู‚ْุชِ ูِูŠ ุงู„ْู…ُูˆَู‚َّุชِ
ูกูค. ูˆَุฅِูŠู‚َุงุนُู‡َุง ุญَุงู„َ ุงู„ِุงุณْุชِู‚ْุจَุงู„ِ
ูกูฅ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠُุฎِู„َّ ุจِุญَุฑْูٍ ู…ِู†ْ ุญُุฑُูˆูِู‡َุง
ูกูฆ. ูˆَุชَุฃْุฎِูŠุฑُ ุชَูƒْุจِูŠุฑَุฉِ ุงู„ْู…َุฃْู…ُูˆู…ِ ุนَู†ْ ุชَูƒْุจِูŠุฑَุฉِ ุงู„ْุฅِู…َุงู…ِ
Syarat takbiratul ihram ada 16:
  1. Dibaca saat berdiri dalam shalat fardhu
  2. Berbahasa Arab
  3. Berlafadz jalalah (Allah)
  4. dan berlafadz akbar
  5. Tertib (urut) antara dua lafadz tersebut
  6. Hamzah jalalah tidak boleh dipanjangkan
  7. BA akbar tidak dipanjangkan
  8. BA akbar tidak ditasydid
  9. Tidak ditambah dengan wawu mati atau berharokat di antara dua kata itu
  10. Tidak boleh ditambah wawu sebelum jalalah
  11. Tidak berhenti di antara dua lafaz takbir baik lama atau sebentar
  12. Dirinya mendengar semua huruf-hurufnya
  13. Masuk waktu dalam shalat muaqqat
  14. Terjadinya sewaktu menghadap qiblat
  15. Tidak mengubah satu pun dari huruf-huruf takbir
  16. Mengakhirkan takbir makmum dari takbir imam

Penjelasan:

Takbiratul ihram adalah pembuka ibadah shalat yang sangat penting. Salah dalam pelafalannya bisa membatalkan keabsahan takbir. Karena itu, setiap huruf dan kaidah harus diperhatikan agar ibadah sah.

Ucapan harus dilakukan dalam keadaan berdiri (bagi yang mampu) dan harus terdengar oleh diri sendiri. Makmum juga harus mengikuti imam secara tertib.

Pasal 27: Syarat Al-Fatihah

ุดُุฑُูˆุทُ ุงู„ْูَุงุชِุญَุฉِ ุนَุดَุฑَุฉٌ:
ูก. ุงู„ุชَّุฑْุชِูŠุจُ
ูข. ูˆَุงู„ْู…ُูˆَุงู„َุงุฉُ
ูฃ. ูˆَู…ُุฑَุงุนَุงุฉُ ุญُุฑُูˆูِู‡َุง
ูค. ูˆَู…ُุฑَุงุนَุงุฉُ ุชَุดْุฏِูŠุฏَุงุชِู‡َุง
ูฅ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุณْูƒُุชَ ุณَูƒْุชَุฉً ุทَูˆِูŠْู„َุฉً ูˆَู„َุง ู‚َุตِูŠْุฑَุฉً ูŠَู‚ْุตُุฏُ ุจِู‡َุง ู‚َุทْุนَ ุงู„ْู‚ِุฑَุงุกَุฉِ
ูฆ. ูˆَู‚ِุฑَุงุกَุฉُ ูƒُู„ِّ ุขูŠَุงุชِู‡َุง، ูˆَู…ِู†ْู‡َุง ุงู„ْุจَุณْู…َู„َุฉُ
ูง. ูˆَุนَุฏَู…ُ ุงู„ู„َّุญْู†ِ ุงู„ْู…ُุฎِู„ِّ ุจِุงู„ْู…َุนْู†َู‰
ูจ. ูˆَุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆْู†َ ุญَุงู„َุฉَ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…ِ ูِูŠ ุงู„ْูَุฑْุถِ
ูฉ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠُุณْู…ِุนَ ู†َูْุณَู‡ُ ุงู„ْู‚ِุฑَุงุกَุฉَ
ูกู . ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุชَุฎَู„َّู„َู‡َุง ุฐِูƒْุฑٌ ุฃَุฌْู†َุจِูŠٌّ
Syarat Al-Fatihah ada 10:
  1. Tartib
  2. Muwalah (urut dan tidak disela)
  3. Menjaga hurufnya
  4. Menjaga tasydidnya
  5. Tidak berhenti lama atau sebentar dalam memutus bacaan
  6. Membaca semua ayatnya termasuk basmalah
  7. Tidak lahn (salah baca) yang bisa mengubah makna
  8. Membacanya dengan berdiri saat shalat fardhu
  9. Dirinya mendengarkan bacaannya
  10. Tidak menyela-nyelanya dengan zikir lainnya

Penjelasan:

Surat Al-Fatihah adalah rukun dalam setiap rakaat shalat. Namun agar bacaan Al-Fatihah itu sah, maka harus terpenuhi tujuh syarat ini:

  • Harus dibaca di dalam shalat yang sah (misalnya tidak dibaca di luar waktu shalat).
  • Bagi yang mampu berdiri, maka wajib membacanya dalam keadaan berdiri (dalam shalat fardhu).
  • Bacaan harus sampai terdengar oleh telinga sendiri, tidak cukup hanya menggerakkan bibir.
  • Urutan ayat harus sesuai mushaf (tertib).
  • Bacaan tidak boleh terputus dengan diam yang panjang atau kegiatan lain.
  • Harus hati-hati agar tidak keliru dalam huruf, harakat, atau pengucapan yang bisa mengubah makna.
  • Tidak boleh mendahului Fatihah dengan diam panjang tanpa alasan.

Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka wajib mengulangi bacaannya sebelum berpindah ke rukun berikutnya.

Pasal 28: Tasydid Al-Fatihah

ุชَุดْุฏِูŠุฏَุงุชُ ุงู„ْูَุงุชِุญَุฉِ ุฃَุฑْุจَุนَ ุนَุดْุฑَุฉَ:
ูก. (ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„َّู‡ِ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ู„َّุงู…ِ
ูข. (ุงู„ุฑَّุญْู…ٰู†ِ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ุฑَّุงุกِ
ูฃ. (ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ุฑَّุงุกِ
ูค. (ุงู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„َّู‡ِ) ูَูˆْู‚َ ู„َุงู…ِ ุงู„ْุฌَู„َุงู„َุฉِ
ูฅ. (ุฑَุจِّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِูŠู†َ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ْุจَุงุกِ
ูฆ. (ุงู„ุฑَّุญْู…ٰู†ِ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ุฑَّุงุกِ
ูง. (ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ุฑَّุงุกِ
ูจ. (ู…َุงู„ِูƒِ ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ุฏِّูŠู†ِ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ุฏَّุงู„ِ
ูฉ. (ุฅِูŠَّุงูƒَ ู†َุนْุจُุฏُ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ْูŠَุงุกِ
ูกู . (ูˆَุฅِูŠَّุงูƒَ ู†َุณْุชَุนِูŠู†ُ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ْูŠَุงุกِ
ูกูก. (ุงู‡ْุฏِู†َุง ุงู„ุตِّุฑَุงุทَ ุงู„ْู…ُุณْุชَู‚ِูŠู…َ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ุตَّุงุฏِ
ูกูข. (ุตِุฑَุงุทَ ุงู„َّุฐِูŠู†َ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ู„َّุงู…ِ
ูกูฃ-ูกูค. (ุฃَู†ْุนَู…ْุชَ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ุบَูŠْุฑِ ุงู„ْู…َุบْุถُูˆุจِ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ูˆَู„َุง ุงู„ุถَّุงู„ِّูŠู†َ) ูَูˆْู‚َ ุงู„ุถَّุงุฏِ ูˆَุงู„ู„َّุงู…ِ
Tasydid Al-Fatihah Ada 14:
  1. Bismillah, tasydidnya di atas Huruf Lam
  2. Ar-Rahmaani, di atas Huruf Ro
  3. Ar-Rahiimi, di atas Huruf Ro
  4. Alhamdulillahi, di atas Lam Jalalah
  5. Rabbil ‘Aalamiina, di atas Huruf Ba
  6. Ar-Rahmaani, di atas Huruf Ro
  7. Ar-Rahiimi, di atas Huruf Ro
  8. Maaliki Yaumi Ad-Diini, di atas Huruf Daal
  9. Iyyaka Na’budu, di atas Huruf Ya
  10. Iyyaka Nasta’iinu, di atas Huruf Ya
  11. Ihdinash Shiroothol Mustaqiim, di atas Huruf Shood
  12. Shiroothol Ladziina, di atas Huruf Lam
  13. & 14. An’amta ‘Alaihim Ghoiril Maghdzuubi ‘Alaihim Waladh Dhoooliin, di atas Huruf Dhood dan Lam

Penjelasan:

Tasydid (syaddah) adalah bagian dari makhraj dan sifat huruf dalam bacaan. Dalam surat Al-Fatihah, ada beberapa tempat yang wajib dibaca dengan tasydid, seperti:

  • ุงู„ุฑَّุญْู…ٰู†ِ
  • ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ
  • ุฅِูŠَّุงูƒَ
  • ุงู„ุตِّุฑَุงุทَ

Jika tasydid-tasydid ini diabaikan atau tidak dibaca dengan benar (baik sengaja atau tidak), maka bacaan Al-Fatihah menjadi tidak sah dan shalat pun tidak sah karenanya. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk belajar membaca surat Al-Fatihah dengan benar dan teliti.

Pasal 29: Waktu Mengangkat Tangan

ูŠُุณَู†ُّ ุฑَูْุนُ ุงู„ْูŠَุฏَูŠْู†ِ ูِูŠ ุฃَุฑْุจَุนَุฉِ ู…َูˆَุงุถِุนَ:
ูก. ุนِู†ْุฏَ ุชَูƒْุจِูŠุฑَุฉِ ุงู„ْุฅِุญْุฑَุงู…ِ
ูข. ูˆَุนِู†ْุฏَ ุงู„ุฑُّูƒُูˆุนِ
ูฃ. ูˆَุนِู†ْุฏَ ุงู„ِุงุนْุชِุฏَุงู„ِ
ูค. ูˆَุนِู†ْุฏَ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…ِ ู…ِู†َ ุงู„ุชَّุดَู‡ُّุฏِ ุงู„ْุฃَูˆَّู„ِ
Disunnahkan mengangkat dua tangan di 4 tempat:
  1. Saat takbiratul ihram.
  2. Saat rukuk.
  3. Saat i’tidal.
  4. Saat bangkit dari tasyahhud awwal.

Pasal 30: Syarat Sujud

ุดُุฑُูˆุทُ ุงู„ุณُّุฌُูˆุฏِ ุณَุจْุนَุฉٌ:
ูก. ุฃَู†ْ ูŠَุณْุฌُุฏَ ุนَู„َู‰ ุณَุจْุนَุฉِ ุฃَุนْุถَุงุกٍ
ูข. ูˆَุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆู†َ ุฌَุจْู‡َุชُู‡ُ ู…َูƒْุดُูˆูَุฉً
ูฃ. ูˆَุงู„ุชَّุญَุงู…ُู„ُ ุจِุฑَุฃْุณِู‡ِ
ูค. ูˆَุนَุฏَู…ُ ุงู„ْู‡ُูˆِูŠِّ ู„ِุบَูŠْุฑِู‡ِ
ูฅ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุณْุฌُุฏَ ุนَู„َู‰ ุดَูŠْุกٍ ูŠَุชَุญَุฑَّูƒُ ุจِุญَุฑَูƒَุชِู‡ِ
ูฆ. ูˆَุงุฑْุชِูَุงุนُ ุฃَุณَุงูِู„ِู‡ِ ุนَู„َู‰ ุฃَุนَุงู„ِูŠู‡ِ
ูง. ูˆَุงู„ุทُّู…َุฃْู†ِูŠู†َุฉُ ูِูŠู‡ِ
Syarat sujud ada tujuh:
  1. Sujud di atas tujuh anggota sujud.
  2. Dahinya terbuka.
  3. Menekan dengan kepalanya.
  4. Tidak diniatkan untuk selain sujud.
  5. Tidak sujud di atas sesuatu yang bergerak bersama gerakannya.
  6. Kepala lebih rendah dari pantat.
  7. Thuma’ninah saat sujud.

Penjelasan:

  1. Dahi harus terbuka, maksudnya tidak sesuatupun yang menutupi, termasuk rambut kepala atau kopyah yang menghalang dahi dan tempat sujud. Kecuali kalau memang ada rambut yang tumbuh di dahi atau perban untuk membalut luka pada dahi. Perban tersebut harus dipasang dalam kondisi suci dari hadats dan tidak terdapat najis di balik perban. Bila pemasangan perban tidak memenuhi syarat, maka shalatnya tetap wajib tetapi tidak sah shalat tersebut hanya untuk menghormati waktu shalat dan bila sudah sembuh shalat harus diqadha.
  2. Membungkukkan badan pada waktu sujud tanpa ada tujuan sujud kepada Allah, maka hukumnya haram.
  3. Yang dimaksud dengan "tidak sujud pada sesuatu yang bergerak karena gerakan orang yang shalat" adalah segala sesuatu yang melekat pada tubuh, seperti; sorban, baju, kopyah, sarung dan sebagainya, tidak dapat dipakai sebagai alas sujud, atau menghalangi dahi dengan tempat sujud.
  4. Bagi laki-laki disunatkan merenggangkan anggota badan satu dengan yang lain, sedang perempuan disunatkan merapatkannya pada saat sujud.
  5. Macam-macam sujud:
    1. Sujud dalam shalat yang menjadi salah satu rukun shalat.
    2. Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan sebelum salam sebagai pengganti sunat ab'ad yang terlupa atau bila terjadi penambahan rukun atau raka'at karena ragu-ragu atau lupa.
    3. Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan bila ayat sajadah selesai dibaca. Sujud ini sunat bagi orang yang membacanya ayat sajadah maupun bagi yang mendengarkannya.
    4. Sujud syukur, sujud yang dilakukan apabila seseorang mendapatkan suatu kenikmatan atau kesuksesan. Sujud ini hukumnya sunat.

Pasal 31: Anggota Sujud

ุฎَุงุชِู…َุฉٌ:
ุฃَุนْุถَุงุกُ ุงู„ุณُّุฌُูˆุฏِ ุณَุจْุนَุฉٌ:
ูก. ุงู„ْุฌَุจْู‡َุฉُ
ูฃ،ูข. ูˆَุจُุทُูˆْู†ُ ุฃَุตَุงุจِุนِ ุงู„ْูƒَูَّูŠْู†ِ
ูฅ،ูค. ูˆَุงู„ุฑُّูƒْุจَุชَุงู†ِ
ูง،ูฆ. ูˆَุจُุทُูˆْู†ُ ุฃَุตَุงุจِุนِ ุงู„ุฑِّุฌْู„َูŠْู†ِ

(Penutup)

Anggota sujud ada tujuh:

1. Dahi.
2 & 3. Dua telapak tangan bagian dalam.
4 & 5. Dua lutut.
6 & 7. Jari-jari dua kaki.

Pasal 32: Tasydid Tasyahhud

ุชَุดْุฏِูŠุฏَุงุชُ ุงู„ุชَّุดَู‡ُّุฏِ ุฅِุญْุฏَู‰ ูˆَุนِุดْุฑُูˆْู†َ:
ุฎَู…ْุณٌ ูِูŠ ุฃَูƒْู…َุงู„ِู‡ِ، ูˆَุณِุชَّุฉَ ุนَุดَุฑَ ูِูŠ ุฃَู‚َู„ِّู‡ِ.
ูข،ูก. (ูฑู„ุชَّุญِูŠَّุงุชُ) ุนَู„َู‰ ุงู„ุชَّุงุกِ ูˆَุงู„ْูŠَุงุกِ
ูฃ. (ูฑู„ْู…ُุจَุงุฑَูƒَุงุชُ ูฑู„ุตَّู„َูˆَุงุชُ) ุนَู„َู‰ ุงู„ุตَّุงุฏِ
ูฅ،ูค. (ูฑู„ุทَّูŠِّุจَุงุชُ) ุนَู„َู‰ ุงู„ุทَّุงุกِ ูˆَุงู„ْูŠَุงุกِ
ูฆ. (ู„ِู„َّู‡ِ) ุนَู„َู‰ ู„َุงู…ِ ุงู„ْุฌَู„َุงู„َุฉِ
ูง. (ูฑู„ุณَّู„َุงู…ُ) ุนَู„َู‰ ุงู„ุณِّูŠู†ِ
ูกู ،ูฉ،ูจ. (ุนَู„َูŠْูƒَ ุฃَูŠُّู‡َุง ูฑู„ู†َّุจِูŠُّ) ุนَู„َู‰ ุงู„ْูŠَุงุกِ ูˆَุงู„ู†ُّูˆْู†ِ ูˆَุงู„ْูŠَุงุกِ
ูกูก. (ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ูฑู„ู„َّู‡ِ) ุนَู„َู‰ ู„َุงู…ِ ุงู„ْุฌَู„َุงู„َุฉِ
ูกูข. (ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ ูฑู„ุณَّู„َุงู…ُ) ุนَู„َู‰ ุงู„ุณِّูŠู†ِ
ูกูฃ. (ุนَู„َูŠْู†َุง ูˆَุนَู„َู‰ ุนِุจَุงุฏِ ูฑู„ู„َّู‡ِ) ุนَู„َู‰ ู„َุงู…ِ ุงู„ْุฌَู„َุงู„َุฉِ
ูกูค. (ูฑู„ุตَّุงู„ِุญِูŠْู†َ) ุนَู„َู‰ ุงู„ุตَّุงุฏِ
ูกูฅ. (ุงَุดْู‡َุฏُ ุงَู†ْ ู„َّุง ุงِู„ٰู‡َ) ุนَู„َู‰ ู„َุงู…ِ ุฃَู„ِูِ
ูกูง،ูกูฆ. (ุฅِู„َّุง ูฑู„ู„َّู‡ُ) ุนَู„َู‰ ู„َุงู…ِ ุฃَู„ِูِ ูˆَู„َุงู…ِ ุงู„ْุฌَู„َุงู„َุฉِ
ูกูจ. (ูˆَุงَุดْู‡َุฏُ ุงَู†َّ) ุนَู„َู‰ ุงู„ู†ُّูˆْู†ِ
ูขูก،ูขู ،ูกูฉ. (ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุฑَّุณُูˆْู„ُ ูฑู„ู„َّู‡ُ) ุนَู„َู‰ ู…ِูŠْู…ِ ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ ุงู„ّุฑَุงุกِ، ูˆَุนَู„َู‰ َู„َุงู…ِ ุงู„ْุฌَู„َุงู„َุฉِ
Tasydid tasyahhud ada 21:
Yang 5 penyempurna, dan 16 sisanya yang minimal.
  • 1 & 2. (ุงู„ุชَّุญِูŠَّุงุชُ) pada huruf Ta dan Ya
  • 3. (ุงู„ْู…ُุจَุงุฑَูƒَุงุชُ ุงู„ุตَّู„َูˆَุงุชُ) pada huruf Shod
  • 4 & 5. (ุงู„ุทَّูŠِّุจَุงุชُ) pada huruf Thoo dan Ya
  • 6. (ู„ِู„َّู‡ِ) pada huruf Lam Jalaalah
  • 7. (ุงู„ุณَّู„َุงู…ُ) pada huruf Sin
  • 8–10. (ุนَู„َูŠْูƒَ ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„ู†َّุจِูŠُّ) pada huruf Ya, Nun, dan Ya
  • 11. (ุงู„ู„َّู‡ِ) pada huruf Lam Jalaalah
  • 12. (ุงู„ุณَّู„َุงู…ُ) pada huruf Sin
  • 13. (ุนَู„َูŠْู†َุง ูˆَุนَู„َู‰ ุนِุจَุงุฏِ ุงู„ู„َّู‡ِ) pada huruf Lam Jalaalah
  • 14. (ูฑู„ุตَّุงู„ِุญِูŠْู†َ) pada huruf Shod
  • 15. (ุงَู†ْ ู„َّุง) pada huruf Lam Alif
  • 16 & 17. (ุฅِู„َّุง ุงู„ู„َّู‡ُ) pada huruf Lam Alif dan Lam Jalaalah
  • 18. (ูˆَุงَุดْู‡َุฏُ ุงَู†َّ) pada huruf Nun
  • 19–21. (ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุฑَّุณُูˆْู„ُ ูฑู„ู„َّู‡ُ) pada huruf Mim, Ro, dan Lam Jalaalah

Pasal 33: Tasydid Shalawat

ุชَุดْุฏِูŠุฏَุงุชُ ุฃَู‚َู„ِّ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุฃَุฑْุจَุนٌ:
(ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ) : ุนَู„َู‰ ุงู„ู„َّุงู…ِ ูˆَุงู„ْู…ِูŠู…ِ
(ุตَู„ِّ) : ุนَู„َู‰ ุงู„ู„َّุงู…ِ
(ุนَู„َู‰ ู…ُุญَู…َّุฏٍ) : ุนَู„َู‰ ุงู„ْู…ِูŠู…ِ
Tasydid minimal dalam shalawat kepada Nabi ada 4:
  • 1 & 2. (ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ) pada Huruf Lam dan Mim
  • 3. (ุตَู„ِّ) pada Huruf Lam
  • 4. (ุนَู„َู‰ ู…ُุญَู…َّุฏٍ) pada Huruf Mim

Penjelasan:

  1. Bacaan shalawat yang sempurna:
    ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ ุขู„ِ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ،
    ูƒَู…َุง ุตَู„َّูŠْุชَ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ุฅِุจْุฑَุงู‡ِูŠู…َ ูˆَุนَู„َู‰ ุขู„ِ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ุฅِุจْุฑَุงู‡ِูŠู…َ،
    ูˆَุจَุงุฑِูƒْ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ ุขู„ِ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ،
    ูƒَู…َุง ุจَุงุฑَูƒْุชَ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ุฅِุจْุฑَุงู‡ِูŠู…َ ูˆَุนَู„َู‰ ุขู„ِ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ุฅِุจْุฑَุงู‡ِูŠู…َ،
    ูِูŠ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِูŠู†َ ุฅِู†َّูƒَ ุญَู…ِูŠْุฏٌ ู…َุฌِูŠْุฏٌ

    "Ya Allah limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkat atas Nabi Muhammad beserta keluarganya, sebagaimana Engkau memberkati berkat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji dan Maha Mulia."

  2. Doa sesudah membaca tasyahud / tahiyyat dan shalawat:
    ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฅِู†ِّูŠ ุฃَุนُูˆْุฐُ ุจِูƒَ ู…ِู†ْ ุนَุฐَุงุจِ ุงู„ْู‚َุจْุฑِ ูˆَู…ِู†ْ ุนَุฐَุงุจِ ุงู„ู†َّุงุฑِ ูˆَู…ِู†ْ ูِุชْู†َุฉِ ุงู„ْู…َุญْูŠَุง ูˆَุงู„ْู…َู…َุงุชِ ูˆَู…ِู†ْ ูِุชْู†َุฉِ ุงู„ْู…َุณِูŠْุญِ ุงู„ุฏَّุฌَّุงู„ِ. ูŠَุง ู…ُู‚َู„ِّุจَ ุงู„ْู‚ُู„ُูˆْุจِ ุซَุจِّุชْ ู‚َู„ْุจِูŠْ ุนَู„َู‰ ุฏِูŠْู†ِูƒَ.

    "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu."

Pasal 34: Salam

ุฃَู‚َู„ُّ ุงู„ุณَّู„َุงู…ِ: ุงู„ุณَّู„َุงู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ، ุชَุดْุฏِูŠุฏُ ุงู„ุณَّู„َุงู…ِ ุนَู„َู‰ ุงู„ุณِّูŠู†ِ
Salam minimal adalah ุงู„ุณَّู„َุงู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ dengan tasydid pada Huruf Sin.

Penjelasan:

  1. Salam yang sempurna
    ุงู„ุณَّู„َุงู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ
  2. Salam pada shalat jenazah
    ุงู„ุณَّู„َุงู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

Pasal 35: Pembagian Waktu Shalat

ุฃَูˆْู‚َุงุชُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุฎَู…ْุณٌ:
ูก. ุฃَูˆَّู„ُ ูˆَู‚ْุชِ ุงู„ุธُّู‡ْุฑِ ุฒَูˆَุงู„ُ ุงู„ุดَّู…ْุณِ، ูˆَุขุฎِุฑُู‡ُ ู…َุตِูŠุฑُ ุธِู„ِّ ุงู„ุดَّูŠْุฆِ ู…ِุซْู„َู‡ُ ุบَูŠْุฑَ ุธِู„ِّ ุงู„ْุงِุณْุชِูˆَุงุกِ
ูข. ูˆَุฃَูˆَّู„ُ ูˆَู‚ْุชِ ุงู„ْุนَุตْุฑِ ุฅِุฐَุง ุตَุงุฑَ ุธِู„ُّ ูƒُู„ِّ ุดَูŠْุกٍ ู…ِุซْู„َู‡ُ ูˆَุฒَุงุฏَ ู‚َู„ِูŠْู„ًุง، ูˆَุขุฎِุฑُู‡ُ ุบُุฑُูˆุจُ ุงู„ุดَّู…ْุณِ
ูฃ. ูˆَุฃَูˆَّู„ُ ูˆَู‚ْุชِ ุงู„ْู…َุบْุฑِุจِ ุบُุฑُูˆุจُ ุงู„ุดَّู…ْุณِ، ูˆَุขุฎِุฑُู‡ُ ุบُุฑُูˆุจُ ุงู„ุดَّูَู‚ِ ุงู„ْุฃَุญْู…َุฑِ
ูค. ูˆَุฃَูˆَّู„ُ ูˆَู‚ْุชِ ุงู„ْุนِุดَุงุกِ ุบُุฑُูˆุจُ ุงู„ุดَّูَู‚ِ ุงู„ْุฃَุญْู…َุฑِ، ูˆَุขุฎِุฑُู‡ُ ุทُู„ُูˆุนُ ุงู„ْูَุฌْุฑِ ุงู„ุตَّุงุฏِู‚ِ
ูฅ. ูˆَุฃَูˆَّู„ُ ูˆَู‚ْุชِ ุงู„ุตُّุจْุญِ ุทُู„ُูˆุนُ ุงู„ْูَุฌْุฑِ ุงู„ุตَّุงุฏِู‚ِ، ูˆَุขุฎِุฑُู‡ُ ุทُู„ُูˆุนُ ุงู„ุดَّู…ْุณِ
Waktu-waktu shalat ada lima:
  1. Awal waktu Dzuhur adalah tergelincirnya matahari dan akhir waktunya adalah jika bayang-bayang sesuatu panjangnya sama dengan bendanya.
  2. Awal waktu Ashar adalah jika bayang-bayang sesuatu sama panjangnya dengan bendanya dan lebih sedikit, dan akhir waktunya adalah terbenamnya matahari.
  3. Awal waktu Maghrib adalah terbenamnya matahari dan akhir waktunya adalah hilangnya mega merah.
  4. Awal waktu Isya adalah hilangnya mega merah dan akhir waktunya adalah terbitnya fajar shadiq.
  5. Awal waktu Shubuh adalah terbitnya fajar shadiq dan akhir waktunya adalah terbitnya matahari.

Pasal 36: Pembagian Mega

ุงู„ุฃَุดْูَุงู‚ُ ุซَู„َุงุซَุฉٌ:
ูก. ุฃَุญْู…َุฑُ
ูข. ูˆَ ุฃَุตْูَุฑُ
ูฃ. ูˆَ ุฃَุจْูŠَุถُ
ุงู„ุฃَุญْู…َุฑُ: ู…َุบْุฑِุจٌ، ูˆَุงู„ุฃَุตْูَุฑُ ูˆَุงู„ุฃَุจْูŠَุถُ: ุนِุดَุงุกٌ
ูˆَูŠُู†ْุฏَุจُ ุชَุฃْุฎِูŠุฑُ ุตَู„َุงุฉِ ุงู„ุนِุดَุงุกِ ุฅِู„َู‰ ุฃَู†ْ ูŠَุบِูŠุจَ ุงู„ุดَّูَู‚ُ ุงู„ุฃَุตْูَุฑُ ูˆَุงู„ุฃَุจْูŠَุถُ
Mega ada tiga:
  1. Merah
  2. Kuning
  3. Putih
Mega merah adalah tanda waktu Maghrib, sedangkan mega kuning dan putih adalah tanda waktu Isya.
Disunnahkan mengakhirkan shalat Isya hingga tenggelamnya mega kuning dan putih.

Pasal 37: Waktu Larangan Shalat

ุชَุญْุฑُู…ُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุงู„َّุชِูŠ ู„َูŠْุณَ ู„َู‡َุง ุณَุจَุจٌ ู…ُุชَู‚َุฏِّู…ٌ ูˆَู„َุง ู…ُู‚َุงุฑِู†ٌ ูِูŠ ุฎَู…ْุณَุฉِ ุฃَูˆْู‚َุงุชٍ:
ูก. ุนِู†ุฏَ ุทُู„ُูˆุนِ ุงู„ุดَّู…ْุณِ ุญَุชَّู‰ ุชَุฑْุชَูِุนَ ู‚َุฏْุฑَ ุฑُู…ْุญٍ
ูข. ูˆَุนِู†ุฏَ ุงู„ِุงุณْุชِูˆَุงุกِ ูِูŠ ุบَูŠْุฑِ ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ْุฌُู…ُุนَุฉِ ุญَุชَّู‰ ุชَุฒُูˆู„َ
ูฃ. ูˆَุนِู†ุฏَ ุงู„ِุงุตْูِุฑَุงุฑِ ุญَุชَّู‰ ุชَุบْุฑُุจَ
ูค. ูˆَุจَุนْุฏَ ุตَู„َุงุฉِ ุงู„ุตُّุจْุญِ ุญَุชَّู‰ ุชَุทْู„ُุนَ ุงู„ุดَّู…ْุณُ
ูฅ. ูˆَุจَุนْุฏَ ุตَู„َุงุฉِ ุงู„ْุนَุตْุฑِ ุญَุชَّู‰ ุชَุบْุฑُุจَ
Shalat yang diharamkan jika tidak memiliki sebab yang mendahuluinya atau menyertainya ada lima waktu:
  1. Saat matahari terbit hingga meninggi sekitar setinggi tombak
  2. Saat waktu istiwa (matahari di tengah-tengah) selain hari Jumat hingga matahari condong ke barat
  3. Saat matahari menguning hingga matahari terbenam
  4. Setelah shalat Subuh hingga matahari terbit
  5. Setelah shalat Ashar hingga matahari terbenam

Pasal 38: Saktah Shalat

ุณَูƒْุชَุงุชُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุณِุชٌّ:
ูก. ุจَูŠْู†َ ุชَูƒْุจِูŠุฑَุฉِ ุงู„ْุฅِุญْุฑَุงู…ِ ูˆَุฏُุนَุงุกِ ุงู„ِุงูْุชِุชَุงุญِ
ูข. ูˆَุจَูŠْู†َ ุฏُุนَุงุกِ ุงู„ِุงูْุชِุชَุงุญِ ูˆَุงู„ุชَّุนَูˆُّุฐِ
ูฃ. ูˆَุจَูŠْู†َ ุงู„ْูَุงุชِุญَุฉِ ูˆَุงู„ุชَّุนَูˆُّุฐِ
ูค. ูˆَุจَูŠْู†َ ุขุฎِุฑِ ุงู„ْูَุงุชِุญَุฉِ ูˆَุขู…ِูŠู†َ
ูฅ. ูˆَุจَูŠْู†َ ุขู…ِูŠู†َ ูˆَุงู„ุณُّูˆุฑَุฉِ
ูฆ. ูˆَุจَูŠْู†َ ุงู„ุณُّูˆุฑَุฉِ ูˆَุงู„ุฑُّูƒُูˆุนِ

Saktah (berhenti sejenak) dalam shalat ada enam:

  1. Antara takbiratul ihram dan do'a iftitah
  2. Antara do'a iftitah dan ta’awwudz
  3. Antara Al-Fatihah dan ta’awwudz
  4. Antara akhir Al-Fatihah dan aamiin
  5. Antara aamiin dan surat
  6. Antara surat dan rukuk

Pasal 39: Rukun Thuma'ninah

ุงู„ْุฃَุฑْูƒَุงู†ُ ุงู„َّุชِูŠ ุชَู„ْุฒَู…ُ ูِูŠู‡َุง ุงู„ุทُّู…َุฃْู†ِูŠู†َุฉُ ุฃَุฑْุจَุนَุฉٌ:
ูก. ุงู„ุฑُّูƒُูˆุนُ
ูข. ูˆَุงู„ِุงุนْุชِุฏَุงู„ُ
ูฃ. ูˆَุงู„ุณُّุฌُูˆุฏُ
ูค. ูˆَุงู„ْุฌُู„ُูˆุณُ ุจَูŠْู†َ ุงู„ุณَّุฌْุฏَุชَูŠْู†ِ

Rukun yang melazimkan thuma’ninah (tenang sejenak) ada empat:

  1. Ruku’
  2. I’tidal
  3. Sujud
  4. Duduk di antara dua sujud

Pasal 40: Keterangan Thuma'ninah

ุงู„ุทُّู…َุฃْู†ِูŠู†َุฉُ ู‡ِูŠَ: ุณُูƒُูˆู†ٌ ุจَุนْุฏَ ุญَุฑَูƒَุฉٍ، ุจِุญَูŠْุซُ ูŠَุณْุชَู‚ِุฑُّ ูƒُู„ُّ ุนُุถْูˆٍ ู…َุญَู„َّู‡ُ ุจِู‚َุฏْุฑِ {ุณُุจْุญَุงู†َ ุงู„ู„ู‡ِ}
Thuma’ninah adalah berdiam setelah bergerak di mana setiap anggota badan tenang di tempatnya, lamanya dengan membaca ucapan {Subhanallah}.

Pasal 41: Sebab Sujud Sahwi

ุฃَุณْุจَุงุจُ ุณُุฌُูˆุฏِ ุงู„ุณَّู‡ْูˆِ ุฃَุฑْุจَุนَุฉٌ:
ุงู„ุฃَูˆَّู„ُ: ุชَุฑْูƒُ ุจَุนْุถٍ ู…ِู†ْ ุฃَุจْุนَุงุถِ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ، ุฃَูˆْ ุจَุนْุถِ ุงู„ْุจَุนْุถِ
ุงู„ุซَّุงู†ِูŠ: ูِุนْู„ُ ู…َุง ูŠُุจْุทِู„ُ ุนَู…ْุฏُู‡ُ ูˆَู„َุง ูŠُุจْุทِู„ُ ุณَู‡ْูˆُู‡ُ، ุฅِุฐَุง ูَุนَู„َู‡ُ ู†َุงุณِูŠًุง
ุงู„ุซَّุงู„ِุซُ: ู†َู‚ْู„ُ ุฑُูƒْู†ٍ ู‚َูˆْู„ِูŠٍّ ุงِู„َู‰ ุบَูŠْุฑِ ู…َุญَู„ِّู‡ِ
ุงู„ุฑَّุงุจِุนُ: ุฅِูŠู‚َุงุนُ ุฑُูƒْู†ٍ ูِุนْู„ِูŠٍّ ู…َุนَ ุงِุญْุชِู…َุงู„ِ ุงู„ุฒِّูŠَุงุฏَุฉِ
Sebab sujud sahwi ada empat:
  1. Meninggalkan sebagian sunnah ab’adh shalat atau sebagian darinya.
  2. Melakukan sesuatu yang jika dikerjakan dengan sengaja membatalkan shalat, dan tidak membatalkan jika dilakukan karena lupa.
  3. Memindah rukun ucapan ke tempat lain.
  4. Mengerjakan rukun fi’li dengan kemungkinan menambah (dari yang seharusnya).

Pasal 42: Ab’ad Shalat

ุฃَุจْุนَุงุถُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ ุณَุจْุนَุฉٌ:
ูก. ุงู„ุชَّุดَู‡ُّุฏُ ุงู„ْุฃَูˆَّู„ُ
ูข. ูˆَู‚ُุนُูˆุฏُู‡ُ
ูฃ. ูˆَุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูِูŠู‡ِ
ูค. ูˆَุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุนَู„َู‰ ุงู„ุขู„ِ ูِูŠ ุงู„ุชَّุดَู‡ُّุฏِ ุงู„ْุฃَุฎِูŠุฑِ
ูฅ. ูˆَุงู„ْู‚ُู†ُูˆุชُ
ูฆ. ูˆَู‚ِูŠَุงู…ُู‡ُ
ูง. ูˆَุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ูˆَุงู„ุณَّู„َุงู…ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูˆَุขู„ِู‡ِ ูˆَุตَุญْุจِู‡ِ ูِูŠู‡ِ
Sunnah Ab’ad (termasuk bagian) shalat ada tujuh:
  1. Tasyahhud.
  2. Duduk tasyahhud.
  3. Shalawat kepada Nabi saat tasyahhud.
  4. Shalawat kepada keluarga Nabi saat tasyahhud akhir.
  5. Qunut.
  6. Berdiri saat qunut.
  7. Shalawat dan salam kepada Nabi dan keluarganya dalam qunut.

Pasal 43: Pembatal Shalat

ุชَุจْุทُู„ُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉَ ุจِุฃَุฑْุจَุนَ ุนَุดَุฑَุฉَ ุฎَุตْู„َุฉً:
ูก. ุจِุงู„ْุญَุฏَุซِ
ูข. ูˆَุจِูˆُู‚ُูˆุนِ ุงู„ู†َّุฌَุงุณَุฉِ، ุฅِู†ْ ู„َู…ْ ุชُู„ْู‚َ ุญَุงู„ًุงู…ِู†ْ ุบَูŠْุฑِ ุญَู…ْู„ٍ
ูฃ. ูˆَุงู†ْูƒِุดَุงูِ ุงู„ْุนَูˆْุฑَุฉِ، ุฅِู†ْ ู„َู…ْ ุชَุณْุชُุฑْ ุญَุงู„ًุง
ูค. ูˆَุงู„ู†ُّุทْู‚ِ ุจِุญَุฑْูَูŠْู†ِ ุฃَูˆْ ุจِุญَุฑْูٍ ู…ُูْู‡ِู…ٍ ุนَู…ْุฏًุง
ูฅ. ูˆَุจِุงู„ْู…ُูْุทِุฑِ ุนَู…ْุฏًุง
ูฆ. ูˆَุงู„ْุฃَูƒْู„ِ ุงู„ْูƒَุซِูŠุฑِ ูˆَู„َูˆْ ู†َุณِูŠًุง
ูง. ูˆَุซَู„َุงุซِ ุญَุฑَูƒَุงุชٍ ู…ُุชَูˆَุงู„ِูŠَุงุชٍ، ูˆَู„َูˆْ ุณَู‡ْูˆًุง
ูจ. ูˆَุงู„ْูˆَุซْุจَุฉِ ุงู„ْูَุงุญِุดَุฉِ
ูฉ. ูˆَุงู„ุถَّุฑْุจَุฉِ ุงู„ْู…ُูْุฑِุทَุฉِ
ูกู . ูˆَุฒِูŠَุงุฏَุฉَ ุฑُูƒْู†ٍ ูِุนْู„ِูŠٍّ ุนَู…ْุฏًุง
ูกูก. ูˆَุงู„ุชَّู‚َุฏُّู…ِ ุนَู„َู‰ ุงِู…َุงู…ِู‡ِ ุจِุฑُูƒْู†َูŠْู†ِ ูِุนْู„ِูŠَูŠْู†ِ، ูˆَุงู„ุชَّุฎَู„ُّูِ ุจِู‡ِู…َุง ุจِุบَูŠْุฑِ ุนُุฐْุฑٍ
ูกูข. ูˆَู†ِูŠَّุฉَ ู‚َุทْุนِ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ
ูกูฃ. ูˆَุชَุนْู„ِูŠْู‚ِ ู‚َุทْุนِู‡َุง ุจِุดَูŠْุฆٍ
ูกูค. ูˆَุงู„ุชَّุฑَุฏُّุฏِ ูِูŠ ู‚َุทْุนِู‡َุง
Shalat batal karena 14 perkara:
  1. Berhadats.
  2. Kejatuhan najis bila tidak langsung dibuang seketika, dan najis itu tidak dibawa.
  3. Tersingkap aurat bila tidak langsung ditutup seketika.
  4. Berbicara dengan dua atau satu huruf yang bisa dipahami secara sengaja.
  5. Melakukan sesuatu yang membatalkan puasa secara sengaja.
  6. Makan banyak meski lupa.
  7. Bergerak tiga kali yang berturut-turut meskipun lupa.
  8. Melompat yang keras.
  9. Memukul yang keras.
  10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
  11. Mendahului imam dalam dua rukun fi'li dan tertinggal imam dua rukun fi'li dengan tanpa uzur.
  12. Niat memutus shalat.
  13. Niat menggantungkan putusnya shalat dengan sesuatu.
  14. Ragu-ragu dalam membatalkan shalat.

Pasal 44: Niat Imamah

ุงู„َّุฐِูŠ ูŠَู„ْุฒَู…ُ ูِูŠู‡ِ ู†ِูŠَّุฉُ ุงู„ْุฅِู…َุงู…َุฉِ ุฃَุฑْุจَุนٌ:
ูก. ุงู„ْุฌُู…ُุนَุฉُ
ูข. ูˆَุงู„ْู…ُุนَุงุฏَุฉُ
ูฃ. ูˆَุงู„ْู…َู†ْุฐُูˆุฑَุฉُ ุฌَู…َุงุนَุฉً
ูค. ูˆَุงู„ْู…ُู‚َุฏِّู…َุฉُ ูِูŠ ุงู„ْู…َุทَุฑِ
Shalat yang mengharuskan meniatkan jadi imam ada 4:
  1. Shalat Jumat
  2. Mu’adah (mengulang shalat berjamaah)
  3. Shalat yang dinadzari dengan berjamaah
  4. Jamak takdim saat hujan

Pasal 45: Syarat Menjadi Makmum

ุดُุฑُูˆุทُ ุงู„ْู‚ُุฏْูˆَุฉِ ุฃَุญَุฏَ ุนَุดَุฑَ:
ูก. ุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุนْู„َู…َ ุจُุทْู„َุงู†َ ุตَู„َุงุฉِ ุฅِู…َุงู…ِู‡ِ ุจِุญَุฏَุซٍ ุงَูˆْ ุบَูŠْุฑِู‡ِ
ูข. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุนْุชَู‚ِุฏَ ูˆُุฌُูˆْุจَ ู‚َุถَุงุฆِู‡َุง ุนَู„َูŠْู‡ِ
ูฃ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَูƒُูˆู†َ ู…َุฃْู…ُูˆู…ًุง
ูค. ูˆَู„َุง ุงُู…ِّูŠًّุง
ูฅ. ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠَุชَู‚َุฏَّู…َ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูِูŠ ุงู„ْู…َูˆْู‚ِูِ
ูฆ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَุนْู„َู…َ ุงู†ْุชِู‚َุงู„َุงุชِ ุฅِู…َุงู…ِู‡ِ
ูง. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَุฌْุชَู…ِุนَุง ูِูŠْ ู…َุณْุฌِุฏِ ุงَูˆْ ูِูŠْ ุซَู„َุงุซِ ู…ِุฆَุฉِ ุฐِุฑَุงุนٍ ุชَู‚ْุฑِูŠْุจًุง
ูจ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَู†ْูˆِูŠَ ุงู„ِู‚ُุฏْูˆَุฉَ ุงَูˆِ ุงู„ْุฌَู…َุงุนَุฉَ
ูฉ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَุชَูˆَุงูَู‚َ ู†َุธْู…ُ ุตَู„َุงุชِู‡ِู…َุง
ูกู . ูˆَุฃَู†ْ ู„َุง ูŠُُุฎَุงู„ِูَู‡ُ ูِูŠْ ุณُู†َّุฉٍ ูَุงุญِุดَุฉِ ุงู„ْู…ُุฎَุงู„َูَุฉِ
ูกูก. ูˆَุฃَู†ْ ูŠُุชَุงุจِุนَู‡ُ
Syarat mengikuti imam (menjadi makmum) ada 11:
  1. Makmum tidak mengetahui batalnya shalatnya imam, baik karena hadats atau lainnya
  2. Makmum tidak boleh mengi'tikadkan wajib qadhanya shalat imam
  3. Imamnya tidak menjadi makmum
  4. Imam tidak ummi (tidak bisa baca tulis)
  5. Makmum tidak berada di muka imam
  6. Makmum mengetahui perpindahan gerakan imam
  7. Imam dan makmum berkumpul dalam satu masjid atau kira-kira 300 hasta
  8. Meniatkan menjadi makmum atau berjamaah
  9. Shalat keduanya harus cocok dalam persamaan shalatnya
  10. Makmum tidak boleh berbeda dengan imam dengan perbedaan yang menyolok di dalam sunnat
  11. Makmum harus mengikuti imam

Pasal 46: Pembagian Makmum

ุตُูˆَุฑُ ุงู„ْู‚ُุฏْูˆَุฉِ ุชِุณْุนٌ:
ุชَุตِุญُّ ูِูŠ ุฎَู…ْุณٍ:
ูก. ู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุฑَุฌُู„ٍ ุจِุฑَุฌُู„ٍ
ูข. ูˆَู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ ุจِุฑَุฌُู„ٍ
ูฃ. ูˆَู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุฎُู†ْุซَู‰ ุจِุฑَุฌُู„ٍ
ูค. ูˆَู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ ุจِุฎُู†ْุซَู‰
ูฅ. ูˆَู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ ุจِุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ
ูˆَุชَุจْุทُู„ُ ูِูŠ ุฃَุฑْุจَุนٍ:
ูฆ. ู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุฑَุฌُู„ٍ ุจِุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ
ูง. ูˆَู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุฑَุฌُู„ٍ ุจِุฎُู†ْุซَู‰
ูจ. ูˆَู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุฎُู†ْุซَู‰ ุจِุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ
ูฉ. ูˆَู‚ُุฏْูˆَุฉُ ุฎُู†ْุซَู‰ ุจِุฎُู†ْุซَู‰
Gambaran makmum ada 9 kasus.
Ada lima kasus yang sah:
  1. Lelaki bermakmum kepada lelaki
  2. Perempuan bermakmum kepada lelaki
  3. Waria bermakmum kepada lelaki
  4. Perempuan bermakmum kepada waria
  5. Perempuan bermakmum kepada perempuan
Empat kasus lainnya batal shalat, yaitu:
  1. Lelaki bermakmum kepada perempuan
  2. Lelaki bermakmum kepada waria
  3. Waria bermakmum kepada wanita
  4. Waria bermakmum kepada waria

Pasal 47: Syarat Jama' Takdim

ุดُุฑُูˆุทُ ุฌَู…ْุนِ ุงู„ุชَّู‚ْุฏِูŠู…ِ ุฃَุฑْุจَุนَุฉٌ:
ูก. ุงู„ْุจِุฏَุงูŠَุฉُ ุจِุงู„ْุฃُูˆู„َู‰
ูข. ูˆَู†ِูŠَّุฉُ ุงู„ْุฌَู…ْุนِ ูِูŠู‡َุง
ูฃ. ูˆَุงู„ْู…ُูˆَุงู„َุงุฉُ ุจَูŠْู†َู‡ُู…َุง
ูค. ูˆَุฏَูˆَุงู…ُ ุงู„ْุนُุฐْุฑِ
Syarat jama’ takdim ada 4:
  1. Memulai dari shalat yang pertama
  2. Niat jama’ di dalam shalat yang pertama
  3. Muwalah (berturut-turut) di antara keduanya (shalat pertama dan shalat kedua)
  4. Kekalnya udzur (halangan)

Pasal 48: Syarat Jama’ Takhir

ุดُุฑُูˆุทُ ุฌَู…ْุนِ ุงู„ุชَّุฃْุฎِูŠุฑِ ุงุซْู†َุงู†ِ:
ูก. ู†ِูŠَّุฉُ ุงู„ุชَّุฃْุฎِูŠุฑِ ูˆَู‚َุฏْ ุจَู‚ِูŠَ ู…ِู†ْ ูˆَู‚ْุชِ ุงู„ْุฃُูˆู„َู‰ ู…َุง ูŠَุณَุนُู‡َุง
ูข. ูˆَุฏَูˆَุงู…ُ ุงู„ْุนُุฐْุฑِ ุฅِู„َู‰ ุชَู…َุงู…ِ ุงู„ุซَّุงู†ِูŠَุฉِ
Syarat jama’ takhir ada 2:
  1. Niat jama’ takhir di waktu shalat pertama yang kira-kira cukup mengerjakannya
  2. Berlangsungnya udzur hingga akhir waktu shalat kedua

Pasal 49: Syarat Qashar

ุดُุฑُูˆุทُ ุงู„ْู‚َุตْุฑِ ุณَุจْุนَุฉٌ:
ูก. ุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆู†َ ุณَูَุฑُู‡ُ ู…َุฑْุญَู„َุชَูŠْู†ِ
ูข. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆู†َ ู…ُุจَุงุญًุง
ูฃ. ูˆَุงู„ْุนِู„ْู…ُ ุจِุฌَูˆَุงุฒِ ุงู„ْู‚َุตْุฑِ
ูค. ูˆَู†ِูŠَّุฉُ ุงู„ْู‚َุตْุฑِ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ุฅِุญْุฑَุงู…ِ
ูฅ. ูˆَุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆู†َ ุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุฑُุจَุงุนِูŠَّุฉً
ูฆ. ูˆَุฏَูˆَุงู…ُ ุงู„ุณَّูَุฑِ ุฅِู„َู‰ ุชَู…َุงู…ِู‡َุง
ูง. ูˆَุฃَู†ْ ู„ุงَ ูŠَู‚ْุชَุฏِูŠَ ุจِู…ُุชِู…ٍّ ูِูŠ ุฌُุฒْุกٍ ู…ِู†ْ ุตَู„ุงَุชِู‡ِ
Syarat qashar (meringkas shalat) ada 7:
  1. Jarak safar (minimal) 2 marhalah (sekitar 89 km)
  2. Safarnya mubah (tidak maksiat)
  3. Mengetahui kebolehan qashar
  4. Niat qashar saat takbiratul ihram
  5. Shalatnya jenis shalat 4 rakaat
  6. Dalam keadaan safar sampai pada selesainya shalat
  7. Tidak menjadi makmum kepada imam sempurna meski sebagian rakaat saja

Pasal 50: Syarat Shalat Jumat

ุดُุฑُูˆุทُ ุงู„ْุฌُู…ُุนَุฉِ ุณِุชَّุฉٌ:
ูก. ุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆู†َ ูƒُู„ُّู‡َุง ูِูŠ ูˆَู‚ْุชِ ุงู„ุธُّู‡ْุฑِ
ูข. ูˆَุฃَู†ْ ุชُู‚َุงู…َ ูِูŠ ุฎِุทَّุฉِ ุงู„ْุจَู„َุฏِ
ูฃ. ูˆَุฃَู†ْ ุชُุตَู„َّู‰ ุฌَู…َุงุนَุฉً
ูค. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆู†ُูˆุง ุฃَุฑْุจَุนِูŠู†َ ุฃَุญْุฑَุงุฑًุง ุฐُูƒُูˆุฑًุง ุจَุงู„ِุบِูŠู†َ ู…ُุณْุชَูˆْุทِู†ِูŠู†َ
ูฅ. ูˆَุฃَู†ْ ู„ุงَ ูŠَุณْุจِู‚َู‡َุง ูˆَู„ุงَ ุชُู‚ุงุฑِู†ُู‡َุง ุฌُู…ُุนَุฉٌ ูِูŠ ุชِู„ْูƒَ ุงู„ْุจَู„َุฏِ
ูฆ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَุชَู‚َุฏَّู…َู‡َุง ุฎُุทْุจَุชَุงู†ِ
Syarat shalat Jumat ada 6:
  1. Dikerjakan di waktu zuhur
  2. Didirikan di ibu kota
  3. Dikerjakan dengan berjamaah
  4. Berjumlah (minimal) 40 orang merdeka laki-laki baligh yang bermukim
  5. Tidak didahului atau berbarengan jumatan lainnya di daerah tersebut
  6. Didahului dua khutbah

Pasal 51: Rukun Khutbatain

ุฃَุฑْูƒَุงู†ُ ุงู„ْุฎُุทْุจَุชَูŠْู†ِ ุฎَู…ْุณَุฉٌ:
ูก. ุญَู…ْุฏُ ุงู„ู„َّู‡ِ ูِูŠู‡ِู…َุง
ูข. ูˆَุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ูِูŠู‡ِู…َุง
ูฃ. ูˆَุงู„ْูˆَุตِูŠَّุฉُ ุจِุงู„ุชَّู‚ْูˆَู‰ ูِูŠู‡ِู…َุง
ูค. ูˆَู‚ِุฑَุงุกَุฉُ ุขูŠَุฉٍ ู…ِู†َ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ูِูŠ ุฅِุญْุฏَุงู‡ُู…َุง
ูฅ. ูˆَุงู„ุฏُّุนَุงุกُ ู„ِู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠู†َ ูˆَุงู„ْู…ُุคْู…ِู†َุงุชِ ูِูŠ ุงู„ْุฃَุฎِูŠْุฑَุฉِ
Rukun khutbatain (dua khutbah) ada 5:
  1. Memuji Allah di keduanya
  2. Bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di keduanya
  3. Berwasiat taqwa di keduanya
  4. Membaca ayat Al-Qur’an di salah satu keduanya
  5. Mendoakan orang-orang beriman lelaki dan perempuan di khutbah terakhir

Pasal 52: Syarat Khutbatain

ุดُุฑُูˆุทُ ุงู„ْุฎُุทْุจَุชَูŠْู†ِ ุนَุดَุฑَุฉٌ:
ูก. ุงู„ุทَّู‡َุงุฑَุฉُ ุนَู†ِ ุงู„ْุญَุฏَุซَูŠْู†ِ ุงู„ْุฃَุตْุบَุฑِ ูˆَุงู„ْุฃَูƒْุจَุฑِ
ูข. ูˆَุงู„ุทَّู‡َุงุฑَุฉُ ุนَู†ِ ุงู„ู†َّุฌَุงุณَุฉِ ูِูŠ ุงู„ุซَّูˆْุจِ ูˆَุงู„ْุจَุฏَู†ِ ูˆَุงู„ْู…َูƒَุงู†ِ
ูฃ. ูˆَุณَุชْุฑُ ุงู„ْุนَูˆْุฑَุฉِ
ูค. ูˆَุงู„ْู‚ِูŠَุงู…ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู‚َุงุฏِุฑِ
ูฅ. ูˆَุงู„ْุฌُู„ُูˆุณُ ุจَูŠْู†َู‡ُู…َุง ูَูˆْู‚َ ุทُู…َุฃْู†ِูŠู†َุฉِ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ
ูฆ. ูˆَุงู„ْู…ُูˆَุงู„َุงุฉُ ุจَูŠْู†َู‡ُู…َุง
ูง. ูˆَุงู„ْู…ُูˆَุงู„َุงุฉُ ุจَูŠْู†َู‡ُู…َุง ูˆَุจَูŠْู†َ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ
ูจ. ูˆَุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆู†َุง ุจِุงู„ู„ُّุบَุฉِ ุงู„ْุนَุฑَุจِูŠَّุฉِ
ูฉ. ูˆَุฃَู†ْ ูŠُุณْู…ِุนَู‡ُู…َุง ุฃَุฑْุจَุนُูˆู†َ
ูกู . ูˆَุฃَู†ْ ุชَูƒُูˆู†َ ูƒُู„ُّู‡َุง ูِูŠ ูˆَู‚ْุชِ ุงู„ุธُّู‡ْุฑِ
Syarat khutbatain ada 10:
  1. Suci dari dua hadats: kecil dan besar
  2. Suci dari najis pada baju, badan, dan tempat
  3. Menutup aurat
  4. Berdiri bagi yang mampu
  5. Duduk di antara dua khutbah seperti thuma’ninah shalat
  6. Muwalah (tanpa diselingi apapun) keduanya
  7. Dilanjut keduanya dengan shalat
  8. Khutbah berbahasa Arab
  9. Didengarkan oleh 40 orang laki-laki (yang merdeka, baligh serta penduduk asli daerah tersebut)
  10. Semua itu dilaksanakan di waktu Zhuhur

Pasal 53: Mengurus Jenazah

ุงู„َّุฐِูŠ ูŠَู„ْุฒَู…ُ ู„ِู„ْู…َูŠِّุชِ ุฃَุฑْุจَุนُ ุฎِุตَุงู„ٍ:
ูก. ุบُุณْู„ُู‡ُ
ูข. ูˆَุชَูƒْูِูŠู†ُู‡ُ
ูฃ. ูˆَุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุนَู„َูŠْู‡ِ
ูค. ูˆَุฏَูْู†ُู‡ُ
Empat hal yang harus dilakukan kepada jenazah (orang meninggal):
  1. Memandikannya
  2. Mengafaninya
  3. Menyolatinya
  4. Menguburnya

Pasal 54: Cara Memandikan Jenazah

ุฃَู‚َู„ُّ ุงู„ْุบُุณْู„ِ: ุชَุนْู…ِูŠู…ُ ุจَุฏَู†ِู‡ِ ุจِุงู„ْู…َุงุกِ
ูˆَุฃَูƒْู…َู„ُู‡ُ: ุฃَู†ْ ูŠَุบْุณِู„َ ุณَูˆْุฃَุชَูŠْู‡ِ،
ูˆَุฃَู†ْ ูŠُุฒِูŠู„َ ุงู„ْู‚َุฐَุฑَ ู…ِู†ْ ุฃَู†ْูِู‡ِ،
ูˆَุฃَู†ْ ูŠُูˆَุถِّุฆَู‡ُ،
ูˆَุฃَู†ْ ูŠَุฏْู„ُูƒَ ุจَุฏَู†َู‡ُ ุจِุงู„ุณِّุฏْุฑِ،
ูˆَุฃَู†ْ ูŠُุตَุจَّ ุงู„ْู…َุงุกَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุซَู„َุงุซًุง
Cara memandikan minimal adalah meratakan air ke seluruh tubuhnya.
Yang sempurna adalah:
  • Mencuci dua auratnya,
  • Menghilangkan kotoran dari hidungnya,
  • Mewudhukannya,
  • Dimandikan dengan daun bidara,
  • Dan disiram 3 kali dengan air.

Pasal 55: Cara Mengkafani Jenazah

ุฃَู‚َู„ُّ ุงู„ْูƒَูَู†ِ: ุซَูˆْุจٌ ูŠَุนُู…ُّู‡ُ
ูˆَุฃَูƒْู…َู„ُู‡ُ ู„ِู„ุฑَّุฌُู„ِ: ุซَู„َุงุซُ ู„َูَุงุฆِูَ
ูˆَู„ِู„ْู…َุฑْุฃَุฉِ: ู‚َู…ِูŠุตٌ، ูˆَุฎِู…َุงุฑٌ، ูˆَุฅِุฒَุงุฑٌ، ูˆَู„َูَุงูَุชَุงู†ِ
Kafan minimalis adalah pakaian yang menutupi semua badannya.
Yang sempurna bagi jenazah lelaki adalah 3 lapis kain.
Sedangkan untuk wanita adalah:
  • Gamis
  • Khimar (penutup kepala)
  • Izar (sarung)
  • Dan dua lapis kain

Pasal 56: Rukun Shalat Jenazah

ุฃَุฑْูƒَุงู†ُ ุตَู„َุงุฉِ ุงู„ْุฌَู†َุงุฒَุฉِ ุณَุจْุนَุฉٌ:
ุงู„ุฃَูˆَّู„ُ: ุงู„ู†ِّูŠَّุฉُ
ุงู„ุซَّุงู†ِูŠ: ุฃَุฑْุจَุนُ ุชَูƒْุจِูŠุฑَุงุชٍ
ุงู„ุซَّุงู„ِุซُ: ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู‚َุงุฏِุฑِ
ุงู„ุฑَّุงุจِุนُ: ู‚ِุฑَุงุกَุฉُ ุงู„ْูَุงุชِุญَุฉِ
ุงู„ْุฎَุงู…ِุณُ: ุงู„ุตَّู„َุงุฉُ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุจَุนْุฏَ ุงู„ุซَّุงู†ِูŠَุฉِ
ุงู„ุณَّุงุฏِุณُ: ุงู„ุฏُّุนَุงุกُ ู„ِู„ْู…َูŠِّุชِ ุจَุนْุฏَ ุงู„ุซَّุงู„ِุซَุฉِ
ุงู„ุณَّุงุจِุนُ: ุงู„ุณَّู„َุงู…ُ
Rukun shalat jenazah ada 7:
  1. Niat
  2. Empat takbir
  3. Berdiri bagi yang mampu
  4. Membaca Al-Fatihah
  5. Membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah takbir kedua
  6. Mendoakan mayat setelah takbir ketiga
  7. Salam

Pasal 57: Cara Menguburkan Jenazah

ุฃَู‚َู„ُّ ุงู„ุฏَّูْู†ِ: ุญُูْุฑَุฉٌ ุชَูƒْุชُู…ُ ุฑَุงุฆِุญَุชَู‡ُ ูˆَุชَุญْุฑُุณُู‡ُ ู…ِู†َ ุงู„ุณِّุจَุงุนِ
ูˆَุฃَูƒْู…َู„ُู‡ُ: ู‚َุงู…َุฉٌ ูˆَุจَุณْุทَุฉٌ، ูˆَูŠُูˆุถَุนُ ุฎَุฏُّู‡ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ุชُّุฑَุงุจِ، ูˆَูŠَุฌِุจُ ุชَูˆْุฌِูŠู‡ُู‡ُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْู‚ِุจْู„َุฉِ
Cara menguburkan jenazah:
  • Minimal adalah lubang yang menutup aromanya dan melindunginya dari binatang buas.
  • Yang paling sempurna adalah qomah (lubang setinggi manusia) dan basthoh (sepanjang tubuh), pipinya diletakkan di atas debu/tanah, dan wajib dihadapkan ke arah kiblat.

Pasal 58: Sebab Jenazah Dibongkar

ูŠُู†ْุจَุดُ ุงู„ْู…َูŠِّุชُ ู„ِุฃَุฑْุจَุนِ ุฎِุตَุงู„ٍ:
ูก. ู„ِู„ْุบُุณْู„ِ ุฅِุฐَุง ู„َู…ْ ูŠَุชَุบَูŠَّุฑْ
ูข. ูˆَู„ِุชَูˆْุฌِูŠู‡ِู‡ِ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْู‚ِุจْู„َุฉِ
ูฃ. ูˆَู„ِู„ْู…َุงู„ِ ุฅِุฐَุง ุฏُูِู†َ ู…َุนَู‡ُ
ูค. ูˆَู„ِู„ْู…َุฑْุฃَุฉِ ุฅِุฐَุง ุฏُูِู†َ ุฌَู†ِูŠู†ُู‡َุง ู…َุนَู‡َุง، ูˆَุฃُู…ْูƒِู†َุชْ ุญَูŠَุงุชُู‡ُ
Mayat dibongkar jika memiliki 4 sebab:
  1. Untuk dimandikan apabila mayat belum berubah.
  2. Untuk dihadapkan ke arah kiblat.
  3. Untuk mengambil harta jika terkubur bersamanya.
  4. Untuk wanita jika janinnya terkubur bersamanya, selagi ada kemungkinan janin masih hidup.

Pasal 59: Isti'anah dalam Bersuci

ุงู„ุงِุณْุชِุนَุงู†َุฉُ ุฃَุฑْุจَุนُ ุฎِุตَุงู„ٍ:
ูก. ู…ُุจَุงุญَุฉٌ،
ูข. ูˆَุฎِู„َุงูُ ุงู„ุฃَูˆْู„َู‰
ูฃ. ูˆَู…َูƒْุฑُูˆْู‡َุฉٌ
ูค. ูˆَูˆَุงุฌِุจَุฉٌ
ูَุงู„ْู…ُุจَุงุญَุฉُ: ู‡ِูŠَ ุชَู‚ْุฑِูŠْุจُ ุงู„ْู…َุงุกِ
ูˆَุฎِู„َุงูُ ุงู„ุฃُูˆْู„َู‰: ู‡ِูŠَ ุตَุจُّ ุงู„ْู…َุงุกِ ุนَู„َู‰ ู†َุญْูˆِ ุงู„ْู…ُุชَูˆَุถِّุฆِ
ูˆَุงู„ْู…َูƒْุฑُูˆْู‡َุฉُ: ู‡ِูŠَ ู„ِู…َู†ْ ูŠَุบْุณِู„ُ ุฃَุนْุถَุงุกَู‡ُ
ูˆَุงู„ْูˆَุงุฌِุจَุฉُ: ู‡ِูŠَ ู„ِู„ْู…َุฑِูŠْุถِ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ْุนَุฌْุฒِ
Meminta tolong (dalam bersuci) ada 4 keadaan:
  1. Mubah.
  2. Khilaf al-aula (menyalahi keutamaan).
  3. Makruh.
  4. Wajib.
Mubah jika hanya meminta untuk diambilkan air. Khilaf aula jika meminta dituangkan air atas orang yang berwudlu. Makruh jika meminta dituangkan air bagi orang yang membasuh anggota-anggota wudhu nya. Wajib meminta dituangkan air bagi orang yang sakit ketika ia lemah.

Pasal 60: Harta yang Dizakati

ุงู„ุฃَู…ْูˆَุงู„ُ ุงู„َّุชِูŠ ุชَู„ْุฒَู…ُ ูِูŠู‡َุง ุงู„ุฒَّูƒَุงุฉُ ุณِุชَّุฉُ ุฃَู†ْูˆَุงุนٍٍ:
ูก. ุงู„ู†َّุนَู…ُ
ูข. ูˆَุงู„ู†َّู‚ْุฏَุงู†ِ
ูฃ. ูˆَุงู„ْู…ُุนَุดَّุฑَุงุชُ
ูค. ูˆَุฃَู…ْูˆَุงู„ُ ุงู„ุชِّุฌَุงุฑَุฉِ ูˆَูˆَุงุฌِุจُู‡َุง: ุฑُุจُุนُ ุนُุดْุฑِ ู‚ِูŠู…َุฉِ ุนُุฑُูˆุถِ ุงู„ุชِّุฌَุงุฑَุฉِ
ูฅ. ูˆَุงู„ุฑِّูƒَุงุฒُ
ูฆ. ูˆَุงู„ْู…َุนْุฏِู†ُ
Harta yang wajib dizakati ada 6 jenis:
  1. Binatang ternak
  2. Naqdain (emas dan perak)
  3. Mu’asyarat (buah-buahan dan makanan pokok)
  4. Harta perniagaan yang kadar wajibnya (zakat perniagaan) adalah empat per sepuluh (4/10) dari jumlah harta perniagaan
  5. Barang simpanan
  6. Barang logam

Pasal 61: Sebab Wajib Puasa

ูŠَุฌِุจُ ุตَูˆْู…ُ ุฑَู…َุถَุงู†َ ุจِุฃَุญَุฏِ ุฃُู…ُูˆْุฑٍ ุฎَู…ْุณَุฉٍ :
ุฃَุญَุฏُู‡َุง : ุจِูƒَู…َุงู„ِ ุดَุนْุจَุงู†َ ุซَู„َุงุซِูŠْู†َ ูŠَูˆْู…ุงً .
ูˆَุจِุซَุงู†ِูŠْู‡َุง : ุจِุฑُุคْูŠَุฉِ ุงู„ْู‡ِู„َุงู„ِ ูِูŠْ ุญَู‚ِّ ู…َู†ْ ุฑَุขู‡ُ ูˆَุฅِู†ْ ูƒَุงู†َ ูَุงุณِู‚ุงً .
ูˆَุซَุงู„ِุซُู‡َุง : ุจِุซُุจُูˆْุชِู‡ِ ูِูŠْ ุญَู‚ِّ ู…َู†ْ ู„َู…ْ ูŠَุฑَู‡ُ ุจِุนَุฏْู„ِ ุดَู‡َุงุฏَุฉٍ .
ูˆَุฑَุงุจِุนُู‡َุง : ุจِุฅِุฎْุจَุงุฑِ ุนَุฏْู„ٍ ุฑِูˆَุงูŠَุฉٍ ู…َูˆْุซُูˆْู‚ٍ ุจِู‡ِ ، ุณَูˆَุงุกٌ ูˆَู‚َุนَ ูِูŠ ุงู„ْู‚َู„ْุจِ ุตِุฏْู‚ُู‡ُ ุฃَู…ْ ู„َุง ، ุฃَูˆْ ุบَูŠْุฑِ ู…َูˆْุซُูˆْู‚ٍ ุจِู‡ِ ุฅِู†ْ ูˆَู‚َุนَ ูِูŠ ุงู„ْู‚َู„ْุจِ ุตِุฏْู‚ُู‡ُ .
ูˆَุฎَุงู…ِุณُู‡َุง : ุจِุธَู†ِّ ุฏُุฎُูˆْู„ِ ุฑَู…َุถَุงู†َ ุจِุงู„ْุงِุฌْุชِู‡َุงุฏِ ูِูŠْู…َู†ِ ุงุดْุชَุจَู‡َ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุฐَู„ِูƒَ .
Puasa Ramadhan wajib dengan sebab salah satu dari 5 hal:
  1. Sempurnanya bilangan bulan Sya’ban 30 hari
  2. Rukyatul hilal (melihat hilal) benar-benar melihatnya
  3. Menetapkannya dengan kejujuran orang yang tidak melihatnya tetapi persaksiannya adil (jujur)
  4. Khabar dari riwayat orang adil yang terpercaya baik hatinya membenarkan atau tidak, atau tidak terpercaya tetapi hatinya membenarkannya
  5. Dugaan masuknya Ramadhan dengan ijtihad bagi yang tersisa dari hal tersebut (di atas)

Pasal 62: Syarat Sah Puasa

ุดُุฑُูˆุทُ ุตِุญَّุชِู‡ِ ุฃَุฑْุจَุนَุฉُ ุฃَุดْูŠَุงุกَ:
ูก. ุฅِุณْู„َุงู…ٌ،
ูข. ูˆَุนَู‚ْู„ٌ،
ูฃ. ูˆَู†َู‚َุงุกٌ ุนَู†ْ ู†َุญْูˆِ ุญَูŠْุถٍ،
ูค. ูˆَุนِู„ْู…ٌ ุจِูƒَูˆْู†ِ ุงู„ْูˆَู‚ْุชِ ู‚َุงุจِู„ًุง ู„ِู„ุตَّูˆْู…ِ
Syarat sah puasa ada 4:
  1. Islam
  2. Berakal
  3. Suci dari semisal darah haidh
  4. Mengerti waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa

Pasal 63: Syarat Wajib Puasa

ุดُุฑُูˆุทُ ูˆُุฌُูˆุจِู‡ِ ุฎَู…ْุณَุฉُ ุงَุดْูŠَุงุกَ:
ูก. ุฅِุณْู„َุงู…ٌ،
ูข. ูˆَุชَูƒْู„ِูŠูٌ،
ูฃ. ูˆَุฅِุทَุงู‚َุฉٌ،
ูค. ูˆَุตِุญَّุฉٌ،
ูฅ. ูˆَุฅِู‚َุงู…َุฉٌ
Syarat wajib puasa ada 5:
  1. Islam
  2. Taklif/dibebankan untuk berpuasa (baligh dan berakal)
  3. Mampu berpuasa
  4. Sehat
  5. Muqim (tidak sedang bepergian)

Pasal 64: Rukun Puasa

ุฃَุฑْูƒَุงู†ُู‡ُ ุซَู„ุงَุซَุฉُ ุงَุดْูŠَุงุกَ:
ูก. ู†ِูŠَّุฉٌ ู„َูŠْู„ุงً ู„ِูƒُู„ِّ ูŠَูˆْู…ٍ ูِูŠ ุงู„ْูَุฑْุถِ
ูข. ูˆَุชَุฑْูƒُ ู…ُูْุทِุฑٍ ุฐَุงูƒِุฑًุง ู…ُุฎْุชَุงุฑًุง ุบَูŠْุฑَ ุฌَุงู‡ِู„ٍ ู…َุนْุฐُูˆุฑٍ
ูฃ. ูˆَุตَุงุฆِู…ٌ
Rukun puasa ada 3:
  1. Niat di malam hari setiap hari untuk puasa Ramadhan
  2. Meninggalkan pembatal-pembatal saat ingat dan keinginan sendiri (tanpa paksaan), tidak dalam ketidaktahuan yang dimaafkan
  3. Berpuasa

Pasal 65: Qadha dan Kifarat dan Imsak

ูˆَูŠَุฌِุจُ ู…َุนَ ุงู„ْู‚َุถَุงุกِ ู„ِู„ุตَّูˆْู…ِ ุงู„ْูƒَูَّุงุฑَุฉُ ุงู„ْุนُุธْู…َู‰ ูˆَุงู„ุชَّุนْุฒِูŠْุฑُ ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ุฃَูْุณَุฏَ ุตَูˆْู…َู‡ُ ูِูŠْ ุฑَู…َุถَุงู†َ ูŠَูˆْู…ุงً ูƒَุงู…ِู„ًุง ุจِุฌِู…َุงุนٍ ุชَุงู…ٍّ ุขุซِู…ٍ ุจِู‡ِ ู„ِู„ุตَّูˆْู…ِ .

ูˆَูŠَุฌِุจُ ู…َุนَ ุงู„ْู‚َุถَุงุกِ ุงู„ْุฅِู…ْุณَุงูƒُ ู„ِู„ุตَّูˆْู…ِ ูِูŠْ ุณِุชَّุฉِ ู…َูˆَุงุถِุนَ :
ุงู„ْุฃَูˆَّู„ُ : ูِูŠْ ุฑَู…َุถَุงู†َ ู„َุง ูِูŠْ ุบَูŠْุฑِู‡ِ ุนَู„َู‰ ู…ُุชَุนَุฏٍّ ุจِูِุทْุฑِู‡ِ .
ูˆَุงู„ุซَّุงู†ِูŠْ : ุนَู„َู‰ ุชَุงุฑِูƒِ ุงู„ู†ِّูŠَّุฉِ ู„َูŠْู„ًุง ูِูŠ ุงู„ْูَุฑْุถِ .
ูˆَุงู„ุซَّุงู„ِุซُ : ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ุชَุณَุญَّุฑَ ุธَุงู†ًّุง ุจَู‚َุงุกَ ุงู„ู„َّูŠْู„ِ ูَุจَุงู†َ ุฎِู„َุงูُู‡ُ .
ูˆَุงู„ุฑَّุงุจِุนُ : ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ุฃَูْุทَุฑَ ุธَุงู†ًّุง ุงู„ْุบُุฑُูˆْุจَ ูَุจَุงู†َ ุฎِู„َุงูُู‡ُ ุฃَูŠْุถุงً .
ูˆَุงู„ْุฎَุงู…ِุณُ : ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ุจَุงู†َ ู„َู‡ُ ูŠَูˆْู…ُ ุซَู„َุงุซِูŠْู†َ ู…ِู†ْ ุดَุนْุจَุงู†َ ุฃَู†َّู‡ُ ู…ِู†ْ ุฑَู…َุถَุงู†َ .
ูˆَุงู„ุณَّุงุฏِุณُ : ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ุณَุจَู‚َู‡ُ ู…َุงุกُ ุงู„ْู…ُุจَุงู„َุบَุฉِ ู…ِู†ْ ู…َุถْู…َุถَุฉٍ ูˆَุงุณْุชِู†ْุดَุงู‚ٍ .
Hukuman bagi orang yang membatalkan puasanya satu hari di bulan Ramadhan dengan sebab bersetubuh adalah diwajibkan baginya untuk meng-qadha puasanya dan wajib membayar kafarat udzhma serta teguran keras karena telah merusak puasanya.

Diwajibkan meng-qadha puasa disertai harus menahan diri (dari makan dan minum sampai Waktu berbuka) pada enam kondisi:
  1. Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja. Ini hanya berlaku di bulan Ramadhan saja.
  2. Orang yang meninggalkan niat pada malam hari untuk puasa yang wajib.
  3. Orang yang bersahur karena menyangka masih malam, padahal fajar telah terbit.
  4. Orang yang berbuka puasa karena menduga matahari sudah terbenam, padahal matahari belum terbenam.
  5. Orang yang meyakini bahwa hari tersebut akhir bulan Sya’ban tanggal tigapuluh, padahal sudah tanggal satu ramadhan.
  6. Orang yang terlanjur meminum air dari kumur-kumur atau dari air yang dimasukkan ke hidung.

Pasal 66: Pembatal Puasa

ูŠَุจْุทُู„ُ ุงู„ุตَّูˆْู…ُ :
ูก. ุจِุฑِุฏَّุฉٍ
ูข. ูˆَุญَูŠْุถٍ
ูฃ. ูˆَู†ِูَุงุณٍٍ
ูค. ุฃَูˆْ ูˆِู„َุงุฏَุฉٍ
ูฅ. ูˆَุฌُู†ُูˆْู†ٍ ูˆَู„َูˆْ ู„َุญْุธَุฉً
ูง،ูฆ. ูˆَุจِุฅِุบْู…َุงุกٍ ، ูˆَุณُูƒْุฑٍ ุชَุนَุฏَّู‰ ุจِู‡ِ ุฅِู†ْ ุนَู…َّุง ุฌَู…ِูŠْุนَ ุงู„ู†َّู‡َุงุฑِ .
Puasa batal, dikarenakan:
  1. Murtad
  2. Haidh
  3. Nifas
  4. Melahirkan
  5. Gila meski sebentar
  6. & 7. Pingsan dan Mabuk jika terjadi sehari penuh

Pasal 67: Hukum Ifthor

ุงู„ْุฅِูْุทَุงุฑُ ูِูŠْ ุฑَู…َุถَุงู†َ ุฃَุฑْุจَุนَุฉُ ุฃَู†ْูˆَุงุนٍ:
ูก. ูˆَุงุฌِุจٌ ูƒَู…َุง ูِูŠ ุงู„ْุญَุงุฆِุถِ ูˆَุงู„ู†ُّูَุณَุงุกِ
ูข. ูˆَุฌَุงุฆِุฒٌ ูƒَู…َุง ูِูŠ ุงู„ْู…ُุณَุงูِุฑِ ูˆَุงู„ْู…َุฑِูŠْุถِ
ูฃ. ูˆَู„َุง ูˆَู„َุง ูƒَู…َุง ูِูŠ ุงู„ْู…َุฌْู†ُูˆْู†ِ
ูค. ูˆَู…ُุญَุฑَّู…ٌ؛ ูƒَู…َู†ْ ุฃَุฎَّุฑَ ู‚َุถَุงุกَ ุฑَู…َุถَุงู†َ ู…َุนَ ุชَู…َูƒُّู†ِู‡ِ ุญَุชَّู‰ ุถَุงู‚َ ุงู„ْูˆَู‚ْุชُ ุนَู†ْู‡ُ
Berbuka (membatalkan puasa) di Ramadhan ada 4 macam:
  1. Wajib, seperti wanita haidh dan nifas
  2. Boleh, seperti orang musafir dan orang sakit
  3. Harus, seperti orang gila
  4. Haram, seperti orang yang mengakhirkan qodho Ramadhan hingga mepet waktunya padahal mampu melakukannya (di waktu longgar)

Pasal 68: Pembagian Ifthor

ูˆَุฃَู‚ْุณَุงู…ُ ุงู„ْุฅِูْุทَุงุฑِ ุฃَุฑْุจَุนَุฉٌ ุฃَูŠْุถุงً :
[ุฃَูˆَّู„ُู‡َุง] : ู…َุง ูŠَู„ْุฒَู…ُ ูِูŠْู‡ِ ุงู„ْู‚َุถَุงุกُ ูˆَุงู„ْูِุฏْูŠَุฉُ ูˆَู‡ُูˆَ ุงุซْู†َุงู†ِ :
ุงู„ْุฃَูˆَّู„ُ : ุงู„ْุฅِูْุทَุงุฑُ ู„ِุฎَูˆْูٍ ุนَู„َู‰ ุบَูŠْุฑِู‡ِ .
ูˆَุงู„ุซَّุงู†ِูŠْ : ุงู„ْุฅِูْุทَุงุฑُ ู…َุนَ ุชَุฃْุฎِูŠْุฑِ ู‚َุถَุงุกٍ ู…َุนَ ุฅِู…ْูƒَุงู†ِู‡ِ ุญَุชَّู‰ ูŠَุฃْุชِูŠَ ุฑَู…َุถَุงู†ُ ุขุฎَุฑُ .
ูˆَุซَุงู†ِูŠْู‡َุง : ู…َุง ูŠَู„ْุฒَู…ُ ูِูŠْู‡ِ ุงู„ْู‚َุถَุงุกُ ุฏُูˆْู†َ ุงู„ْูِุฏْูŠَุฉِ ، ูˆَู‡ُูˆَ ูŠَูƒْุซُุฑُ ؛ ูƒَู…ُุบْู…ًู‰ ุนَู„َูŠْู‡ِ .
ูˆَุซَุงู„ِุซُู‡َุง : ู…َุง ูŠَู„ْุฒَู…ُ ูِูŠْู‡ِ ุงู„ْูِุฏْูŠَุฉُ ุฏُูˆْู†َ ุงู„ْู‚َุถَุงุกِ ، ูˆَู‡ُูˆَ ุดَูŠْุฎٌ ูƒَุจِูŠْุฑٌ .
ูˆَุฑَุงุจِุนُู‡َุง : ู„َุง ูˆَู„َุง ، ูˆَู‡ُูˆَ ุงู„ْู…َุฌْู†ُูˆْู†ُ ุงู„َّุฐِูŠْ ู„َู…ْ ูŠَุชَุนَุฏَّ ุจِุฌُู†ُูˆْู†ِู‡ِ .
Pembagian ifthor ada 4 juga:
  1. Berbuka yang mengharuskan qadha dan fidyah, ada 2:
    • pertama, berbuka karena takut orang lain,
    • kedua, berbuka karena mengakhirkan qadha hingga datang Ramadhan berikutnya padahal mampu
  2. Berbuka yang mengharuskan qadha tetapi tidak fidyah, dan ini banyak terjadi seperti orang pingsan
  3. Berbuka yang mengharuskan fidyah tanpa qadha, yakni orang tua renta
  4. Tidak qadha dan fidyah, yaitu orang gila yang tidak sengaja gila

Pasal 69: Hal yang Tidak Membatalkan Puasa

ุงู„َّุฐِูŠْ ู„َุง ูŠُูْุทِุฑُ ู…ِู…َّุง ูŠَุตِู„ُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْุฌَูˆْูِ ุณَุจْุนَุฉُ ุฃَูْุฑَุงุฏٍ:
ูก. ู…َุง ูŠَุตِู„ُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْุฌَูˆْูِ ุจِู†ِุณْูŠَุงู†ٍ
ูข. ุฃَูˆْ ุฌَู‡ْู„ٍ
ูฃ. ุฃَูˆْ ุฅِูƒْุฑَุงู‡ٍ
ูค. ูˆَุจِุฌَุฑَูŠَุงู†ِ ุฑِูŠْู‚ٍ ุจِู…َุง ุจَูŠْู†َ ุฃَุณْู†َุงู†ِู‡ِ ูˆَู‚َุฏْ ุนَุฌَุฒَ ุนَู†ْ ู…َุฌِّู‡ِ ู„ِุนُุฐْุฑِู‡ِ
ูฅ. ูˆَู…َุง ูˆَุตَู„َ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْุฌَูˆْูِ ูˆَูƒَุงู†َ ุบُุจَุงุฑَ ุทَุฑِูŠْู‚ٍ
ูฆ. ูˆَู…َุง ูˆَุตَู„َ ุฅِู„َูŠْู‡ِ ูˆَูƒَุงู†َ ุบَุฑْุจَู„َุฉَ ุฏَู‚ِูŠْู‚ٍ.
ูง. ุฃَูˆْ ุฐُุจَุงุจًุง ุทَุงุฆِุฑًุง ุฃَูˆْ ู†َุญْูˆَู‡ُ
Perkara yang masuk ke rongga mulut tetapi tidak membatalkan puasa ada 7 macam :
  1. Apa yang masuk ke rongga mulut karena lupa
  2. Atau tidak mengetahui hukumnya
  3. Atau dipaksa oleh orang lain
  4. Ketika kemasukan sesuatu ke dalam rongga mulut, sebab air liur yang mengalir di antara sela gigi-gigi sedangkan ia tidak mungkin mengeluarkannya
  5. Apa yang masuk ke rongga mulut berupa debu jalanan
  6. Apa yang masuk ke rongga mulut berupa ayakan/taburan tepung
  7. Lalat yang terbang atau semisalnya (yang masuk ke mulut)

Penutup

ูˆَุงู„ู„ู‡ُ ุฃَุนْู„َู…ُ ุจِุงู„ุตَّูˆَุงุจِ

ู†َุณْุฃَู„ُ ุงู„ู„ู‡َ ุงู„ْูƒَุฑِูŠْู…َ ุจِุฌَุงู‡ِ ู†َุจِูŠِّู‡ِ ุงู„ْูˆَุณِูŠْู…ِ ุฃَู†ْ ูŠُุฎْุฑِุฌَู†ِูŠْ ู…ِู†َ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู…ُุณْู„ِู…ุงً، ูˆَูˆَุงู„ِุฏَูŠَّ ูˆَุฃَุญِุจَّุงุฆِูŠْ ูˆَู…َู†ْ ุฅِู„َูŠَّ ุงู†ْุชَู…َู‰. ูˆَุฃَู†ْ ูŠَุบْูِุฑَ ู„ِูŠْ ูˆَู„َู‡ُู…ْ ู…ُู‚ْุญَู…َุงุชٍ ูˆَู„َู…َู…ุงً. ูˆَุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏِ ุจْู†ِ ุนَุจْุฏِ ุงู„ู„ู‡ِ ุจْู†ِ ุนَุจْุฏِ ุงู„ْู…ُุทَّู„ِุจِ ุจْู†ِ ู‡َุงุดِู…ِ ุจْู†ِ ุนَุจْุฏِ ู…َู†َุงูٍ، ุฑَุณُูˆْู„ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุฅِู„َู‰ ูƒَุงูَّุฉِ ุงู„ْุฎَู„ْู‚ِ، ุฑَุณُูˆْู„ِ ุงู„ْู…َู„َุงุญِู…ِ، ุญَุจِูŠْุจِ ุงู„ู„ู‡ِ، ุงู„ْูَุงุชِุญِ ุงู„ْุฎَุงุชِู…ِ، ูˆَุขู„ِู‡ِ ูˆَุตَุญْุจِู‡ِ ุฃَุฌْู…َุนِูŠْู†َ.

ูˆَุงู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„ّٰู‡ِ ุฑَุจِّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِูŠْู†َ
Allah Maha Mengetahui Kebenaran

Kami memohon kepada Allah yang Maha Mulia dengan kedudukan Nabi-Nya yang mulia agar mengeluarkanku dari dunia dalam keadaan Muslim, kedua orang tuaku, orang yang aku sayangi, dan semua keturunanku. Juga semoga Dia mengampuni segala kesalahan dan dosaku dan juga mereka. Semoga shalawat dan salam Allah atas Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf, utusan Allah kepada seluruh makhluk, Rasul akhir zaman, kekasih Allah, sang Pembuka sang Penutup, beserta keluarga dan Sahabatnya semua.

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam


Posting Komentar untuk "Aplikasi Kitab Safinah Interaktif"